Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Aktris dan penyanyi, Aurelie Moeremans berbicara mengenai colorism atau diskriminasi warna kulit yang masih terjadi. Ia merasa perlu berbicara soal diskriminasi warna kulit itu setelah melihat tanggapan netizen Indonesia yang beranggapan cantik itu harus putih atau berkulit terang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tadi malam aku posting tentang colorism di story dan gila banget response dari kalian semua.. DM aku membludak! Ternyata sebanyak itu ya orang yang pernah didiskriminasi karena warna kulit doang.. Sama orang kita sendiri lagi, bahkan banyak yang ngalamin itu dari orang rumah / inner circle," tulisnya memulai diskusi mengenai colorism di akun Instagramnya, Jumat, 9 Juli2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aurelie mengunggah video yang memperlihatkan dirinya saat kecil. Kulitnya yang cokelat membuat pamannya meledek. "Aurelie kayak monyet," terdengar suara pamannya dengan tertawa yang dibalas Aurelie dengan menjulurkan lidah itu.
Pada bagian atas video itu, perempuan yang saat ini berpacaran dengan Hanif Ramadhana itu menuliskan judul sebuah artikel yang menyinggung soal warna kulitnya. "Dulu Hitam Dekil, Sekarang Banyak Lelaki Antri untuk Dapatkan Cewek Ini. Siapa Hayo?" demikian judul di artikel yang ditulis sebuah media online pada 25 Oktober 2017 menyinggung dirinya.
Aurélie Moeremans. Instagram.com/@aurelie
"Di video ini aku dibecandain sama om sendiri... Mungkin menurut dia lucu tapi secara ga sengaja, dengan ngomong hal semacam itu setiap hari, dia bikin aku mikir apa iya aku kayak monyet karena kulit aku lebih gelap?" tulis kakak dari aktor sinetron, Jeremie Moeremans itu.
Aurelie juga mempersoalkan judul di artikel itu. "Aku pernah post video ini dan speak up tentang ini.. Media Indonesia malah bikin headlines semacam itu sampai akhirnya aku arsipin lagi," tulisnya dengan menambahkan emotikon menangis sedih.
Menurut Aurelie, stigma kulit putih lebih menarik harus berubah. Ia menuturkan, stereotipe ini tumbuh sejak masa pra-kolonialisme. "Kita dijajah bangsa asing dan akhirnya itu menciptakan adanya ras superior dan inferior yang dilanjutkan oleh Jepang dengan mengidamkan kulit putih orang Jepang," tulisnya.
Stigma bertahun-tahun itu mengendap menjadi pemahaman umum masyarakat Indonesia. Tak mengherankan jika perempuan terobsesi memiliki kulit cerah dah putih sehingga menjadi hamba krem pemutih. "Okay, makes sense TAPI INI UDAH TAHUN 2021 cuy! Kita sudah merdeka kali! Kenapa sih colorism masih harus ada. Kenapa stereotipe zaman baheula masih berlaku sampai hari ini?" tulisnya.
Padahal, di Belgia, negeri ayahnya berasal, kulit Aurelie disebut dengan Bronzee yang berarti kecokelatan eksotis. "Suka banget kata itu karena warna bronze bagus, goldish gitu...Pas di sini malah dipanggil hitam atau lebih parahnya dibilang dekil," tulisnya kesal.
Aurelie Moeremans dalam konferensi pers film Story of Kale: Someone's in Love pada Rabu, 21 Oktober 2020. (Foto: tangkapan layar Zoom)
Ia pun mengajak netizen untuk membagi pengalaman mereka dengan membagi foto selfie mereka yang berkulit kecokelatan. "Kalian post selfie kalian dengan kulit Bronzée kalian ( atau foto zaman kalian mengalami colorism ) terus share pengalaman kalian tentang colorism! Biar semua pengalaman kalian bisa aku baca, boleh ga kita bikin hashtag #iambronzee," tulisnya.
Aurelie ingin mengajak netizen mengkampanyekan saatnya menghentikan colorism atau diskriminasi berdasarkan warna kulit. "Kita bareng-bareng kasih tahu mereka semua betapa colorism itu NGGA ASIK!" tulisnya.
Unggahan Aurelie Moeremans itu mendapatkan tanggapan dari para sahabatnya."Nah itulah, bila manusia benar-benar memahami agama maka ia tak akan pernah menjadi manusia rasis karena ia tahu bahwa semua manusia sama derajatnya di mata Tuhan," tulis Sandhy Sondoro. "Dulu saya item dekil...Alhamdulillah setelah punya uang sendiri, makin sering traveling main di laut sama motoran, saya makin dekil, Kak," tulis Virgoun.