AZMIN SUGIARTO menelepon T. Zainal, Kepala Personalia Kantor Inspeksi Pajak Banda Aceh. Saat itu ia nongkrong di Sultan Hotel, tapi seolah interlokal dari pusat. "Ada tamu dari Jakarta. Harap dibantu. Beliau ini adik Dirjen Pajak Bapak Salamun A.T.," katanya. Lulusan Akadami Akuntansi Indonesia Jakarta (1975) itu setelah ke kantor Zainal ia mendapat bantuan tiket pesawat, uang Rp 50.000,00, dan biaya rekening hotel. Ia dicurigai karena memilih naik bis ke Medan. Sejak pertengahan bulan lalu, Azmin Sugiarto, 35 tahun, ditahan. "Dia itu penipu profesional," kata Letkol Agus Saleh, Kapolres Aceh Besar. Mulai Mei lalu ia bergerayang ke Denpasar, Surabaya, Madiun, Tegal, dan Cirebon. Jumlah yang disabet? "Semuanya habis di jalan," ujarnya, mengelak. Katanya, ia kepepet utang Rp 1 juta, menanggung seorang istri, dua anak, dan empat adiknya di Kelurahan Mangga II RW 003-RT 012 Jakarta Pusat. Pernah bekerja di sebuah kantor akuntan dengan gaji Rp 250 ribu, setelah berhenti, Azmin "menyisir" ke kantor-kantor pajak. Susilo Waryono, 31 tahun, juga bertingkah seperti Azmin. Awal Juni lalu, ia berdalih mobilnya kecelakaan di Buntu, Banyumas. Ia menghubungi Bupati Banyumas, Roedjito, dan mendapat Rp 400 ribu, karena Susilo mengaku "Wiwik anak Mendagri". Setelah uang diserahkan di sebuah hotel di Semarang, ketahuan bahwa di Buntu tak ada kecelakaan. Roedjito segera melapor ke Poltabes Semarang. "Wiwik" juga menelepon Ketua DPRD Jawa Tengah, Soekorahardjo. Katanya, jip Mercy "putra Pak Menteri Dalam Negeri" tabrakan di Pekalongan: minta Rp 2,5 juta untuk membantu para korban. Ketua DPR itu menelepon Jakarta dan diterima Wiwih Dwi Sampurno -- putra Mendagri sungguhan. Ketika mau dijebak, Susilo tak muncul. Lalu ia menggarap Abdurachman Efendi Direktur BPD Jawa Tengah itu menurut permintaan Susilo di Hotel Telomoyo, Semarang. Susilo dan komplotannya disergap di saat mengambil uang Rp 2 juta yang dititip pada resepsionis. Rabu pekan lalu perkaranya mulai disidangkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini