Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Televisi asing : ogah tapi mau

Bbc world service television memulai siarannya secara resmi di asia. sejumlah negara menolak siaran televisi asing. malaysia dan muangthai melarang pemakaian parabola.

26 Oktober 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jaringan televisi berita BBC hadir di Asia, bersaing dengan CNN. Sejumlah negara memproteksi siaran televisi asing dengan pelarangan parabola. Apa kata Menpen Harmoko? UDARA Asia semakin dijejali pancaran siaran televisi asing. Senin malam pekan lalu, giliran BBC (British Broadcasting Corporation) World Service Television memulai siarannya secara resmi untuk wilayah Asia. Di markas BBC di London, Inggris, Putri Anne meresmikan pemancaran siaran BBC serentak ke 38 negara di Asia, termasuk Indonesia. Begitu pidato Putri Anne usai, pemirsa di sini segera mendengar suara penyiar di London sana: "This is BBC Service Television. Part of Star TV, satellite television for the Asia region ...." Setelah itu, muncul berita utama malam itu tentang situasi Yugoslavia, dengan gambar yang jernih. Siaran BBC World Service Television ke Asia ini, seperti disiarkan pada pembukaan itu, bekerja sama dengan Star TV, yang berpusat di Hong Kong. BBC mengelola penuh soal-soal keredaksian, sedangkan Star TV menangani masalah teknis pemancaran. Siaran langsung dari pusatnya di London itu dipantulkan lewat satelit ke Hong Kong, dan kemudian dihubungkan dengan satelit Asia Sat-1, yang berlokasi di atas Singapura. BBC adalah suatu organisasi jasa penyiaran yang amat populer dan berwibawa di Eropa. Di Inggris sendiri, BBC mengoperasikan dua jaringan televisi nasional lima jaringan radio, televisi nasional, dan stasiun-stasiun radio lokal. Baru pada pekan ini, siaran televisi BBC melangkah ke luar Benua Eropa, dan mendapat pilihan pertama Asia. Pada 1993, BBC di rencanakan meluaskan jangkauan pancarannya ke seluruh dunia. Menurut siaran pers BBC, mereka akan meningkatkan jam penyiaran untuk Asia secara bertahap. Oktober ini, hanya dua jam sehari. Di Indonesia, bisa ditonton mulai pukul 18.00 WIB, melalui antena parabola ukuran 16 feet -atau berdiameter 4,8 meter -(untuk wilayah Sumatera) dan 24 feet (untuk Jawa). Pada 1 November 1991, siaran ditingkatkan menjadi tiga jam. Dua minggu berikutnya (pertengahan November), menjadi 24 jam penuh. "Ini adalah free transmission," kata Manajer Pemasaran Star TV, Lisa Lee, kepada Sandra Hamid dari TEMPO. Masuknya siaran BBC ke wilayah Asia seakan-akan mendahului pesaingnya, televisi Amerika, CNN (Cable News Network), yang kini sedang melakukan ancang-ancang merebut pemirsa Asia. Kedua jaringan televisi itu sama-sama mengkhususkan diri pada siaran pemberitaan. "Tapi kami jamin, BBC akan selalu menghadirkan peristiwa yang paling mutakhir," Lisa Lee berjanji. Baik CNN maupun BBC sama-sama tak menarik iuran -kecuali di Indonesia, bekerja sama dengan PT Matahari Lintas Cakrawala, CNN akan memungut iuran di hotel-hotel . Selama ini, CNN, yang terkenal dengan liputan perang Irak-nya, dipancarkan ke Asia lewat Intelsat Amerika. Tapi lewat satelit itu, pemirsa Asia (khususnya Indonesia) agak susah menangkap siaran CNN, karena harus memiliki antena parabola berdiameter 7,5 meter. Penyebabnya, bahan roket pengontrol posisi satelit itu sudah habis, hingga satelit bergerak ke mana-mana -ini berpengaruh pada sistem penerimaan. Karena itu, Juli lalu, CNN menandatangani kontrak menyewa satelit Palapa selama tiga tahun. Dengan memakai satelit Palapa -yang relatif masih baru --menurut juru bicara CNN, Steve Hawort, dengan parabola diameter 2 atau 4 meter saja yang harganya sekitar Rp 2 juta -para pemirsa sudah bisa menangkap siaran CNN dengan jelas. Persoalannya, bagaimana dengan kebijaksanaan pemerintah di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, yang tak sepenuhnya bisa menerima siaran asing. Selain alasan tak siap menerima budaya Barat, banyak negara di kawasan ini merasa perlu melindungi pamancar televisi lokal. Malaysia dan Muangthai, misalnya, sampai kini masih ketat menolak siaran asing masuk wilayahnya. Caranya antara lain melarang pemakaian parabola. Di Malaysia, parabola sudah dilarang sejak 1984. Waktu itu, Menteri Penerangan Datuk Mohamed Rahmat mengemukakan alasannya: dengan parabola, pemiliknya bisa tercekoki budaya asing yang bertentangan dengan budaya Malaysia. Sedangkan di Muangthai, menurut laporan wartawan TEMPO Yuli Ismartono, dengan alasan mirip di Malaysia, parabola hanya boleh dimiliki oleh pejabat pemerintah berpangkat tingkat V (setingkat direktur) ke atas. Sedangkan di kalangan swasta, hanya diperuntukkan golongan direktur manajemen atau yang setara. Tapi, di Indonesia, kebijaksanaan menolak siaran asing itu seolah-olah "ogah tapi mau". Larangan itu tak sejalan dengan bebasnya konsumen televisi memakai antena parabola. Akibatnya, kendati siaran asing tak mendapat izin secara resmi melakukan siaran untuk pemirsa di Indonesia, semua penduduk yang punya parabola bisa menangkap siaran tersebut. Bahkan untuk wilayah tertentu, seperti sebagian Sumatera dan sebagian Nusa Tenggara, pemerisa bisa menangkap siaran dari negara tetangga dengan televisi biasa. Semua itu dianggap Menteri Penerangan Harmoko sebagai luberan (baca: Antara Luberan & Rekayasa). Kendati begitu, perusahaan televisi lokal, seperti RCTI, mengaku tak gentar menghadapi banyaknya saingan televisi asing itu. "Kami tak takut bersaing dengan mereka, sebab yang punya parabola dan bisa berbahasa Inggris kan terbatas " kata Wakil Direktur RCTI Alex Kumara. Aries Margono, Ekram H. Attamimi (Kuala Lumpur), Bambang Harymurti (Washington)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus