Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Ratusan umat Hindu dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah mengikuti prosesi Galungan di kawasan Candi Prambanan, Yogyakarta, Rabu 28 Februari 2024. Momen Galungan ini digelar untuk memperingati terciptanya alam semesta serta ucapan syukur atas apa yang sudah diberikan Sang Hyang Widhi Wasa. Prosesi ini dilakukan dengan menghaturkan persembahan dan persembahyangan dari zona utama Candi Prambanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam prosesi itu, umat Hindu melaksanakan persembahyangan di pelataran Candi Prambanan juga pembersihan candi melalui sarana sesaji serta tirta penglukatan. Setelah itu, para pemangku menghaturkan sesaji di bilik candi, serta dilanjutkan dengan persembahyangan bersama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perayaan prosesi Galungan di Candi Prambanan tahun ini menjadi yang ketiga kalinya sejak terbitnya Nota Kesepakatan Empat Menteri dan Dua Gubernur tentang Pemanfaatan Candi Prambanan dan Candi Borobudur untuk Kepentingan Agama Umat Hindu dan Umat Buddha di seluruh dunia.
Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Hindu DI Yogyakarta Didik Widya Putra menuturkan, pada perayaan Galungan ini umat Hindu memperingati penciptaan alam semesta beserta isinya.
Perayaan Galungan pertama kali
Hari Raya Galungan menurut dokumen lontar Purana Bali Dwipa pertama kali dirayakan pada hari Purnama Kapat (Budha Kliwon Dungulan) di tahun 882 Masehi atau tahun Saka 804. Menurut Didik, ini dimaknai sebagai hari kemenangan bagi Dharma (kebaikan) melawan aDharma (keburukan).
"Galungan menjadi hari di mana umat merayakannya dengan menghaturkan puja dan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa," kata Didik.
Dalam perayaan itu, ujar Didik, umat yang berasal dari lima kabupaten/kota di DIY juga umat asal Boyolali serta Klaten Jawa Tengah diajak
menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian yang terang.
"Inti perayaan ini bersatunya rohani dan pikiran yang terang inilah wujud dharma dalam diri. Sedangkan segala kekacauan pikiran itu atau byaparaning idep adalah wujud adharma," kata dia.
"Dari konsepsi lontar Sunarigama disebutkan hakikat Galungan merayakan menangnya dharma melawan adharma," urainya.
Pariwisata berkualitas
General Manager Candu Prambanan dan Ratu Boko I Gusti Putu Ngurah Sedana menuturkan, melalui keberadaan Candi Prambanan sebagai candi Hindu terbesar dunia, perayaan Galungan sebagai prosesi nasional dapat diikuti oleh umat Hindu berbagai daerah di Indonesia.
"Hal ini selaras dengan upaya pelestarian melalui menggaungkan aktivitas spiritual di destinasi Warisan Budaya Dunia Prambanan," kata dia.
Upaya pelestarian melalui aktivitas spiritual seperti perayaan Galungan ini mendorong pengembangan pariwisata berkualitas.
"Ritual yang berjalan khidmat dan sakral, menghadirkan pengalaman autentik serta pengalaman berkesan untuk umat yang hadir," kata Sedana.
Candi Prambanan menurutnya merupakan warisan leluhur untuk mengembalikan fungsi candi Hindu sebagai warisan leluhur umat Hindu di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah.
PRIBADI WICAKSONO