MIRIP adegan film: sebuah mobil Hijet Zebra B-7207-ZN warna biru pekat diiringi dua sepeda motor -- masing-masing dengan seorang pengendara -- Sabtu pagi pekan lalu, membelok ke pompa bensin Pandansimping, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Tapi begitu mobil itu selesai mengisi bensin, sebuah minibus Carry menghadang dan menabraknya. "Jangan bergerak. Kami polisi," teriak enam penumpang Carry. Tapi gertakan tim Unit Sidik Sakti itu, yang dikenal juga sebagai "Hunter"-nya Polda Jawa Tengah, tak membuat penumpang Hijet, yang ternyata komplotan perampok itu, ciut. Sembari berebut keluar mobil, mereka melepaskan tembakan pistol. Sementara itu, rekan mereka yang mengendarai sepeda motor segera kabur. Tentu saja polisi terpaksa melayani tantangan itu. Tembakan itu segera dibalas senjata AK polisi. "Dar-der-dor". Seketika pula halaman pompa bensin, yang pukul 09.00 itu persis lagi sepi, berubah menjadi medan laga seru. Yang panik tentu saja petugas pompa bensin. "Hoi, semua tiarap," teriak Mangun, bekas pejuang yang sedang membersihkan halaman pompa bensin itu. Rekannya, Joko, merangkak mencari perlindungan di balik pagar tembok. Sementara itu, sambil berlari miring dan membungkuk-bungkuk, enam orang kawanan penjahat itu tetap melakukan tembakan balasan. Seorang penjahat berpistol -- belakangan ketahuan bernama Jarot Walidi, 28 tahun -- mencegat seorang pengendara Vespa yang kebetulan lewat. Tapi pengendara Vespa itu rupanya tahu gelagat, segera mencabut kunci kontak, dan lari meninggalkan kendaraannya. Gagal merampas Vespa, Jarot mencegat sebuah truk sambil menodongkan pistolnya. Tapi sebelum ia naik ke truk itu, seorang polisi menembaknya. Empat peluru menembus kaki dan sebuah lagi mengenai dadanya. Jarot terjerambab dan tewas di tempat itu. Di saat itu pula, dalam jarak dekat, kawan Jarot, Slamet Gundul, membalas menembak polisi tersebut. Tembakan itu mengenai lengan si petugas. Slamet juga kebagian timah panas di bahu kiri dan kanannya. Sergapan di pompa bensin yang berlangsung sekitar 15 menit itu, akhirnya melumpuhkan juga dua kawanan penjahat, Bagio, 33 tahun, dan Sugeng, 28 tahun. Keduanya tertangkap dalam keadaan terluka. Slamet Gundul, Waluyo, dan Ketut Winarno, serta dua kawan mereka yang belum diketahui identitasnya, kabur dengan sepeda motornya. Tapi polisi berhasil menyita sebuah tas berisi peluru, granat tangan, dan uang Rp 3,895 juta. Selain itu, juga disita mobil Hijet tadi, 12 untai kalung, dua cincin dan gelang, dua pistol, dan sebuah celurit. "Melihat begitu pandainya mereka lari, agaknya, mereka tahu strategi polisi melacak penjahat," kata Kasipenum Polda Jawa Tengah, Mayor Agus. Komplotan ini, diakui polisi, memang sulit dilacak. Mereka tak punya markas tetap dan selalu berpindah-pindah hotel untuk merancang aksi perampokan. Reputasi mereka di dunia kejahatan juga bukan "anak kemarin sore". Mereka tercatat pernah merampok uang Rp 23 juta milik pengusaha tembakau dari Kendal. Kemudian merampas uang Rp 34 juta dari bendahara Universitas Sultan Agung dan Rp 40 juta dari seorang pedagang ikan Semarang. Baru pada 8 Juni komplotan ini tercium oleh "Hunter" Jawa Tengah. Ketika itu mereka merampok uang Rp 6 juta dari seorang nasabah BCA di Semarang. Tim "Hunter" pun bergerak setelah mendapat info bahwa kawanan ini menginap di Hotel Sari Asih, Tawangmangu. Info itu ternyata benar. Di hotel itu sebanyak 12 orang anggota komplotan itu lagi bermarkas. Pada Sabtu pagi polisi telah menguntit begitu sebagian dari mereka bergerak, konon akan ngerjain nasabah BCA di Yogya. Enam orang naik Hijet, dua orang naik dua buah motor, dan yang empat orang masih tinggal di hotel. Sebenarnya, petugas telah siap menyergap mereka di jalan raya Yogya-Salo itu. Tapi niat itu diurungkan karena jalanan ramai. Eh, kebetulan, mobil yang ditumpangi bandit ini membelok ke pompa bensin di Prambanan. Nah, di situlah terjadi baku tembak. Setelah berhasil membuat kawanan ini kocar-kacir, enam orang polisi kembali menuju ke Hotel Sari Asih untuk menyergap kawanan yang tertinggal. Tapi ketika polisi sampai di penginapan itu, kawanan itu sudah kabur membawa mobil Corolla dan Honda Civic milik mereka. Kini, pengejaran sedang dilakukan. "Semua data sedang diolah untuk menentukan langkah selanjutnya," kata Kapolda Jawa Tengah, Mayjen. Drs. Muslihat Wiradiputra, S H., di lokasi penyergapan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini