Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah dua tahun, Sri Lanka mengakhiri perpanjangan visa jangka panjang gratis bagi warga Rusia dan Ukraina yang berkunjung ke negara tersebut. Menurut laporan Reuters, hal ini merupakan imbas kemarahan warga setempat atas pesta yang dibuat di Lounge Sarayka, sebuah klub malam yang dikelola orang Rusia di Pulau Unawatuna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesta tersebut bertajuk White Party. Sebuah poster tentang acara tersebut yang beredar luas di media sosial bertuliskan "Face Control: White", yang dimaknai bahwa orang non-kulit putih akan ditolak masuk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesta tersebut akhirnya dibatalkan. Tak lama setelah pesta dibatalkan, Otoritas Pengembangan Pariwisata Sri Lanka mengumumkan bahwa mereka akan menghapuskan perpanjangan visa jangka panjang gratis bagi wisatawan Rusia dan Ukraina mulai 23 Februari. Ada masa tenggang 14 hari yang memungkinkan wisatawan tanpa visa baru untuk tinggal hingga 7 Maret.
Menteri Keamanan Publik Tiran Alles mengatakan kepada Reuters bahwa setiap orang yang terkena dampak dan ingin tetap tinggal di Sri Lanka harus membayar sekitar $50 atau sekitar Rp787 ribu untuk visa 30 hari.
“Siapapun yang ingin tinggal di sini bisa mengajukan visa baru,” kata Alles. “Mereka dapat segera memperbarui visanya dan tetap di sini.”
Seorang pengguna yang mengaku sebagai salah satu penyelenggara pesta meminta maaf melalui Instagram Jumat, 1 Maret 2024. "Tidak ada niat jahat atau rasisme dalam hal ini. Kami ingin bertemu ekspatriat yang sudah lama tinggal di sini dan mencintai Sri Lanka,” kata pengguna tersebut, seraya menambahkan bahwa dia dan keluarganya harus meninggalkan pulau itu karena ancaman.
Tanggapan Rusia
Dalam pernyataan yang dikeluarkan sebagai tanggapan atas insiden klub malam tersebut, Kedutaan Besar Rusia di Kolombo mengatakan bahwa pemerintah Rusia mengutuk keras segala bentuk diskriminasi rasial dan nasionalisme dan meminta warganya untuk mengikuti hukum dan adat istiadat setempat.
Banyak negara memberlakukan pembatasan terhadap warga negara Rusia setelah invasi ke Ukraina dua tahun lalu. Akhirnya wisatawan Rusia banyak memilih berlibur ke Sri Lanka. Sekitar 300 hingga 400 orang diperkirakan tetap tinggal di sana sejak saat itu, kata Priantha Fernando, ketua badan pariwisata pulau itu, kepada Reuters.
Menurut statistik resmi, hampir 200.000 orang Rusia dan sekitar 5.000 orang Ukraina mengunjungi pulau itu pada 2023.
Kunjungan turis Rusia dan Ukraina ini berdampak positif bagi perekonomian Sri Lanka yang mengalami kesulitan dalam beberapa tahun terakhir. Negara tersebut menyatakan kebangkrutan pada 2022 karena meningkatnya utang luar negeri.
SKY NEWS | BUSINESS INSIDER
Pilihan Editor: 6 Destinasi yang Menjadi Daya Tarik Sri Lanka