Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Lombok - Sudah 1,5 tahun terakhir selama pandemi Covid-19 tiada lagi pentas adu ketangkasan antar-petarung dalam pentas peresean atau perisaian di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Biasanya, pentas ini berlangsung untuk memeriahkan berbagai acara di Lombok. Akibatnya, para petarung rindu saling menyerang, masyarakat, dan wisatawan ingin kembali menyaksikan laga mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagai pengobat rindu, seorang pekerja kreatif bernama Rangga Ardhani atau Amaq Serudin menggelar peresean pada Selasa sore, 17 Agustus 2021. Dia bersiap dengan kamera dan koneksi internet untuk menyiarkan secara langsung pertarungan antara Hercules dengan Legong di tengah pematang sawah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ada streaming peresean. Obati rindu pada permainan peresean,'' kata Rangga yang berasal dari Janapria, Lombok Tengah, NTB. Tentu saja tidak ada penduduk sekitar dan wisatawan yang menyaksikan pertarungan antara Hercules dengan Legong. Dia menayangkan pentas peresean lewat daring demi menghindari kerumunan.
Rangga menyiapkan arena bertarung di tengah persawahan Dusun Rungkang, Desa Merembu, Kabupaten Lombok Barat, NTB. Ada empat pepadu atau petarung yang akan berlaga. Dua di antaranya adalah Subandi, 20 tahun, alias Legong Merembu dengan Agus Sugandi alias Agus Hercules, 29 tahun.
Para petarung tradisi peresean dari Sasak, Lombok, NTB. Dok. Chubs
Subandi adalah tamatan Madrasah Aliyah Babussalam. Dia biasa dipanggil Legong Merembu karena mampu ngecok atau ngibing. Artinya, gerakan atau tariannya saat bertarung seperti penari Bali. Sedangkan Agus Sugandi adalah tamatan SMK jurusan otomotif yang kini bekerja sebagai satpam BPR Syariah PNM Patuh Beramal. Dia dipanggil Agus Hercules karena memiliki badan yang besar dan kekar seperti Hercules.
Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai ende (tameng dari kulit kerbau yang tebal dan keras). Peresean merupakan salah satu seni bela diri atau adu ketangkasan para pemuda Sasak. Perisaian merupakan salah satu warisan nenek moyang suku Sasak yang hingga kini masih lestari.
Saat berlaga, masing-masing petarung melakukan gerakan ngecok atau ngibing untuk menenangkan diri sekaligus memancing penonton untuk memberikan dukungan. Gerakan-gerakan ini juga dapat merusak konsentrasi lawan. Penentuan menang kalahnya seorang petarung dihitung dari hasil pemukulan yang mengenai tubuh lawan. Permainan ini berlangung sebanyak empat ronde.
Legong Merembu mengatakan, paling asyik jika bertemu petarung yang benar-benar baru bertemu. Biasanya para pemain akan saling mempelajari jurus masing-masing, misalkan teknik kuda-kuda, pukulan, dan bertahan. "Kami biasanya saling melempar senyum untuk menguasai situasi," katanya.
Seorang pekerja kreatif, Rangga Ardhani atau Amaq Serudin membuat siaran langsung tradisi pentas peresean pada Selasa, 17 Agustus 2021. Dok. Chubs
Setiap petarung, menurut Legong, jangan melihat lawan dari usianya. Musababnya, dia pernah bermain dengan seorang lelaki berusia 70 tahun dan pada akhirnya takluk. Pria tua itu memiliki pengalaman bertarung dan lihai dalam memainkan rotan beserta tamengnya. "Saya sampai terkena 15 kali pukulan," ujarnya sambil tertawa.
Sebelum pandemi Covid-19, Legong dan Hercules kerap menampilkan peresean di berbagai acara. Perayaan HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus adalah agenda tahunan yang tak pernah luput. Pentas peresean biasanya berlangsung di Janapria Lombok Tengah, Sesela/Jatisela Lombok Barat, Darek Praya Barat, dan Lingsar Lombok Barat.
Setiap petarung mendapatkan bayaran hingga Rp 1,5 juta untuk satu kali tampil di pentas peresean. Ini belum termasuk uang saweran dari penonton karena asyik menikmati pertarungan. Uang saweran dibagi rata kepada kedua petarung. Selama live streaming kemarin, Rangga juga membuka saweran dari penonton.
Sebelum menggagas siaran langsung pentas peresean, Rangga bekerja sebagai vendor penyedia perlengkapan acara atau event organizer di NTB. Selama pandemi ini, dia kehilangan pekerjaan. Hingga muncul ide menyiarkan secara langsung pertarungan tradisional Sasak, Hercules Vs Legong.
Baca juga:
Peresean, Tari Perang dari Desa Sade