Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

<font face=verdana size=1>Preman</font><br />Musim Cuti Para Preman

Polisi melancarkan ”perang” terhadap preman jalanan. Ribuan yang ditangkap, segelintir yang akan dikirim ke penjara.

17 November 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANAS yang menyengat membuat sebagian besar penghuni ruang tahanan Kepolisian Resor Jakarta Barat memilih berdiam di kamar masing-masing. Kamis siang pekan lalu, tak lebih dari lima tahanan yang muncul di aula seluas lapangan badminton di kantor polisi itu. Di sudut lapangan, petugas menggunduli kepala seorang tahanan dengan alat cukur listrik. Dua tahanan lain, masing-masing dengan tato di pangkal lengan, menunggu giliran. Hari itu para tahanan diizinkan keluar dari kamar mereka, boleh berkeliaran di aula.

Hanya beberapa meter dari aula, di tempat yang teduh, dua pria berbadan kurus tampak bercakap-cakap dengan serius. Yang satu mengenakan topi, kaus oblong, dan celana panjang jins, seorang lagi bercelana pendek dan kaus oblong. Dari mata kanannya, yang berisi bola buatan, tak sulit buat mengenali yang mengenakan topi itu: Hercules Rosario de Marshal alias Maung. Pria 46 tahun ini populer lantaran, antara lain, pernah dijuluki ”penguasa” Tanah Abang.

Polisi menangkap Hercules dan tujuh temannya setelah terjadi keributan berbuntut penusukan di lobi Hotel Menara Peninsula, Jakarta, Kamis malam dua pekan lalu. ”Pangkal soalnya, masalah utang,” kata Kepala Kepolisian Resor Jakarta Barat, Komisaris Besar Iza Fadri. Hercules dan anak buahnya berada di hotel atas permintaan temannya, Budiyanto, yang memiliki piutang Rp 200 juta kepada Abraham Sugeng.

Menurut Iza, sekitar pukul sebelas malam, Abraham menemui Budiyanto di lobi hotel. Keduanya terlibat adu mulut. Kelompok Hercules yang berada di restoran di atas lobi datang membantu Budiyanto. Seorang polisi mencoba melerai namun tak digubris. Abraham pun berusaha melarikan diri, tapi ia terkena tusukan di pinggangnya. Tapi soal penusukan ini Hercules mengaku tak tahu-menahu. ”Saya turun justru untuk melerai,” ujarnya.

Penangkapan Hercules itu terjadi di tengah gencarnya operasi antipreman yang dua pekan ini digeber Kepolisian Metro Jaya di seluruh penjuru Ibu Kota. Ini merupakan bagian dari operasi preman di sejumlah daerah yang diperintahkan Kepala Kepolisian, Jenderal Bambang Hendarso Danuri.

Pekan lalu, pengacara Hercules, Teddy Sirajuddin Yusuf, minta kliennya ditahan di luar. Hingga kini permintaan itu belum dijawab. ”Saya dengar tidak diizinkan oleh Markas Besar Kepolisian,” ujar Teddy. Adapun menurut Iza Fadri, Hercules telah lama diincar polisi. Tapi, katanya, aparat tak bisa menangkap lantaran selama ini belum ada bukti.

Untuk mendukung operasi perang melawan preman ini, polisi menyediakan saluran telepon khusus di setiap kepolisian resor untuk masyarakat yang akan memberikan informasi. ”Jika ada kepala polsek yang tidak merespons, berarti dia ikut membekingi preman,” tutur Kepala Badan Reserse dan Kriminal Komisaris Jenderal Susno Duaji. Kendati di atas kertas perang melawan preman hanya satu bulan, Susno mengatakan operasi ini akan terus berlangsung dan dievaluasi tiap tiga bulan. ”Tolok ukurnya masyarakat merasa aman,” katanya.

Untuk memberangus para preman itu, ratusan polisi disebar di tempat rawan preman seperti pasar, terminal, hingga gerbang tol. Operasi digelar siang-malam. Kepolisian Resor Jakarta Pusat, misalnya, mengerahkan 60 unit mobil patroli buat mengejar preman. Di luar itu, puluhan petugas tak berseragam juga ditebarkan ke mana-mana. Hasilnya, seperti berlomba, hampir setiap hari polisi di berbagai wilayah melaporkan dan memperbarui catatan hasil tangkapannya.

Saking gencarnya operasi, hingga akhir pekan lalu aparat Polda Metro Jaya sudah menggaruk hampir 4.000 preman di Jakarta dan sekitarnya. Besarnya jumlah ini lantaran yang masuk kategori preman versi polisi memang luas. ”Mereka yang tindakannya meresahkan, mulai penebar ranjau paku, tukang parkir liar, hinggua yang tak punya identitas,” kata Direktur Reserse Kriminal Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Mochamad Iriawan. Di Medan, sekitar 400 preman ditangkap dalam operasi sepanjang dua pekan terakhir.

Tidak semua preman yang digaruk itu ditahan. Dari hasil tangkapan di Jakarta Pusat tadi, misalnya, hanya 400-an yang ditahan. Mereka adalah yang tertangkap tangan saat melakukan kejahatan seperti menodong, memeras, atau memiliki senjata dan narkoba. Sisanya, termasuk korban salah tangkap, hanya didata dan sebagian lainnya dikirim ke Panti Sosial Kedoya di Jakarta Barat.

Banyaknya preman yang dikirim ke panti sosial membuat pengurus panti kelabakan. ”Panti ini maksimal hanya bisa menampung 400 orang,” kata Kepala Panti, Entjo Barsa. Sepanjang dua pekan terakhir, setiap malam Entjo mendapat kiriman ”preman” dari polisi. Ini belum lagi tambahan kiriman rutin hasil garukan satuan polisi pamong praja. Kendati mendapat kiriman melimpah, yang menginap di panti itu sampai pekan lalu sekitar 200 orang saja. ”Karena preman yang dikirim langsung pulang atau cuma menginap semalam,” kata Entjo.

Menurut Entjo, mereka yang langsung pulang adalah yang memiliki tanda pengenal. Yang lainnya keluar lantaran dijemput keluarga. Kamis lalu, misalnya, Suripto, warga Kemandoran, Jakarta Selatan, menjemput adiknya, yang kena razia di Parkir Timur Senayan, malam sebelumnya. Tarto dicap preman karena menjadi juru parkir tidak resmi. ”Yang penting ada surat pengantar dari lurah atau camat,” kata pria yang sudah tiga kali bolak-balik masuk panti tersebut.

l l l

MESKI lebih banyak yang kemudian dilepas ketimbang diproses ke pengadilan, polisi tetap optimistis bakal menggulung kejahatan jalanan hingga ke titik nol. Setidaknya dampak operasi ini mulai terasa di beberapa tempat. Di bus kota jurusan Grogol-Kampung Melayu, misalnya, dalam sepekan terakhir tak ada lagi gerombolan pemalak yang beroperasi. ”Biasanya setiap hari ada saja yang beroperasi dan memaksa minta uang. Sekarang sudah tak ada,” kata Tatang, pengemudi bus itu. Preman semacam ini termasuk yang ditakuti penumpang. Mereka bahkan tak segan-segan menusuk penumpang yang tak memberi uang atau hanya memberi Rp 500. Dari sekali operasi di bus, ”peminta-minta sadistis” ini bisa mengantongi sedikitnya Rp 25 ribu.

Warga juga berharap operasi ini bukan sekadar program sesaat pemimpin polisi yang baru. ”Preman yang ditangkap harus dihukum supaya kapok,” kata Yandra, warga Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Menurut Yandra, jika sekadar diberi pengarahan atau operasi ini hanya beberapa bulan, hasilnya sia-sia. ”Mereka hanya cuti. Setelah itu, jika operasi sudah selesai, akan kembali lagi.”

Seperti menanggapi sinisnya masyarakat terhadap operasi polisi yang sekadar berani dengan para preman teri di jalanan, Susno berjanji akan menguber pentolan preman. ”Jadi, tidak hanya menangkap yang di jalanan,” ujarnya.

Berbeda dengan preman jalanan, pentolan preman memang banyak mendapat bagian dari ”jasa” yang diberikan klien mereka. Dalam kondisi aman saja, misalnya, anak buah mereka yang hanya duduk-duduk mengawal klien dibayar Rp 100 ribu. Jumlah ini meningkat lima kali lipat jika, misalnya, mereka harus bersiaga karena klien mereka akan diganggu lawannya. Adapun sang bos mendapat jatah lebih tinggi, hingga dua kali lipatnya.

Pendapatan yang cukup tinggi adalah jika mendapat order menagih utang. Mereka bisa menuntut bayaran hingga separuh lebih dari nilai utang yang ditagih. ”Semua tergantung negosiasi,” ujar Teddy, pengacara Hercules. Tapi Teddy menolak jika kliennya itu disebut preman. Menurut dia, Hercules selalu membela orang kecil. ”Dia pengusaha, punya sawah di Indramayu dan tambang di Timor Leste,” kata Teddy.

Kini tinggal polisi yang harus membuktikan: adakah Hercules pengusaha, pembela orang kecil, atau sebaliknya, preman yang layak masuk bui.

Adek Media, Martha Warta, Reza M.


Dari Jalanan ke Penjara

DIMULAI pada 2 November lalu dan berakhir pada 3 Desember nanti, operasi preman ini digelar di lima wilayah: Jakarta, Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta.

Definisi preman: setiap orang yang meresahkan masyarakat dengan melakukan perbuatan seperti memeras, menganiaya, merusak, mencopet, menyebarkan paku di jalanan, menodong, mengeroyok.

Target: penjambret, perampok di jalan, perampok nasabah bank, pencongkel kaca spion, penebar paku.

Cara menangkap:

  • Dimulai dengan penyelidikan, mengumpulkan informasi lokasi, waktu, dan sasaran.
  • Menangkap dan menahan.
  • Disidik lalu diserahkan ke kejaksaan.

Wilayah potensial:

  • Terminal. Di Jakarta: Senen, Tanjung Priok, Kalideres, Pulo Gadung, Blok M.
  • Stasiun kereta api, misalnya Tanah Abang, pasar, perempatan jalan.
  • Kompleks perumahan.
  • Parkir peti kemas, parkir bea-cukai, kawasan industri.
  • Lapangan terbang, misalnya Bandara Soekarno-Hatta.

Tuduhan yang dijeratkan

  • Pencurian, pemerasan, perusakan.
  • Pengeroyokan, penganiayaan.
  • Penculikan, merampas kemerdekaan orang.

Hingga pekan lalu Polda Metro Jaya telah menangkap 3.000-an preman. Sekitar 500 di antaranya ditahan. Barang bukti yang didapat, uang tunai sekitar Rp 33 juta dan delapan senjata api (termasuk dua senjata mainan untuk menodong). Polda Metro juga membuka call center: 087883054781 dan 0215234299.

Sumber: Wawancara, Direktorat Reserse Polda Metro Jaya

Martha W. Silaban

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus