TEKA-teki mayat wanita hamil yang terpotong enam di Sukabumi, untuk sementara, terjawab tuntas. Setelah tiga pekan sibuk melacak kasus menarik itu, polisi Jumat pekan lalu mengumumkan bahwa mayat itu adalah seorang gadis cantik, karyawati sebuah perusahaan swasta di Sukabumi, bernama Susi. Sekurangnya sampai pekan ini polisi telah menangkap 6 orang tersangka yang diduga sebagai pelakunya. Motif pembunuhan sadistis itu, menurut Kapolda, hanyalah untuk menutupi aib pacar gelap si gadis, karena Susi telah hamil 5 bulan. "Sebuah hasil kerja keras polisi yang hampir tiap malam kurang tidur," kata Kapolda Jawa Barat Mayjen. Drs. Sidharto. Sang pacar, dalam versi polisi, adalah seorang pedagang besar sayur di Sukabumi, Endang bin Ikih, 35 tahun. Penduduk Desa Cikembar itu, selain sudah punya istri, sejak tahun lalu menyimpan Susi, 18 tahun, sebagai pacar gelapnya. Hubungan itu kemudian membuahkan janin hingga berusia lima bulan. Endang pun bingung menghadapi keadaan itu. Ia meminta Susi menggugurkan kandungannya. Susi ternyata tak menolak. Untuk mencarikan orang yang mampu menggugurkan kandungan itu, Endang meminta jasa teman dekatnya, Rojak, dengan memberi imbalan Rp 200.000. Berkat Rojak yang sehari-harinya tukang bakso itu, pasangan tadi menemukan dukun beranak, Nenek Enting, 65 tahun, di Kampung Cirampo, Sukabumi. Pada 15 Mei lalu, selepas magrib, Endang dan Rojak, ditemani Komon dan Mimin, membawa Susi ke rumah sang dukun. Di rumah itu juga ada Ojang, yang memang tinggal bersama nenek itu. Nenek itu, konon, mula-mula memijit perut Susi. Namun, si janin tak mau nongol. Karena tak berhasil juga, si nenek menyuruh Susi tengkurap. Kemudian Enting menginjak-injak punggung wanita muda berkulit putih itu. Hasilnya malah fatal. Perempuan asal Tasikmalaya itu mengerang, sementara darah segar mengucur deras dari sela-sela kedua pahanya. Enting pun panik. Ketika itulah Endang dan kawan-kawannya, yang sejak tadi menunggu di ruang tamu, menghambur ke kamar "operasi" itu. Melihat keadaan korban, mereka berembuk untuk menghabisi nyawa Susi. Rojak, Endang, dan Komon segera membopong wanita setinggi 161 cm dan berkulit kuning ini ke rumah dinas Ujang seorang guru SD Cirampo -- sekitar 100 meter dari rumah dukun beranak itu. Mereka membaringkan Susi di atas bangku, di dalam rumah yang telah dua bulan tak ditempati Ujang itu. Pada waktu itu, konon, Susi masih menjerit-jerit menahan sakit. Tapi kawanan pembunuh itu malah ramai-ramai memukuli wanita itu hingga tak bersuara lagi. Karena dianggap sudah mati, tubuh korban digotong ke Sungai Cimandiri, sekitar 400 meter dari tempat penganiayaan. Di tengah perjalanan ternyata Susi masih merintih. Rojak, dalam tuduhan polisi, langsung mencabut golok dan menebas leher korban. Di bibir sungai, kawanan itu menjagal bagian tubuh wanita yang sudah berlumuran darah itu, lalu melemparkan potongan tubuh satu demi satu ke sungai. Baru tiga hari kemudian penduduk menemukan sebagian dari potongan mayat itu. Setelah itu, menurut Sidharto, pihaknya mengerahkan sekitar 90 orang anggota dilengkapi anjing-anjing pelacak. Berkat kerja keras itulah, sampai pekan lalu, polisi telah menangkap keenam terdakwa, termasuk guru SD bernama Ujang itu. Tapi, karena terbukti tak terlibat, Ujang dilepas. Sementara itu, potongan mayat Susi hingga kini masih terbujur kaku di lemari pendingin RSHS. Kapan dikubur? "Kita menunggu penyidik dulu," kata dr. Parjaman Tojo, dokter yang mengurusi mayat wanita malang itu. Hanya saja, sampai pekan ini Kapolda Sidharto belum bersedia mengungkapkan semua identitas korban. "Tunggu saja nanti. Sampai saya ketemu keluarganya," kata Sidharto. Mana tahu, polisi masih mengusut kasus itu lebih dalam.Gatot Triyanto, Riza Sofyat, dan Hedy Susanto (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini