Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Uniknya Berhitung Ala Suku Bauzi Papua, Panjang Menyebut Angka 16

Suku Bauzi tinggal di sepanjang tepi Sungai Mamberamo dan Danau Bira, Papua. Dikenal sebagai pemburu buaya dan punya metode berhitung yang unik.

7 September 2021 | 08.17 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Suku Bauzi Papua. Foto: Hari Suroto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Suku Bauzi Papua tinggal di perkampungan sepanjang tepi Sungai Mamberamo dan Danau Bira, Mamberamo Raya, Papua. Wisatawan bisa sampai ke Mamberamo Raya dengan naik pesawat terbang kecil atau penerbangan perintis dari Bandara Sentani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wisatawan juga bisa tiba ke Sungai Memberamo Raya dengan naik kapal perintis dari Pelabuhan Jayapura. Kapal ini menyusuri pantai utara Papua kemudian lanjut melintasi aliran Sungai Mamberamo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan Suku Bauzi dikenal sebagai pemburu buaya yang ulung. "Mereka menangkap buaya dengan cara menyelam," kata Hari Suroto kepada Tempo, Selasa 7 September 2021. "Peralatan yang dibawa hanya tali rotan."

Selain memiliki tradisi berburu, kita juga dapat mempelajari bagaimana Suku Bauzi berhitung. "Suku Bauzi mengenal cara berhitung yang unik, bukan seperti sistem bahasa Indonesia yang menyebut satu, dua, tiga, dan seterusnya," kata Hari Suroto yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih, Papua.

Suku Bauzi mengenal cara menghitung sistem kaki dan tangan. Artinya, mereka menggunakan kaki dan tangan sebagai dasar berhitung. Contohnya:

Lima = auhole (satu telapak tangan habis)
Enam = aumei viva (satu telapak tangan tambah satu jari tangan)
Tujuh = aumei behasu viva (satu telapak tangan tambah dua jari tangan)
Sebelas = naba bu vametea viva (dua telapak tangan dan satu jari kaki)
Lima belas = naba meida ahebu fole (dua telapak tangan dan satu telapak kaki)
Enam belas = au ahim fole, naba meida fole, naba bu meida vameta viva (sepasang telapak habis, satu telapak kaki habis, dan kaki satu jari)
Dua puluh = naba ahim fole (sepasang telapak tangan dan kaki habis)
Dua puluh satu = dat meida anekeha vametea viva (sepasangan telapak tangan dan kaki habis tambah satu orang lagi dengan satu jari)

Hari Suroto menjelaskan, bahasa Suku Bauzi termasuk dalam fila Papua Teluk Cenderawasih. Saat ini, generasi muda Suku Bauzi yang tinggal di perkotaan lebih mengenal bahasa Indonesia daripada bahasa daerahnya. "Sebab itu, perlu pelestarian bahasa Suku Bauzi dengan cara menjadikannya sebagai pelajaran muatan lokal di sekolah," kata Hari.

Baca juga:
Suku Bauzi di Papua Punya Metode Telepon Hutan, Tiada Rahasia di Antara Kita

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus