Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tameu itu menggumam dengan nada rendah. Dari mereka, dari kita, untuk Aceh. Tameu tidak hadir dengan suara menyayat yang biasanya melengking tinggi dalam balada tradisional Aceh. Pada Tameu Jroeh' Jroeh (Saling Menyayangi), yang tersaji adalah gumam nada rendah seperti senandung suku-suku Indian Amerika. "Saya ingin sedikit memberi perbedaan nuansa kepada pendengar, tanpa mengurangi emosi lagu," ujar Yovie Widiyanto, musisi yang menulis Tameu dalam tiga jam. Tiga jam berikutnya digunakan untuk rekaman. Secara keseluruhan, bangunan utama Tameu tetap sebuah komposisi pop. Di bagian interlude, ia selipkan narasi ber-bahasa Aceh yang ditulis oleh seniman muda Sanjev.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo