Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Sejarah dan Makna 5 Gerbang Keraton Yogyakarta yang Melengkung

Dari lima plengkung Keraton Yogyakarta, hanya dua yang bentuk bangunannya masih tampak asli.

23 Agustus 2021 | 21.10 WIB

Salah satu rombongan prajurit (bergada) Kraton Yogyakarta melintas di depan Pintu Gerbang Pagelaran Kraton pada lomba baris-berbaris antar prajurit Kraton Yogyakarta, 12 Agustus 2015. Dari 10 kelompok prajurit dipilih tiga kelompok terbaik sebagai pemenangnya. TEMPO/Pius Erlangga
material-symbols:fullscreenPerbesar
Salah satu rombongan prajurit (bergada) Kraton Yogyakarta melintas di depan Pintu Gerbang Pagelaran Kraton pada lomba baris-berbaris antar prajurit Kraton Yogyakarta, 12 Agustus 2015. Dari 10 kelompok prajurit dipilih tiga kelompok terbaik sebagai pemenangnya. TEMPO/Pius Erlangga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Keraton Yogyakarta punya lima pintu gerbang. Setiap pintu gerbang berbentuk melengkung dan sebab itulah disebut plengkung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Mengutip informasi di situs Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, yang bersumber dari Gudeg.net, setiap pintu gerbang yang berbentuk melengkung itu punya nama. Tak jarang pintu-pintu gerbang ini menjadi spot berfoto wisatawan karena bentuknya unik dan termasuk bangunan bersejarah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berikut nama-nama dan makna dari lima gerbang Keraton Yogyakarta tersebut:

  1. Plengkung Tarunasura
    Pintu gerbang melengkung ini terletak di area timur Alun-alun Utara. Bernama Tarunasura karena dulu gerbang ini dijaga oleh prajurit-prajurit muda. Sekarang Plengkung Tarunasura lebih dikenal dengan nama Plengkung Wijilan karena yang berada di kawasan Wijilan.

  2. Plengkung Madyasura
    Plengkung Madyasura berada di sisi timur Keraton Yogyakarta. Plengkung ini ditutup pada 23 Juni 1812. Dari situlah masyarakat mengenalnya dengan sebutan Plengkung Buntet (tertutup). Pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII, plengkung ini dibongkar dan diganti dengan gapura untuk gerbang biasa.

  3. Plengkung Nirbaya
    Nirbaya berasal dari kata "nir" yang berarti tidak ada, dan "baya" yang berarti bahaya. Plengkung Nirbaya bermakna tidak ada bahaya. Pintu gerbang ini pernah menjadi jalan keluar jenazah sultan dan keluarganya saat hendak dimakamkan. Lantaran terletak di daerah Gading, maka plengkung ini dikenal dengan sebutan Plengkung Gading.

  4. Plengkung Jagabaya
    Plengkung Jagabaya bermakna menjaga dari bahaya. Pengertian tersebut tak lepas dari nama "jaga" yang berarti menjaga dan "baya" yakni bahaya. Plengkung Jagabaya terletak di sisi barat Keraton Yogyakarta dan Pasar Ngasem di Tamansari. Pintu gerbang ini juga dikenal dengan Plengkung Tamansari karena sesuai nama kawasannya. Sekarang, Plengkung Jagabaya berwujud gapura biasa.

  5. Plengkung Jagasura
    Plengkung ini terletak di utara Alun-alun Utara. Namanya berasal dari kata "jaga" yang berarti menjaga dan "sura" yang berarti pemberani. Dulu, pintu tersebut dijaga oleh prajurit yang gagah berani.

Dari lima plengkung Keraton Yogyakarta, hanya dua yang bentuk bangunannya masih tampak asli. Itu adalah Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan dan Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gading.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus