Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Baru dianggap guncangan sesaat

Akibat pemalsuan saham, transaksi di bej sempat anjlok separuhnya. dampaknya tidak parah. pekan ini investor asing kembali menggoyang lantai bursa.

10 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEPI memagut lantai Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dan papan pencatat transaksi saham bersih dari coretan spidol. Pialang yang biasanya riuh serak memekak di handphone, Kamis siang pekan lalu, hanya bergerombol dengan wajah tegang. Terkadang mereka menoleh waswas ke papan pencatat. Akhirnya yang dinanti muncul juga. Begitu sebuah angka dibubuhkan, ada pialang yang gelisah dan yang terperangah. Indeks saham kian melorot sejak ditemukan saham palsu beberapa hari lalu. Transaksi pun loyo. Lalu Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam), Sukanto Reksohadiprodjo, bicara kepada sejumlah wartawan. ''Kami telah menangani kasus pemalsuan itu,'' katanya. Tentu saja kelesuan di lantai bursa itu belum terdongkrak cuma oleh kalimat singkat itu. Menurut indeks harga gabungan (IHG) yang mewakili 160 perusahaan terkemuka di Indonesia, harga saham Kamis itu rontok 1,047 titik. Ini penurunan kedua, sehari setelah IHG saham di BEJ turun 0,515 titik. Dan tanpa dimaui, Bursa Efek Surabaya (BES) 900 km dari Jakarta kena getah sial pula. Meski di sana tidak ada saham palsu di BES, dari 12 saham yang ditawarkan Selasa pekan silam, hanya dua yang laku. ''Dalam suasana seperti ini, sulit meyakinkan para pemodal untuk ikut transaksi. Mereka seperti tidak percaya lagi,'' kata seorang pialang. Menurut beberapa pengamat, keadaan tidak separah dulu, jika dibandingkan dengan saat terjadinya kasus Bank Summa. Yaitu, dalam sepekan indeks BEJ merosot tajam hingga 30 titik. Sehari sebelumnya, indeksnya 300 lebih. Meskipun Bank Summa bukan perusahaan publik yang tercatat di BEJ, penyelesaian utang bank ini telah menyebabkan penjualan beberapa saham, antara lain saham Astra International, anjlok Rp 2.000 per lembar dalam waktu tiga hari. Indeks di BEJ saat ini turun, tapi tak sampai 2%, atau sedikit lebih buruk dari hari sebelumnya. Lalu orang pun meramal, sementara ini tak akan banyak investor yang menjual sahamnya karena panik, terutama investor asing, lembaga keuangan bukan bank (LKBB), dan dana pensiun yang merupakan pemegang portofolio saham terbesar. James Chan, eksekutif PT Sun Hung Kai Indonesia, meramalkan kelesuan itu akan pulih pada Juni atau Juli mendatang. Sementara itu, menurut Presiden Direktur PT Ichiyoshi Alfa Securities, Masao Yamadera, kelesuan akan teratasi setelah Pemerintah melakukan tindakan. Dan pendapat Sukanto Reksohadiprodjo mungkin benar. Lesunya transaksi, selain karena masalah pemalsuan saham, juga karena orang baru selesai merayakan Idulfitri. Selain itu, penahanan lima saham yang sangat likuid oleh BEJ juga bisa menjadi penyebab dari lesunya transaksi di bursa. Setelah empat dari lima saham (PT Inco, PT HM Sampoerna, PT Inti Indorayon Utama, dan PT Semen Gresik) beberapa hari lalu sempat ditahan karena diduga dipalsukan diperdagangkan kembali Jumat lalu, bursa tampak mulai bergairah lagi. Pemodal asing, meskipun masih hati-hati, mulai memborong beberapa saham. Tidak heran bila saham yang diperjual-belikan hari itu naik Rp 1 milyar dari hari sebelumnya. Sementara itu, indeks juga mengalami koreksi 1,047 titik, menjadi 310,078. Tapi tampaknya para ahli masih mencemaskan akan terjadi sesuatu di BEJ. Menurut Christianto Wibisono, direktur Pusat Data Bisnis Indonesia, dengan terjadinya pemalsuan saham, jangan-jangan akan membuat masyarakat resah dan bingung serta akan mengurangi kepercayaan. Jika kepercayaan sudah menipis, ramalan Christianto, tidak mustahil gejolak rush seperti yang terjadi pada bank-bank beberapa waktu lalu akan terjadi juga di lantai bursa. Sementara itu pengamat pasar modal Kwik Kian Gie meramalkan BEJ akan ditinggalkan para pemodal. ''Habis, sistem di BEJ bikin investor berdebar terus,'' katanya kepada wartawan TEMPO Ivan Haris. Kekhawatiran Kwik ini mungkin benar. BEJ, misalnya, banyak diserbu investor asing. Nilai transaksinya merosot, dari rata- rata Rp 30 miliar sehari dua pekan lalu, kini tinggal separuhnya. Boleh jadi, penurunan itu karena investor asing mulai bersikap hati-hati. Sebab, 200 ribu lembar saham palsu yang dibeli oleh pialang PT Makindo ternyata merupakan investor asing. Pengaruh lainnya akan berdampak kepada pola pemilihan pialang. Artinya, kecerobohan yang dilakukan beberapa pialang kemarin membuat para investor hati-hati memilih pialangnya. ''Kelak investor lebih banyak berhubungan dengan pialang tertentu. Kepercayaan nanti menjadi dasar utama dalam pemilihan itu,'' kata James Chan. Terlepas dari berbagai dampak yang mungkin terjadi, untungnya, guncangan di lantai bursa kemarin belum sampai mengakibatkan ada uang sampai lari ke luar negeri. Menurut beberapa investor di Jakarta, mereka tidak terganggu dengan turunnya harga saham. ''Kasus ini memang cukup mengejutkan. Tapi, saya yakin, ini hanya guncangan sesaat,'' kata seorang eksekutif yang aktif di pasar modal. Boleh jadi. Bambang Aji, Dwi S. Irawanto, Bina Bektiati, dan Jalil Hakim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus