Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang turis Australia dijatuhi hukuman delapan minggu penjara di Singapura pada Rabu, 15 Januari 2025. Pria bernama Moncrieff Marli Curtis Philip, 36, itu dua kali mengancam akan menabrakkan pesawatnya saat berada di Bandara Changi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Channel News Asia, beberapa waktu sebelum 20 November 2024, Moncrieff naik pesawat Jetstar dari Perth ke Phuket, dan singgah di Singapura. Moncrieff telah merencanakan perjalanan ini sejak lama dan menghabiskan banyak uang, kata jaksa penuntut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, ia ditolak masuk ke Phuket karena satu halaman visa sobek dari paspornya. Turis Australia itu ditempatkan di pesawat ke Singapura, tapi ia juga ditolak masuk karena alasan yang sama.
Minum Obat Depresi
Di Bandara Changi, petugas imigrasi membantu Moncrieff mengambil obat resep untuk kecemasan dan depresi dari bagasi check-in-nya. Ia kemudian dibawa ke ruang tunggu di gerbang keberangkatan untuk menunggu penerbangan Jetstar JQ96 kembali ke Perth. Sekitar pukul 5.40 pagi pada 20 November 2024, Moncrieff dikawal ke pesawat sebagai penumpang pertama yang menaiki pesawat.
Kesal karena liburannya yang tidak berjalan sesuai rencana, ia melontarkan ancaman. "Saya ingin pesawat itu jatuh dan menewaskan semua orang," kata dia saat itu,
Seorang pramugari mendengar ia mengatakan hal ini dan merasa khawatir. Ia berkonsultasi dengan manajernya dan kapten, lalu mereka memutuskan untuk mengeluarkan Moncrieff dari pesawat. Mereka menggeledah Moncrieff dan barang bawaannya tetapi tidak menemukan sesuatu yang memberatkan.
Mereka kemudian menyerahkannya kepada pihak berwenang setempat, yang membawanya ke konter kedatangan Jetstar untuk menunggu penerbangan repatriasi berikutnya dengan biaya maskapai.
Ancaman Kedua
Ketika menunggu pemberangkatan, dia menelepon pacarnya. "Jika mereka menempatkan saya di penerbangan lain, saya akan memberi tahu mereka bahwa saya akan menabrakkan pesawat itu lagi," kata dia.
Perkataan ini didengar oleh seorang petugas Otoritas Imigrasi dan Pos Pemeriksaan (ICA). Petugas ICA itu bertanya kepada Moncrieff tentang perkataannya sebagai konfirmasi. Dia pun mengulangi ancamannya. Petugas ICA mencoba menenangkannya, tetapi dia tetap marah. Ia pun meminta petugas untuk memenjarakannya dan mengatakan bahwa dia ingin mati.
Petugas tersebut membuat laporan polisi setelah membahas masalah tersebut dengan rekan-rekannya, dan Moncrieff ditangkap pada hari itu juga. Turis itu kemudian menulis surat permintaan maaf yang menyatakan penyesalan atas tindakan dan ucapannya.
CHANNEL NEWS ASIA | INDEPENDENT