Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Peresean, Tari Perang dari Desa Sade

Desa Sade merupakan salah satu desa adat Suku Sasak. Wisatawan yang ingin mengenal budaya dan tradisi Suku Sasak bisa mempelajarinya di sini.

20 Agustus 2019 | 11.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pertarungan menggunakan tongkat dan perisai, saat pertunjukan tari peresean di Desa Sade, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (18/8). TEMPO/Bram Setiawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bunyi benturan tongkat rotan menghantam perisai membuat beberapa penonton berteriak saat menyaksikan peresean di Desa Sade, Lombok Tengah, Minggu, 18 Agustus 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dahulu peresean ini adalah cara untuk menyeleksi ketangkasan prajurit," kata Thalib, 38 tahun, warga Desa Sade yang juga pemandu wisata setempat. Kini, Tari Amaq Temenges itu menjadi atraksi yang mendebarkan bagi wisatawan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum pementasan adu ketangkasan itu dihelat, TEMPO disambut bebunyian gendang beleq, alat musik tradsional Suku Sasak yang dimainkan berkelompok. Bunyi tetabuhan itu menjadi semacam sambutan bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa Sade.

Tak lama muncul dua orang pemuda di hadapan para pengunjung, mereka adalah petarung yang akan mempertunjukkan peresean. Petarung itu bergerak menjaga jarak, kemudian saling menyerang. Mereka masing-masing menggenggam rotan dan perisai, yang dibuat dari kulit kerbau atau disebut ende.

Saat saling menghantamkan tongkat para petarung ini juga menjaga pertahanan menggunakan perisai. Pertarungan peresean ini juga memiliki jeda sejenak, semacam ronde, ada wasit yang memantau pertarungan ini.

Setelah peresean rampung ditampilkan, terdengar gelak penonton saat seorang pria yang wajahnya didandani warna putih serta ada bercak merah berbentuk bundar di pipinya. Adapun oreng atau alur antara bibir dan hidung diwarnai putih dengan garis yang tebal. Ada pula ornamen warna merah dengan garis hitam di dagunya. Inilah pentas Tari Amaq Temenges yang ditampilkan setelah peresean.

"Itu semacam tarian yang menghibur," ucap Thalib. Tarian itu dipentaskan oleh satu orang. Saat pentas beberapa kali ia bergerak mendekati penonton, kemudian menari dengan gerakan yang cepat.

Suasana di Desa Sade, Lombok tengah. Pengunjung sedang berjalan-jalan di sekitar rumah warga setempat. Minggu (18/8). TEMPO/Bram Setiawan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus