Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta melakukan simulasi untuk menghitung luncuran maksimum awan panas Gunung Merapi pada Selasa, 11 Januari 2022.
Perhitungan itu mengacu pada ketinggian dua kubah lava Gunung Merapi yang hingga awal tahun ini masih belum berhenti bertumbuh, intensitas awan panas, dan guguran lavanya. Gunung Merapi sudah memasuki masa erupsi efusif sejak 4 Januari 2021 silam dan statusnya Siaga atau Level 3 mulai 5 November 2020.
"Masyarakat perlu memahami erupsi efusif Merapi kali ini berbeda dengan erupsi efusif sebelumnya karena Gunung Merapi sekarang punya dua pusat erupsi, yakni di kubah lava barat daya dan kubah lava tengah kawah," kata Kepala BPPTKG Yogyakarta, Hanik Humaida. Kedua kubah lava ini terus bertumbuh.
Hingga 7 Januari 2022, volume kubah lava barat daya sebesar 1,67 juta meter kubik, sedangkan kubah lava tengah sebesar 3 juta meter kubik. "Laju pertumbuhan kubah lava barat daya sebesar 5.700 meter kubik per hari dan laju kubah lava tengah relatif tetap.
Berdasarkan data volume kubah lava tersebut, BPPTKG telah membuat model luncuran awan panas guguran sebagai salah satu bahan pembuatan peta potensi bahaya. Hasil pemodelan menunjukkan, apabila volume kubah lava barat daya yang sebesar 3 juta meter kubik longsor, maka akan menimbulkan awan panas guguran ke Sungai Boyong, Bebeng, Krasak, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer. Jika kubah lava tengah yang volumenya sebesar 1 juta meter kubik juga longsor, awan panas guguran juga bisa mencapai 5 kilometer ke arah Sungai Gendol.
Berangkat dari pertimbangan tersebut, maka daerah potensi bahaya guguran lava dan awan panas guguran Gunung Merapi ditetapkan berada di sektor selatan - barat daya. Arenanya meliputi Sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer dari puncak. Sedangkan pada sektor tenggara, arah potensi bahaya pada Sungai Woro sejauh 3 kilometer dan sungai Gendol sejauh 5 kilometer dari puncak.
"Kami mengimbau wisatawan dan masyarakat tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya tersebut," kata Hanik. Bagi yang bermukim di luar daerah potensi bahaya juga tetap bersiaga terhadap bahaya erupsi Gunung Merapi.
BPPTKG Yogyakarta melansir sepanjang 2021, Gunung Merapi memuntahkan sebanyak 424 kali awan panas dan dominan mengarah ke barat daya. Saat periode awal 2021 lalu, guguran awan panas dominan menuju ke arah Kali Boyong. Namun memasuki Juli 2021 berubah arahnya menuju Kali Bebeng.
Baca juga:
Warga Yogyakarta dan Wisatawan Menjauhi Sungai Berhulu Gunung Merapi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik Tempo.co Update untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram lebih dulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini