Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sawahlunto merupakan kota di Sumatera Barat yang diresmikan pada 1 Desember 1888. Nama Sawahlunto berasal dari dua kata, Sawah dan Lunto. Kata Sawahlunto diambil dari gambaran daerah hamparan sawah.Sedangkan kata lunto diambil dari nama sungai Batang Lunto yang mengelilingi daerah itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pusat Kota Sawahlunto berjarak 6 kilometer dari Muaro Kalaban melewati Jalan Raya Provinsi yang menghubungkan Sawahlunto dengan Batusangkar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejarah Sawahlunto
Dilansir laman Kemendikbud "Sawahlunto, Kota Tambang Nan Mendunia", dahulu Sawahlunto di Sumatera Barat merupakan desa kecil yang dikelilingi jenggala. Pada 1886 terjadi pembebasan lahan tambang batu bara di kota ini.
Daerah itu diberikan untuk dijadikan areal penambangan batu bara atas dasar akta notaris yang dikeluarkan oleh E.L van Rouvery selaku Asisten Residen Tanah Datar dan Djaar Sutan Pamuncak sebagai kepala Laras Silungkang. Penerimanya yaitu Hendrik Yakobus Shuuring, pemegang konsesi pertambangan kolonial Belanda.
Mengutip publikasi Sanggar Kesenian Karawitan Bina Laras dalam Usaha Pelestarian Kesenian Wayang Kulit di Kota Sawahlunto 2002-2012, De Greve dan Kalshoven, geolog Belanda menyelidiki adanya batu bara di Sawahlunto. Berdasarkan penelitian tersebut, ditemukan deposit batu bara di daerah itu berjumlah lebih dari 200 juta ton.
Pada saat itu masalah pembebasan tanah mengikuti hukum adat Minangkabau. Namun jumlah ganti rugi yang tak sesuai membuat masyarakat adat rugi. Peralihan Sawahlunto sebagai sebuah kota tambang dimulai pada akhir abad ke-19.
Saat itu, Belanda tengah fokus melakukan eksplorasi potensi cadangan tambang batu bara untuk mengurangi ketergantungan impor. Belanda menanamkan modal sebesar 5,5 juta gulden untuk tambang batu bara.
Kota Sawahlunto menjadi pusat eksploitasi komoditi daerah sekitarnya dan sebaliknya juga dijadikan sebagai tempat pemasaran hasil industri Belanda atau negara Eropa lainnya. Adapun jika dibangun oleh Belanda pada dasarnya hanya untuk kepentingan kolonial.
Sejak saat itu, Sawahlunto semakin dikenal sebagai kota tambang hingga penjuru Nusantara, bahkan Eropa. Karena kaya akan batu baranya, salah satu tambang yakni tambang batu bara Ombilin masuk dalam salah satu dari warisan budaya dunia kelima milik Indonesia. Pengakuan itu dicetuskan dalam sidang ke-43 Komite Warisan Dunia UNESCO PBB di Baku, Azerbaijan, Sabtu, 6 Juli 2019.
YOLANDA AGNE | KAKAK INDRA PURNAMA