Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Mengintip Keindahan Pulau Belitung

Di sini saya akan bercerita perjalanan di Pulau Belitung.

26 September 2018 | 15.42 WIB

Sejumlah wisatawan berkunjung di Pantai Tanjung Tinggi, Sijuk, Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, 20 Juli 2016. Salah satu lokasi syuting film Laskar Pelangi, menjadi magnet wisatawan selama enam tahun terakhir. ANTARA/Aditya Pradana Putra
Perbesar
Sejumlah wisatawan berkunjung di Pantai Tanjung Tinggi, Sijuk, Kabupaten Belitung, Bangka Belitung, 20 Juli 2016. Salah satu lokasi syuting film Laskar Pelangi, menjadi magnet wisatawan selama enam tahun terakhir. ANTARA/Aditya Pradana Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Halo sahabat, apa yang terbayang jika saya bilang Pulau Belitung? Pastinya, teringat film Laskar Pelangi yang begitu populer itu kan. Pulau Belitung, merupakan pulau yang indah letaknya berada di sebuah pulau lepas pantai timur Sumatera Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Nah, selain saya teringat dengan film Laskar Pelangi saya teringat sosok penulis novelnya. Siapa yang belum tahu Andrea Hirata? Saya bahkan sudah membaca bukunya dengan judul yang sama sebelum difilmkan. Saya sangat suka dengan cara Andrea menulis seakan pembaca dibawa merasakan kisah itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Banyak buku karya Andrea Hirata yang beredar di pasaran, saya punya loh sahabat. Nah loh, cerita soal beliau next time aja ya, kalo sudah bertemu beliau hehe. Di sini saya akan bercerita perjalanan di Pulau Belitung. Saya berangkat ke Belitung dari Jakarta menggunakan transportasi udara. Dari Jakarta ke Pulau Belitung menggunakan pesawat terbang dengan biaya Rp 800.000 untuk tiket pulang pergi per orang.

Perjalanan dimulai dari Jakarta menggunakan pesawat keberangkatan 09:25 WIB dari Bandara Soekarno Hatta. Sampai di Bandara Tanjung Pandan kurang lebih satu jam perjalanan. Setelah sampai saya sejenak menikmati suasana bandara sambil berpikir keras bagaimana dengan dana sedikit tapi bisa explore pulau Belitung dengan maksimal.

Lima menit lewat, sepuluh menit lewat dan lima belas menit lewat ternyata saya tidak bisa berpikir karena perut lapar hehe. Tak menunggu lama saya memutuskan untuk mencari makan.

Setelah menikmatin makan siang saya berunding dengan partner ngeong. Oh ya sahabat, untuk kali ini dan seterusnya mungkin saya akan ngajak partner saya untuk berkeliling dan menikmati keindahan alam, adat dan budaya. Kenapa saya mengajak dia? karena dengan partner saya ini ngeong lebih gila dan selalu mencoba hal-hal baru selain itu kita mempunyai hobi yang sama.

Hari pertama kita langsung menuju rumah Pak Ahok. Siapa sih yang tidak kenal Basuki Tjahaja Purnama yang biasa dipanggil Ahok? Karakter tegas dan keras beliau paling dikenal orang sebagai orang yang pernah menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Sesampainya di sana saya bertanya-tanya apakah bisa bertemu dengan keluarga Pak Ahok? Kampung Ahok berada di Belitung Timur. Dari depan saya melihat sebuah rumah panggung adat Belitung yang berwarna cokelat kayu.

Usut punya usut ternyata rumah ini hanyalah rumah tiruan yang dibuat oleh adik Ahok yang bernama Bapak Basuri. Di dalam rumah ini ada ruang tamu yang lengkap dengan kursi, meja, dan lemari. Dinding rumah dihiasi bingkai foto Pak Ahok dan keluarga. Ada pula gambar karikatur Ahok yang diberi oleh masyarakat yang di pajang dinding rumah. Di sana juga ada meja yang berisikan makanan-makanan khas Belitung.

Selain itu di depan rumah Pak Ahok ini juga menjual berbagai macam-macam souvenir seperti, gantungan kunco, gelas, magnet kulkas dan masih banyak lagi. Ada sanggar batik loh sahabat, khas Belitung ini namanya batik Simpor. Motif batik ini diambil dari hewan lokal yaitu Tarsius, ada pula motif kopi Manggar dan buah Krementing. Batik Simpor ini dibikin dari bahan pewarna alami loh sahabat, dari tanaman Mangrove.

Setelah puas menikmati kampung Ahok kita berdua langsung tancap menuju ke Museum Andrea Hirata. Untuk menuju Museum Andrea Hirata tidak lah jauh. Singkat cerita sesampainya di Museum kita langsung registrasi sebesar Rp 50 ribu per orang kita akan mendapatkan mini book dari Andrea Hirata. Setelah selesai registrasi kita masuk ke dalam Museum Kata. Di dalam museum ini, kita berdua bisa menikmati kisah perjalanan Andrea Hirata yang dituangkan dalam visualisasi barang-barang bersejarah. 
 

Dinding Museum ini sangat colorfull loh sahabat. Berada di tempat ini, seketika mood langsung ceria, apalagi ditambah menikmati makanan ringan gorengan dan kopi khas Belitung cita rasa kopi yang khas. Ingin sekali kita berlama-lama di museum ini. Tapi, karena kita sudah bikin list perjalanan akhirnya kami melanjutkan ngeong ke tempat selanjutnya.

Tempat terakhir di hari pertama ngeong saya menuju ke replika SD Muhamadiyah Gantong. Mengapa kita berdua memilih lokasi replikanya? Karena tempat ini diperuntukan untuk wisatawan. Karena kalo kita ke tempat aslinya sangat jauh dan sekarang sudah dibangun menjadi lebih baik. Oh ya sahabat, ada yang pernah melihat film Laskar Pelangi? Pasti udah dong masak belum. Film yang berisi perjuangan seorang anak –anak Belitung yang ingin bersekolah demi mendapatkan kehidupan dan pendidikan yang lebih baik.


Di film itu menceritakan keterbatasan yang ada bukan membuat mereka putus asa, tetapi malah terpacu untuk dapat melakukan sesuatu yang lebih baik. Mengingat film itu serentak kita berdua langsung terharu lagi. Bersyukurlah anak-anak sekarang yang dimudahkan dengan teknologi. Pesan buat adik-adik yang berada jangan putus asa dan pantang menyerah, tetap semangat dan bermimpilah!

Tulisan ini sudah tayang di Catatanhariankeong

 
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus