Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ratih Kumala merupakan penulis yang sukses membawa bukunya Gadis Kretek diangkat menjadi serial di Netflix. Serial dengan judul yang sama ini berhasil masuk dalam Top 10 Netflix pada awal penayangannya. Tak hanya serial yang sukses, buku Gadis Kretek juga berhasil diterjemahkan dalam bahasa Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam diskusi yang diselenggarakan Biennale Jatim, Ratih mengatakan untuk menjadi sebuah buku Gadis Kretek ia memerlukan waktu empat tahun melakukan riset. Ia melakukan riset melalui literatur dan langsung ke lapangan, ini dilakukan untuk mendapat gambaran tentang industri kretek. Dalam proses riset ini Ratih mencari banyak bungkus kretek sebagai referensi visualnya dan hal ini membawanya menjadi seorang kolektor bungkus kretek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Karena awalnya dari riset. Kemudian aku butuh referensi visual dan beli bungkus-bungkus kretek. Namun ternyata lama-kelamaan terkumpul banyak. Sampai sekarang masih koleksi,” ujar Ratih kepada Tempo.co ketika ditemui di Rumah Budaya, Sidoarjo, Jawa Timur pada 16 Desember 2023.
Perempuan kelahiran 1980 ini mulai mengoleksi bungkus kretek sejak 2009 dan masih berlanjut sampai sekarang. Koleksi yang dimilikinya hingga saat ini sekitar 150 bungkus kretek yang ia dapatkan dari berbagai daerah. Namun sebagian besar bungkus kretek ia dapatkan di Pulau Jawa.
“Kebanyakan dari pulau Jawa. Karena tiap daerah punya brand kretek yang tidak beredar di daerah lain,” kata dia.
Kegemarannya dalam mengoleksi bungkus keretek membuatnya sering mendapat buah tangan berupa bungkus kretek. Ia sempat diberikan bungkus rokok putih dari teman di luar negeri. Ratih mengatakan sebenarnya ia tak mengoleksi bungkus rokok putih, hanya bungkus kretek yang ia koleksi. Namun Ratih tetap menerima pemberian dari kawannya karena itu merupakan buah tangan.
Penulis novel Tabula Rasa ini juga bercerita bahwa ia memiliki tempat khusus untuk menyimpan koleksi bungkus kretek. Awalnya ia menyimpan bungkus kretek bersamaan dengan isi kretek. Tetapi setelah bertemu dengan orang dari Museum Kretek, ia diberi saran untuk memisahkan antara bungkus dengan kretek. Ini dilakukan untuk menjaga bungkus kretek tetap terawat, selain itu bungkus kretek tidak boleh terkena cahaya matahari langsung agar warnanya tidak pudar.
Dari sekian banyak bungkus kretek yang dimilikinya, ia mengaku kretek Retjo Pentung adalah salah satu bungkus kretek yang berkesan baginya. Ketika itu ia sulit mendapat bungkus kretek Retjo Pentung karena sudah tidak lagi diproduksi di mana-mana, sehingga ia harus menunggu lama untuk mendapatkannya.
Melihat jumlah koleksinya yang semakin banyak, ia sempat berpikir untuk menyumbangkannya ke Museum Kretek. Ratih mengaku hal ini belum ia lakukan karena masih sayang terhadap koleksi bungkus kreteknya. Namun tak menutup kemungkinan jika ia tak sanggup lagi merawat koleksinya, maka akan ia sumbangkan.
“Kemarin ketika ketemu dengan teman-teman dari museum kretek sempat terpikir untuk disumbangkan. Tapi ternyata masih sayang. Mungkin suatu saat nanti kalau gak sanggup merawat akan disumbangkan ke museum kretek,” kata Ratih.