Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Mengunjungi Tugu Kilometer Nol di Sabang, Titik Paling Ujung Barat Indonesia

Tugu Kilometer Nol diresmikan pada 9 September 1997 sebagai simbol perekat Indonesia dari Sabang sampai Merauke.

26 Juni 2024 | 15.12 WIB

Tugu Kilometer Nol Sabang, Aceh. TEMPO/Dian Yuliastuti
Perbesar
Tugu Kilometer Nol Sabang, Aceh. TEMPO/Dian Yuliastuti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Sabang - Debur ombak menghantam batu-batu karang, menggelegar kaki tebing di muka tempat wisata Nol Kilometer Indonesia di Pulau Weh, Sabang, Aceh. Angin sepoi-sepoi menyejukkan cuaca yang mencapai lebih dari 30 derajat Celcius pada, Selasa, 25 Juni 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ratusan orang ramai mengunjungi tempat wisata di ujung barat Indonesia. Di depan Tugu Kilometer Nol (0) Pulau Beras tampak menyambung garis horizon di kejauhan, Samudra Indonesia sejauh mata memandang. Agak ke bagian barat, di kejauhan beberapa kapal kontainer bergerak perlahan menjauhi Sabang, menghilang di batas cakrawala. Pulau Rondo terlihat agak kecil di kejauhan.

Jalan Berkelok-kelok 

Tempat pariwisata Nol Kilometer berada di salah satu ujung di Pulau Weh, sekitar 30-an kilometer dari Kota Sabang. Menuju ke tempat ini, setidaknya harus memakai mobil pribadi atau menyewa mobil. Jalan berkelok-kelok tajam, melewati jalan berbentuk huruf S hingga belasan kali. Butuh seorang sopir yang lihai mengemudi jalan yang berkelok tajam yang sering kali dalam posisi menanjak, sesekali menurun. Beberapa ruas jalan terlihat di beri penanda seng atau tanda kuning bergambar batu jatuh, memperlihatkan tempat itu rawan atau bekas longsor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Suasana tempat penjualan suvenir di Tugu Kilometer Nol, Sabang, Aceh, Selasa (25/6). TEMPO/Dian Yuliastuti

Jalan menuju ke tempat tersebut sebenarnya bisa untuk dua arah, tetapi sangat mepet untuk dua kendaraan. Di satu sisi mepet tebing, sementara sisi lainnya kadang ditemui jurang. Jika bertemu kendaraan yang agak besar, masing-masing harus mengurangi kecepatan atau berhenti sejenak, memberi jalan yang lain. 

Memasuki kawasan wisata ini, pengunjung disambut kawasan parkir yang rimbun dan adem. Terlihat beberapa monyet berkeliaran mendekati pengunjung di tempat parkir. Seperti objek wisata lainnya, menuju ke tempat ini, lapak-lapak pedagang suvenir memagari jalan menuju ke tugu. Pengunjung bisa membeli kaus-kaus, daster, topi, gantungan kunci, replika tugu atau kapal dengan tulisan Sabang atau Nol Kilometer.

Segarnya Rujak dan Air Kelapa Muda

Hal yang paling khas di tempat ini adalah rujak buah dengan ulekan kacang, gula merah, cabai, buah pisang mentah dan buah Rumbia sebagai sambalnya. Buah rumbia ini cukup unik, bentuknya hampir mirip salak, hanya saja lebih bulat dan terasa agak sepat. Terlihat beberapa laki-laki muda dan tua menguleg sambal dan mencampur dengan aneka buah: mangga manalagi, papaya mengkal, bengkoang, nanas, sangat segar dinikmati di siang hari.

Selain rujak, menyeruput air kelapa muda sambil menikmati pemandangan lautan lepas dan semilir angin, sungguh sebuah kenikmatan. 

Tugu Kilometer Nol

Setelah deretan lapak souvenir dan rujak, pengunjung akan menemukan tugu raksasa bertuliskan Kilometer Nol dalam warna merah mencolok. Tugu setinggi 22 meter ini ditopang pedestal bercat biru muda. Tugu ini berbentuk empat pilar yang agak melengkung ke dalam, pada masing-masing pilar terpasang lengkungan besi, juga terdapat lingkaran yang didalamnya terdapat ornamen rencong raksasa, senjata khas bumi Aceh. Sayang salah satu gagang rencong raksasa ini patah, dan rencong besinya menggantung, cukup membahayakan pengunjung.

Di puncak tugu ini terdapat Burung Garuda yang menghadap ke lautan lepas. Di bawah Burung Garuda terletak angka nol.

Desain Tugu Kilometer Nol memiliki beberapa filosofi. Empat pilar yang menjadi penyangga merupakan simbol batas-batas negara yaitu Sabang sampai Merauke dan Miangas sampai Pulau Rote. Lingkaran besar pada tugu merupakan analogi dari angka nol. Ada pula motif senjata rencong menjadi simbol bahwa Aceh juga turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Tugu  Kilometer Nol diresmikan pada 9 September 1997 oleh Wakil Presiden RI Try Sutrisno. Monumen ini menjadi simbol perekat dari Sabang sampai Merauke. Seiring waktu, pemerintah beberapa kali merenovasi tugu tersebut.

Sabang adalah pulau paling barat Indonesia yang berjarak sekitar 14 mil dari perairan Kota Banda Aceh sebagai ibukota Provinsi Aceh.

Secara teknis, sebenarnya koordinat titik terbarat dari Indonesia berada di Pulau Rondo, yang berada pada koordinat 6° 4' 30" LU, 95° 6' 45" BT. Karena pulau ini kosong dan lebih sulit diakses, maka monumen penanda titik terbarat Indonesia dibangun di sisi paling utara dari Pulau Sabang. Lokasi tepatnya berada di Desa Iboih Ujong Ba’u, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang.

Area sekitar monumen ini termasuk dalam kawasan Hutan Wisata Sabang. Monumen ini kurang lebih berjarak 5 km dari Pantai Iboih (Teupin Layeu) yang sangat populer di kalangan backpacker asing. 

Zulfikar, seorang pemandu wisata menjelaskan tugu ini semula tidak berada di sana, tetapi berjarak kurang lebih lima kilometer sebelum tugu. Dia juga menjelaskan, kawasan teluk atau Pantai Iboeh ini sering menjadi tempat bersandar yacht.

“Biasanya mereka sandar di sana, banyak yang pada snorkling,” ujarnya. 

Rombongan peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 KRI Dewaruci mengunjungi Tugu Kilometer Nol ini sebagai rangkaian perjalanan mengunjungi beberapa lokasi di Sabang. Rombongan telah mengunjungi tempat-tempat wisata dan artefak sejarah di Sabang, dan Kota Banda Aceh. 

DIAN YULIASTUTI

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus