Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Malang - TEMPO.CO, Jakarta - Jembatan kaca di antara Kampung Warna-warni dan Kampung Tridi, Malang, Jawa Timur, belakangan menjadi destinasi wisata foto yang naik daun. Bak di Zhangjiajie, Cina, keberadaannya memikat hati para penyuka jalan-jalan untuk mampir ke desa yang dulunya tergolong kawasan kumuh itu.
"Sudah satu tahun jembatan ini dibangun sponsor, setiap hari selalu saja ada orang datang untuk foto," kata Basori, salah satu anggota kemanan sekaligus pembantu ketua RT saat ditemui di Kampung Jodipan, Malang, pada Minggu, 2 September 2018.
Khususnya pada akhir pekan, ratusan pengunjung rela antre demi memperoleh foto sedang melintas atau berdiri di tengah jembatan kaca yang lekat dengan nuansa besi-besi kuning. Latar perkampungan padat bertembok dan atap beragam warna menjadi lansekap unggulannya. Kampung itu tampil eksostis lantaran berderet di bantaran Sungai Brantas dan berada di bawah jembatan rel kereta api.
Jembatan kaca menghubungkan dua kampung. Sisi pertama jembatan menghadap pada Kampung Warna-warni yang muasalnya bernama Kampung Jodipan. Sisi lainnya menghadap pada Kampung Tridi yang konon memiliki nama asli Kampung Kesatrian. Suasana yang ramai di Kampung Jodipan, Malang, Jawa Timur, Minggu 2 September 2018. Tempo/Francisca Christy Rosana
Salah satu pengunjung, Andina Putri, 30 tahun, warga Malang yang tinggal di Jakarta, mengaku datang ke kampung itu khusus untuk berfoto di jembatan kaca. "Karena sedang viral dan unik, jadi kepingin foto," katanya. Meski berasal dari Malang, Putri mengaku belum pernah melancong ke kampung aneka rona itu. Ini adalah kali pertama dan ia terkejut. "Ternyata sekarang sudah enggak kumuh dan jadi bagus," katanya.
Jembatan kaca yang populer itu telah berusia 1 tahun. Sedangkan pengubahan wujud kedua kampung telah berumur 3 tahun. Basori mengaku, kampungnya yang beralih menjadi destinasi digital telah mengubah perekonomian keluarganya, juga para tetangganya. "Yang dulu nganggur, sekarang bisa jualan makanan untuk wisatawan dan laku," katanya.
Apalagi sejak ada jembatan kaca, pengunjung diakui tak pernah sepi. Untuk dapat berfoto di sana, tamu harus membayar Rp 3.000 di masing-masing kampung.
Kampung ini berjarak lebih-kurang 2,7 kilometer dari Stasiun Kota Malang. Wisatawan bisa memanfaatkan ojek daring dengan tarif antar lebih-kurang Rp 6.000. Kampung itu buka 24 jam. Disarankan datang pada hari biasa bila ingin menikmati lengangnya jembatan kaca.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini