Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Phuket Bak Pulau Hantu, Sepinya Pantai dan Bar Ditinggal Turis

Saat ini, hampir 3.000 hotel di pulau Phuket ditutup dan kota utama Patong telah menjadi 'kota hantu'.

14 Oktober 2020 | 14.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pulau Phuket bak pulau hantu semasa pandemi ini. Bar-bar kosong, kolam renang kosong, restoran kosong. Pantai dan restoran yang biasanya penuh sesak berubah sepi dan sunyi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tahun lalu, lebih dari 9 juta wisatawan mengunjungi Phuket, tujuan paling populer kedua di Thailand setelah Bangkok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saat ini, hampir 3.000 hotel di pulau itu ditutup dan kota utama Patong telah menjadi 'kota hantu', kata taipan lokal Preechawut Keesin, yang memiliki lima klub malam dan sekitar 600 kamar hotel seperti dikutip Japan Today.

Sejauh ini, jumlah kasus Covid-19 di Thailand relatif kecil. Ada sekitar 3.600 kasus yang dikonfirmasi dengan hanya beberapa lusin kematian. Namun keputusan kerajaan untuk berkonsentrasi pada pemberantasan virus telah memberikan pukulan brutal bagi ekonomi, yang diperkirakan akan menyusut 7-9 persen tahun ini dan membuat jutaan pengangguran.

"Bos saya ingin membantu staf mempertahankan pekerjaan mereka, tapi saya rasa kami tidak bisa bertahan setelah akhir tahun," kata Jantima Tongsrijern, manajer bar Pum Pui.

Deretan bangku yang kosong di pantai yang biasanya penuh dengan turis Tiongkok, di tengah ketakutan akan virus corona di Phuket, Thailand 11 Maret 2020. REUTERS/SOE ZEYA TUN

Pada masa normal, 80 persen keuntungan Phuket berasal dari pariwisata, sektor yang mempekerjakan lebih dari 300 ribu orang. Puluhan ribu orang yang kehilangan pekerjaan telah kembali ke provinsi asalnya. Beberapa telah menerima pemotongan gaji yang besar, sementara yang lain memiliki sedikit pilihan selain bergabung dalam antrian panjang di pusat distribusi makanan atau mengumpulkan pendapatan di mana mereka bisa.

Pemilik bar, Orathai Sidel, mengatakan dia bisa menghasilkan 100 ribu Baht (Rp 47,3 juta) sebulan di musim liburan. Namun saat ini, ia menjual makanan penutup dari gerobak pinggir jalan dan menghasilkan hanya $ 3 (Rp 44 ribu) sehari untuk menutupi biaya sekolah anak-anaknya.

"Kami hanya berjuang untuk bertahan hidup," kata Poi, sesama pedagang kaki lima, yang dipecat pada bulan Juni dari restoran tempat dia dulu bekerja.

Phuket sedianya akan menyambut turis asing pertama Thailand sejak April untuk percobaan, tetapi kedatangan mereka terus ditunda. "Kami harus fokus pada pengembangan pelanggan lokal dan wisatawan perorangan daripada pariwisata massal," kata Preechawut Keesin.

JAPAN TODAY

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus