Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tuhan itu memang benar-benar baik. Tapi sudahkah kita sering bersyukur atas kebaikan-Nya? Saya yakin, bersyukur bukanlah hal yang asing bagi kebanyakan dari kita. Hanya saja, selama ini kita pilih-pilih dalam bersyukur. Kita hanya mensyukuri hal-hal yang menurut kita baik. Lalu kita mengeluhkan hal lain yang kita anggap tidak baik untuk kita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Loh, bukannya memang harus begitu?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kita mensyukuri, mengucap hamdallah, memuji Tuhan, karena dia telah menciptakan langit dengan segala isinya (termasuk meteor atau awan hitam yang menghujani bumi hingga banjir). Kita juga mensyukuri penciptaan bumi dengan seluruh kebaikannya, dan juga hal-hal yang mungkin tidak kita suka (gempa karena lapisannya bergerak, tanah longsor, dll).
Kerap kita bersyukur untuk hal yang kita anggap positif seperti cahaya terang, tapi mengeluhkan gelap. Padahal, dalam keadaan gelap pun harus tetap disyukuri.
Kenapa?
Karena semuanya berkaitan. Tidak mungkin ada terang kalau tidak ada gelap. Hujan yang kerap kita keluhkan karena membuat banjir dan macet adalah rizki untuk kita dan orang lain (sering mengeluh saat sumur kering karena tidak turun hujan?). Bahkan musibah seperti gunung meletus dan gempa adalah usaha bumi untuk menyeimbangkan diri agar kita lebih nyaman tinggal di atasnya.
Belum lagi hal-hal kecil yang terjadi dalam kehidupan kita. Semuanya tidak terjadi sendiri, tapi rentetan kejadian yang bisa jadi kita sangat diuntungkan. Hanya saja, kita kerap tidak tahu. Akibatnya, kita menyamakan Allah dengan sesembahan lain yang mengecewakan karena dianggap tidak mendengar doa kita.
Jadi, mulailah mensyukuri apa pun agar kita bisa melihat kebesaran Tuhan.
Tulisan ini sudah tayang di Almuslim