Tim dari Polda Metro Jaya mengusut pembunuhan suami-istri itu. "Mana uangnya?" bentak sang tamu. DARI rumah di pojok lorong sempit perkampungan Kemayoran Barat, Jakarta Pusat, terdengar keributan seru. Dor, dor, dor! Kejadian Senin pekan lalu itu berakhir dengan tiga letusan pistol. Kemudian tiga tamu terbirit meninggalkan rumah yang ribut itu. Tuan rumah Tugiman Jito alias Asun, 28 tahun, terkapar bersimbah darah di kursi tamu. Sedangkan istrinya, Tan Kim Nio, 27 tahun, tergolek di kamar dengan tengkuknya tertembus timah panas. Suami-istri pemilik rumah ini meninggal disaksikan anak, keponakan, dan pembantunya. Hari itu, tidak seperti biasanya, Asun pulang siang. Lelaki itu, ketika sedang membetulkan tape mobil di toko onderdil mobil miliknya di Pusat Perbelanjaan Senen, menerima telepon. Entah dari mana sumbernya. Isinya: menyuruh Asun segera pulang karena kedatangan tamu di rumahnya. Dan begitu turun dari sepeda motornya di mulut gang selebar satu meter menuju ke rumahnya itu, tiga lelaki yang membuntutinya muncul dari belakang. Mereka tampaknya sudah akrab dengan Asun. Melihat cirinya, orang-orang inilah yang mendatangi rumah Asun selama tiga hari berturut-turut, sebelum peristiwa itu terjadi. Mereka berbadan kurus, yang satu berambut cepak, lainnya kribo dan lurus biasa. Mereka mengenakan kaus kuning, hijau dan loreng sambil menjinjing sebuah bungkusan kardus. Isinya, kemudian diketahui, berisi potongan kayu dan batu. Di ruang tamu berukuran 3 X 2 meter, mereka ngobrol santai. Di ruang tamu ini, terdapat sejumlah pet polisi tertata rapi, dan di kaca depan rumahnya ada stiker berlambang reserse polisi. Menurut Topas, tetangga Asun, orang-orang bertampang polisi sering bertandang ke sana. "Asun mengaku dirinya seorang informan," ujar Topas kepada wartawati TEMPO Bina Bektiati dan Silawati. Tiba-tiba obrolan yang semula santai berubah jadi keributan. Pertengkaran itu ternyata sudah disulut sejak pertemuan sebelumnya. "Mana uangnya?" sang tamu membentak, seperti cerita Yayah yang dikutip Pos Kota. Yayah mungkin satu-satunya saksi yang melihat pembunuhan itu. Ketika pecah ribut, pembantu rumah tangga berusia 18 tahun itu sedang mengiris daging di dapur. Tan Kim Nio, yang baru saja operasi tumor kandungan, berada di kamar yang bersebelahan dengan ruang tamu. Sedangkan Riki, 3 tahun, dan Hendrik, 7 tahun, anak dan keponakan korban, bermain di ruang tengah. Saat itulah pistol menyalak. Satu pelor mengenai tengkuk Asun dan tembus ke dadanya. Ketika korban menggeliat, sebuah celurit menebas lehernya hingga hampir putus. Nyonya Tan, yang masih tampak lemas, menjerit melihat suaminya tewas terkulai di kursi tamu. Di dalam kamar, disaksikan Yayah yang berasal dari Cianjur, tamu yang kalap itu kemudian mengeksekusi Nyonya Tan, karyawati salon di Duta Merlin. Sebutir peluru menembus tengkuknya. Ibu satu anak itu langsung tewas. Dalam suasana yang kalut inilah Yayah berhasil menyelamatkan nyawa dua bocah kecil: Riki dan Hendrik. Kedua anak ini disembunyikannya di dapur, sampai kemudian warga sekitar datang membantu. Sampai sekarang, belum diketahui pasti tiga tamu pembawa maut itu, dan apa motifnya. "Ibarat membuka pintu, saya sedang mencari kuncinya," ujar sumber di Polres Jakarta Pusat. Dalam kasus ini, katanya lagi, polisi dituntut berpikir analisis, mengingat fakta yang terkumpul belum banyak. Asun dikenal sebagai orang yang ramah di kampungnya, dan ia memang dikenal pula sebagai seorang "informan". Tidak jelas apakah sebutan "informan" ini diberikan setelah lelaki berbadan tegap ini berurusan dengan polisi, karena dituduh sebagai tukang tadah barang curian dashboard. Yang jelas, kabarnya, dia pernah ikut membantu polisi membongkar beberapa kasus pencurian dashboard mobil. Namun, kabar itu dibantah Kadispen Polda Metro Jaya Letkol. Latief Rabar. "Tak ada istilah informan. Yang ada partisipasi masyarakat untuk memberikan laporan, menyangkut semua kasus kejahatan," katanya. Dan tak hanya Asun, kata Latief, yang bisa memberikan laporan itu. Untuk menangani kasus pembunuhan Asun dan istrinya, tampaknya, polisi serius. Sebuah tim dari Polda Metro Jaya langsung diterjunkan. Hingga kini, sudah empat saksi yang dimintai keterangan. Sedangkan beberapa barang bukti disita dari tempat kejadian, antara lain, dua kerabang pelor dan satu butir proyektil. Syahril Chili
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini