Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Kenalkan Selaq Marong, Jagoan Peresean Lombok dengan Kesaktian Megat Male

Sosok legenda tradisi peresean di Lombok, NTB, Selaq Marong konon memiliki kesaktian megat male. Sekali sabet, lawan jatuh.

4 Juni 2022 | 08.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Atraksi peresean di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. TEMPO | Supriyantho Khafid

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Mataram - Peresean adalah salah satu atraksi tradisional masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang kerap dipentaskan kepada wisatawan. Pertunjukan peresean berupa pertarungan dua lelaki bersenjata rotan atau penjalin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka juga memegang perisai sebagai tameng untuk berlindung dari pukulan lawan. Tameng yang disebut ende itu terbuat dari kulit kerbau yang keras. Para petarung atau pepadu ini akan saling pukul menggunakan rotan dengan diawasi seorang wasit yang disebut pakembar. Musik khas Lombok mengiringi pertandingan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dulu, peresean merupakan wujud ekspresi kebahagiaan prajurit saat menang perang. Atraksi ini sekaligus melatih ketangkasan prajurit. Masa berganti, tradisi peresean kerap dilakukan dalam upacara adat meminta hujan. Kini, peresean menjadi kesenian tradisional Suku Sasak untuk menghibur wisatawan.

Ada satu nama yang populer di dunia peresean. Dia adalah Selaq Marong, seorang pria berkumis, bertubuh besar, dan tak pernah kalah dalam bertanding. Salah satu ciri khas Selaq Marong adalah menari ketika lecutan rotannya mengenai lawan.

Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik Mi6, Bambang Mei Finarwanto mengatakan, sosok Selaq Marong menjadi legenda peresean di Lombok. Selaq Marong berasal dari Semoyang, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Nama aslinya Suminggah atau biasa disapa Haji Sriatun. Kata Marong berasal dari tempat kelahirannya di Desa Marong, Kecamatan Praya Timur, Kabupaten Lombok Tengah.

Atraksi peresean di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. TEMPO | Supriyantho Khafid

"Kalau bertanya siapa Selaq Marong, warga Lombok pasti menjawab pepadu peresean," ujar Bambang. Para pepadu peresean, menurut dia, bukan berlaga untuk sekadar mendapatkan hadiah berupa uang, namun juga simbol kehormatannya laki-laki Suku Sasak dan melestarikan tradisi.

Nama Selaq Marong berjaya di era 1980-an dan tutup usia pada 2020. Saat bertanding, matanya merah dan memelototi lawan. Tokoh masyarakat Desa Marong, Amaq Buan mengatakan, Selaq Marong punya ilmu megat male yang mematikan saat memukul lawan. "Dia selalu menang karena membuat lawannya sakit, bahkan ada yang meninggal," kata dia pada Kamis, 2 Juni 2022. "Kalau matanya merah, pertanda ilmu megat male sudah masuk."

Ada satu pantangan Selaq Marong saat bertanding. Yakni, tak bakal meladeni pertarungan di siang hari. Konon, menurut Amaq Buaq, matanya yang besar dan melotot membuat kesulitan bertanding di siang hari. Itu sebabnya, Selaq Marong selalu tampil pada sore hingga malam hari.

Atraksi peresean di Dusun Sade, Desa Rembitan, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. TEMPO | Supriyantho Khafid

Amaq Buan melanjutkan, Selaq Marong mendapatkan ilmu megat male lewat mimpi. Dia tak pernah berguru atau mencari ilmu untuk mendapatkan kesaktian. Bahkan, seni bela dirinya bisa dibilang biasa saja. "Ilmu megat male itu karomah yang dia peroleh saat sedang tidur dan bermimpi," katanya.

Cucu Selaq Marong, Dayat mengatakan, Selaq Marong memiliki kebiasaan yang berbeda dalam memegang rotan saat bertanding. Jika kebanyakan pepadu menggenggam rotan tepat pada bagian pegangannya di ujung, sang kakek memilih agak ke tengah atau setelah area pegangan.

Salah satu peresean yang bikin heboh adalah saat lawan Selaq Marong meninggal di tempat setelah terkena lecutan rotannya. Peristiwa itu terjadi ketika dia berlaga di Masbagik, Kabupaten Lombok Barat. Masyarakat ribut dan memicu kericuhan di arena.

Selaq Marong juga pernah bertarung dengan Haji Rijal yang berjuluk Arya Kamandanu. Keduanya pepadu bergengsi di Lombok. Dalam peresean itu diduga terjadi kerancuan, sehingga muncul protes dari dua pihak. Ketika hendak bertanding ulang, Arya Kamandanu menolak. Dengan begitu, Selaq Marong menjadi pepadu terbaik.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus