Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saat mendengar Sawahlunto, mungkin hal pertama yang telintas ialah tambang batubara. Terlebih lagi karena beberapa waktu lalu tambang batu bara di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat meledak pada Jumat, 9 Desember 2022 pagi. Sejumlah pekerja tambang dilaporkan menjadi korban dan tertimbun dalam peristiwa tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kota Sawahlunto memang dikenal sebagi kota penghasil batu bara. Lantaran itulah Sawahlunto pernah dijuluki kota arang dan menjadi kota penghasil batubara terbesar di Indonesia pada masanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejak batubara ditemukan di Sawahlunto oleh geolog Belanda Ir. W.H.De Greve tahun 1867, tempat ini langsung menjadi pusat perhatian Pemerintah Kolonial Belanda.
Disarikan dari bdtbt.esdm.go.id, guna mendukung kegiatan pertambangan batubara di Sawahlunto, Pemerintah Hindia Belanda kemudian membangun infrastruktur tambang dan segala bangunan pendukungnya. Sebagian besar bangunan tersebut masih berdiri kokoh di seputaran Sawahlunto bahkan hingga ke Kota Padang, sebagian lagi hanya tersisa jejak bangunan.
Seiring berjalannya waktu dan menurunnya penambangan batubara di Sawahlunto, bangunan yang dahulu berfungsi sebagai bangunan pendukung administrasi perusahaan berubah menjadi bangunan tua yang dimanfaatkan sebagai tempat wisata.
Dilansir dari Antara, bahkan sejak 2019 warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto telah ditetapkan sebagai Warisan Dunia UNESCO Bidang Heritage.
Yang menjadi nilai jual utama dan identitas kuat warisan ini ialah bekas pertambangan batu bara beserta infrastruktur pendukungnya seperti kota tambang, fasilitas perkeretaapian untuk pengangkutan hasil tambang dan gudang penyimpanan batu bara serta keragaman budaya masyarakat.
Ombilin berbeda dengan warisan situs budaya lain sebab tempat ini terdiri dari tiga area yang amat luas. Selain pertambangan, terdapat pula pembangkit listrik dan air serta dapur umum dengan kapasitas lebih dari 6 ribu ransum yang memakai teknologi Jerman serta rumah sakit.
Area A adalah kota tambang Sawahlunto. Area B adalah fasilitas struktur perkeretaapian dan sekarang ada peninggalan Lokomotif Mak Itam yang disimpan di Museum Kereta Api Sawahlunto. Ini adalah museum kereta api kedua di Indonesia setelah Ambarawa.
Area C adalah fasilitas penyimpanan tambang batu bara di Teluk Bayur dan inilah yang membuka akses batubara di Sumatera bagian tengah saat itu. Dari semua itu, dapat dilihat bahwa Tambang Batubara Ombilin adalah hasil perpaduan teknologi industri dengan budaya lokal.
ANNISA FIRDAUSI
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.