Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Dua wisatawan asal Depok, Jawa Barat, dan Belgia tewas setelah terseret ombak di Pantai Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, pada Rabu 10 Juli 2024. Korban diduga terseret masuk ke palung laut yang ada di kawasan pantai selatan yang terpopuler di Yogyakarta itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peristiwa wisatawan jadi korban terseret ombak pantai selatan Yogyakarta bukan kali ini saja terjadi. Beberapa pantai indah di pesisir selatan Yogyakarta tercatat pernah menjadi lokasi kecelakaan laut serupa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ada tiga kabupaten yang berbatasan langsung dengan laut selatan atau Samudera Hindia, yakni Kabupaten Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Kulon Progo.
Lantas apa yang perlu diwaspadai saat plesiran di pantai-pantai selatan Yogyakarta itu?
Kenali Karakteristik Pantai
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Noviar Rahmad menuturkan wisatawan pertama tama perlu memahami bahwa karakteristik pantai selatan berbeda dengan pantai utara Jawa.
"Karakteristik pantai selatan berbeda dengan pantai utara karena mempunyai gelombang tinggi dan beberapa pantai terdapat palung pasir terutama di Pantai Parangtritis," kata Noviar pada Rabu, 10 Juli 2024.
Jadi, saat wisatawan menginjakkan kaki di Pantai Parangtritis dan beberapa pantai selatan di Yogyakarta, akan mendapati bendera merah bergambar tengkorak. Bendera ini merupakan peringatan kewaspadaan terhadap palung yang bisa berpindah-pindah titiknya itu.
"Jadi jangan tertipu ketika melihat kondisi yang tenang di pantai selatan, karena justru kalau gelombangnya tenang artinya di bawahnya ada palung yang sangat berbahaya," ujar dia.
Utamakan Keselamatan dan Keamanan
Noviar membeberkan berwisata haruslah mengutamakan keselamatan dan keamanan. Banyaknya rambu peringatan dan papan larangan berenang di pantai selatan bukan untuk menakut-nakuti. Namun memberi pemahaman wisatawan karakteristik pantai itu.
"Kalau melihat tiang bendera merah, artinya memang benar benar tidak boleh berenang di area tersebut, mohon dipatuhi supaya terhindar kecelakaan laut," kata Noviar.
Sering kali tampak wisatawan nekat bermain terlalu ke tengah meski sejumlah petugas pengawas pantai meniupkan peluit keras demi menghalau mereka segera menepi dalam beberapa kejadian.
Selain memiliki sejumlah titik palung membahayakan, kata Noviar, di pantai selatan juga kerap diwarnai cuaca tak menentu yang mempengaruhi besarnya gelombang laut.
Noviar menambahkan, petugas pos pantau di pantai selatan selama ini bersikap tegas agar wisatawan tidak lengah dan bermain terlalu ke tengah pantai. Bahkan pos-pos pantau itu dibuat cukup dekat dengan pantai agar cepat melakukan penyelamatan apabila ada kejadian kecelakaan.
"Maka kami selalu imbau wisatawan tidak berenang di pantai selatan," kata dia.
Jumlah Petugas dan Pos Pantau
Khusus di Pantai Parangtritis dan Pantai Depok di Kabupaten Bantul, Noviar mengatakan ada sebanyak 69 petugas yang siaga 24 jam selama hari libur. Sedangkan pada hari biasa diberlakukan sistem shift atau bergiliran.
Adapun jumlah total pos pantau di pantai itu ada tujuh pos induk koordinator wilayah dan satu kantor operasi dengan 17 pos pantau pembantu.
Setiap pos pantau dilengkapi dengan peralatan keselamatan mulai dari jaket pelampung, tali, papan surfing, jet ski, perahu, ambulan serta obat-obatan.
Waspada Ubur-ubur
Selain palung dan gelombang laut yang bisa berubah ubah potensi bahayanya setiap saat, pantai selatan Yogyakarta juga terdapat banyak ubur-ubur yang muncul terutama saat puncak kemarau yang membuat suhu menjadi lebih dingin.
"Seperti saat ini (Juli), sedang masa kemuculan ubur-ubur biru yang sudah menyengat 300-an wisatawan yang bermain di Pantai Parangtritis," kata dia.
Ubur-ubur di pantai selatan ini juga berbeda dengan ubur-ubur yang diketahui masyarakat secara umum. "Ubur-ubur pantai selatan ini berbentuk gel berwarna biru, itu jika mengenai kulit terasa panas dan sengatannya bisa sampai membuat sesak nafas," kata dia.