Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Banyuwangi - Sejumlah paket wisata alternatif berkembang di Banyuwangi. Yang terbaru, di kabupaten di ujung timur Pulau Jawa itu berkembang paket wisata jalan kaki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah pelaku wisata mengembangkan paket wisata jalan kaki dengan mengajak wisatawan dan komunitas penggemar jalan kaki menyusuri sejumlah tujuan wisata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu penggagas paket wisata jalan kaki ini adalah ”Camino De Ijen”. Koordinator Camino De Ijen, Agustina mengatakan, ide untuk membuat paket wisata alternatif ini muncul karena Banyuwangi punya banyak potensi yang sayang untuk dilewatkan.
”Selama ini kalau orang datang ke Banyuwangi, menuju destinasi yang diinginkan selalu menggunakan alat transportasi. Nah, kami coba membuat sesuatu yang beda. Kami tawarkan wisata jalan kaki selama beberapa hari di Banyuwangi,” kata Agustina, Jumat, 8/12.
Dengan berjalan kaki, wisatawan bakal mempunyai pengalaman baru dengan lebih mengenal budaya masyarakat, keindahan alam, maupun tradisi seni di tiap daerah yang dilintasi. ”Karena itu kami bikin trip dengan berjalan kaki di desa-desa, termasuk di sekitar Gunung Ijen, menengok aktivitas warga desa dan melewati sawah maupun perkebunan,” ujar Agustina.
Salah satu yang ditawarkan adalah paket untuk empat hari. Selama empat hari, peserta diajak menyusuri kawasan Banyuwangi sejauh 100 kilometer. "Awal Desember ini baru diikuti tujuh peserta, dari Sumatera dan Jakarta. Mereka daftar lewat media sosial. Saya yakin ke depan ini terus berkembang.”
Pada hari pertama, peserta menempuh rute Taman Blambangan di pusat kota menuju Desa Macan Putih yang berjarak 15 kilometer, lalu menginap di desa tersebut. Di hari kedua, perjalanan dilanjutkan ke Desa Banjar sejauh 25 kilometer.Aktivitas penelitian bekas Kerajaan Blambangan di Desa Macan Putih, Kecamatan Kabat, Banyuwangi, Jawa Timur. Tempo/Ika Ningtyas
Rute dilanjutkan dari Taman Langit Desa Banjar menuju Rest Area Jambu di Desa Taman Sari dengan jarak 10 kilometer, yang tak jauh dari kaki Gunung Ijen. Hari terakhir, mereka mendaki Gunung Ijen.
”Para wisatawan ini sangat menikmati perjalanan. Mereka belajar memainkan musik tradisional, membatik, menikmati kopi uthek dan nasi lemang khas Desa Banjar saat menginap di rumah penduduk," ungkap Agustina.Seorang wisatawan mengambil gambar fenomena api biru di kawasan Gunung Ijen, Banyuwangi, Jawa Timur, 20 Februari 2016. Fenomena api biru, yakni gas yang keluar dari tanah bertemu dengan oksigen. TEMPO/Fajar Januarta
Sebelumnya, rombongan komunitas Sarekat Ngobong Kalori Yogyakarta juga menikmati keindahan Banyuwangi dengan berjalan kaki selama empat hari.
”Kami senang kreativitas terus muncul. Setelah wisata bersepeda, olahraga air, wisata budaya dan sebagainya muncul, kini ada wisata jalan kaki. Terima kasih semua pelaku jasa pariwisata, ini sangat membantu menggerakkan ekonomi warga lewat pariwisata,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas.
”Wisata jalan kaki ini senang-senang sambil menyehatkan badan. Biasanya kita ini wisata terus kulineran tidak terkontrol, tapi ini ada paket wisata jalan kaki. Luar biasa. Silakan dirasakan, ini layak dicoba,” imbuh Anas.
DAVID PRIYASIDHARTA (Banyuwangi)
Berita lain: