Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Suku Bauzi Papua tinggal di perkampungan sepanjang tepi Sungai Mamberamo dan Danau Bira, Mamberamo Raya, Papua. Wisatawan bisa sampai ke Mamberamo Raya dengan naik pesawat terbang kecil atau penerbangan perintis dari Bandara Sentani.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wisatawan juga bisa tiba ke Sungai Memberamo Raya dengan naik kapal perintis dari Pelabuhan Jayapura. Kapal ini menyusuri pantai utara Papua kemudian lanjut melintasi aliran Sungai Mamberamo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto mengatakan Suku Bauzi dikenal sebagai pemburu buaya yang ulung. "Mereka menangkap buaya dengan cara menyelam," kata Hari Suroto kepada Tempo, Selasa 7 September 2021. "Peralatan yang dibawa hanya tali rotan."
Selain memiliki tradisi berburu, kita juga dapat mempelajari bagaimana Suku Bauzi berhitung. "Suku Bauzi mengenal cara berhitung yang unik, bukan seperti sistem bahasa Indonesia yang menyebut satu, dua, tiga, dan seterusnya," kata Hari Suroto yang juga dosen arkeologi Universitas Cenderawasih, Papua.
Suku Bauzi mengenal cara menghitung sistem kaki dan tangan. Artinya, mereka menggunakan kaki dan tangan sebagai dasar berhitung. Contohnya:
Lima = auhole (satu telapak tangan habis)
Enam = aumei viva (satu telapak tangan tambah satu jari tangan)
Tujuh = aumei behasu viva (satu telapak tangan tambah dua jari tangan)
Sebelas = naba bu vametea viva (dua telapak tangan dan satu jari kaki)
Lima belas = naba meida ahebu fole (dua telapak tangan dan satu telapak kaki)
Enam belas = au ahim fole, naba meida fole, naba bu meida vameta viva (sepasang telapak habis, satu telapak kaki habis, dan kaki satu jari)
Dua puluh = naba ahim fole (sepasang telapak tangan dan kaki habis)
Dua puluh satu = dat meida anekeha vametea viva (sepasangan telapak tangan dan kaki habis tambah satu orang lagi dengan satu jari)
Hari Suroto menjelaskan, bahasa Suku Bauzi termasuk dalam fila Papua Teluk Cenderawasih. Saat ini, generasi muda Suku Bauzi yang tinggal di perkotaan lebih mengenal bahasa Indonesia daripada bahasa daerahnya. "Sebab itu, perlu pelestarian bahasa Suku Bauzi dengan cara menjadikannya sebagai pelajaran muatan lokal di sekolah," kata Hari.
Baca juga:
Suku Bauzi di Papua Punya Metode Telepon Hutan, Tiada Rahasia di Antara Kita