Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mencetak kartu NPWP ternyata sangat mudah dan cepat. Dari masuk ke kantornya, ambil kartu antrean, menunggu sebentar, hingga cetak kartu, semuanya gak sampai 5 menit!
Tapi...
First of all, sebelumnya saya memang sudah daftar NPWP online. Sudah dapat email konfirmasi kalau pendaftaran saya diterima. Jadi saya cuman butuh cetak kartu sajoo. Kedua, saat saya antri juga tidak banyak orang. Hari ini hari apa nih, hari Rabu, saya ke sana jam setengah 3 sore. Gak ngantre sama sekali! Hahahah, rencananya saya mau dokumentasi biar artikel ini keceh gitu. Tapi karena saking tercengangnya dan singkatnya waktu saya di kantor Pajak, saya jadi lupa mau foto-foto haha..
Oke, kita curcol dulu yaa..
Saya daftar NPWP sebelumnya kan via online ya, kira-kira awal tahun ini, 9 Januari 2017. Nah, karena katanya kartu dan SPT akan dikirimkan ke alamat via pos, saya jadi nyantai tinggal nunggu sampai kartu dan SPT saya sampai rumah. Tapi, sampai ditunggu-tunggu dan sampai saya lupa, kartu NPWP saya tidak pernah sampai.
Selain ingin mencetak kartu NPWP, saya juga ingin mengajukan perubahan data. Karena pada saat saya mendaftar di e-registrasi, itu masih pakai KTP yang lama, dan di KTP lama saya ini, nama saya typo. Cuma beda spasi aja sih, 'Dwi Kurniasari' jadi 'Dwikurnia Sari'. Gak begitu fatal hehe, tapi tetep aja agak mengganggu sedikit. Riset riset dikit di internet, proses perubahan data memerlukan formulir dan surat permohonan. Hmm, ada templatenya untuk format surat permohonan tertulisnya. Dari situlah saya lalu menaksir kalau proses ini akan memakan waktu sehari.
Oh iya, saya sampai di KPP sekitar jam setengah 3 sore. Setelah masuk ke kantor dan bertanya ke Pak Satpam, saya diarahkan ke mesin antrian. Di mesin antrian, untuk keperluan cetak kartu pilih menu 'NPWP', lalu keluar deh nomer antriannya. Baru aja duduk, keluarin e-KTP dan buka screenshot email konfirmasi e-reg pajak.go.id, eh... nomer saya sudah dipanggil.. lah, cepet amat. Buru-buru saya ke meja pelayanan yang memuat nomor antrian saya. Dengan sopan petugas pajak meminta nomor antrian saya..
"Iya, sore mas," sambil senyum ngasih nomer antrian.
"Terima kasih mbak, maaf keperluannya apa ya hari ini?"
"Ini kartunya, mbak."
Saya melongo. Kartu NPWP saya sudah jadi?
Wait a minute.
Wait wait wait.. it's done?
IT IS ACTUALLY DONE?!
"Sudah?"
Mas-masnya cuma senyum.
Saya lihat kartu NPWP baru saya yang masih fresh, masih shiny. This is so weird..
"Ada lagi yang bisa saya bantu?"
Saya ketawa, Ya Allah... ini gak seribet yang saya pikir!
"Ada mas, ada. Ini lho, nama saya ada typonya sedikit. Kira-kira bisa dirubah gak ya, mas?"
Mas-masnya meneliti kartu saya. Saya jelaskan dimana letak typo nama saya. Kenapa waktu itu typonya tidak bisa dirubah saat registrasi online. Serta kekhawatiran saya jika ini nantinya dapat menimbulkan masalah di kemudian hari. (ciee, bahasanya)
"Oh, sepertinya ini gak apa-apa deh mbak. Yang penting; NPWP, NIK dan datanya masih sama dengan e-KTP. Kecuali mbak pindah domisili dan punya KTP baru, baru mbak bisa mengajukan perubahan data. Kalau menurut saya, typo ini gak masalah. Mungkin pada saat mbak e-registrasi kemarin, ketika ada typo nama atau salah data, mbak bisa langsung telpon ke KPP terdaftar untuk dibatalkan permohonannya. Setelah KPP terdaftar menolak permohonan, sistem akan me-reset ulang dan mbak bisa mengulang pendaftaran lagi."
"Ohh, jadi bisa ya minta dibatalkan dulu terus diulang lagi pendaftarannya. Ooh, okedeh mas saya ngerti."
"Iya, mbak Fitri. Jadi, ada lagi yang bisa saya bantu?"
"Hehe, udah mas. Makasih yaa"
"Sama-sama mbak Fitri, senang bisa membantu,"
-----
Man, what a delight!
Coba semua proses birokrasi bisa secepat dan seluwes itu. Ini sudahlah petugas pajaknya ramah, murah senyum, ngomongnya juga adem.. dan itu sore hari lho. Biasanya kan, biasanya kalau udah sore hari itu kan banyak yang sudah capek ya. Banyak yang gampang iritasi.. Nah, ini tidak begitu. Saya senang deh. Perlahan-lahan sistem birokrasi di Indonesia mulai membaik. Mulai singkat dan tidak berbelit-belit.
Pajak, terlepas dari segala isu dan bukti atas penyalahgunaannya, wajib untuk kita bayarkan kepada negara. Harapan saya, agar kepercayaan masyarakat yang sudah sadar dan taat pajak ini, tidak disalah gunakan oleh oknum-oknum yang korup. Sedih lah, masa iya masih dikorupsi.. Ini oknum-oknum yang begini masih gak sadar dan gak punya hati nurani. Mudah-mudahan gak ada lagi yang korupsi, Amiiin.
Okeh, sekian dan terima kasih teman-teman.
Kalau ada yang mau ditanyakan soal pajak, apa pun itu, bisa menghubungi call center pajak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini