Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Bau Busuk Dari Dalam Sumur

Solihin (kei hin), 52, dengan shokbeker membunuh erwin, 31, ely, 27, dan bayinya, nosa. menyambar tv dan tape recorder korban. penyebabnya rasa dendam, untung ketahuan kun eng yang segera melapor ke polres. (krim)

30 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEKAS pelatih olah raga "tangan kuat" (handstrong) itu cuma memerlukan dua kali pukulan dengan shokbreker mobil untuk membunuh pasangan suami istri muda itu. Ia kemudian juga mencekik anak mereka, seorang bayi umur 10 bulan. Ketiga mayat lalu dilemparkannya ke dasar sumur yang dalamnya 3 meter di belakang rumah. Baru tiga hari kemudian ketiga mayat yang sudah membusuk itu ditemukan. Mereka adalah suami-istri Erwin Lisaputra, 31, dan Ely Susanti, 27, dan anak mereka Ella Nosa, yang baru berumur 10 bulan. Polisi cepat bertindak. Dalam tempo 24 jam sesudah kejadian, tersangka pelaku pembunuhan, menurut polisi, dibekuk, Kamis pekan lalu. Solihin alias Kei Hin, 52, mengaku terus terang. "Saya membunuh karena dendam," kata pria bertubuh tinggi kekar itu. Solihin, ayah lima anak yang sehari-hari dikenal sebagai makelar mobil bekas itu, sudah sejak tiga tahun lalu mengenal korban. "Hubungan saya dengan mereka cuma kenal kebo saja," kata Solihin datar. Artinya, tidak begitu akrab dan cuma terbatas dalam hubungan jual beli mobil. Sehari sebelum Rabu yang nahas itu, tersangka masih bertemu korban di rumah orangtua Erwin di Jalan Pekalipan, Cirebon. Erwin minta tolong menjualkan empat buah velg jip Taft kepada Solihin. Solihin keberatan, kemungkinan besar karena uang komisinya terlalu kecil. Erwin tiba-tiba marah dan mencaci maki tersangka. Solihin tersinggung. "Saya ini 'kan orang tua, lagi pula mengidap penyakit darah tinggi. Mendengar kata-kata kasar itu tentu darah saya naik." Tapi agaknya bukan hanya kemarahan Erwin yang mendorong Solihin nekat. Ia, saat itu, memang lagi bokek. "Usaha saya lagi sepi, sedang masa kontrak rumah sudah habis tepat tanggal 19 Agustus," ujarnya lagi. Rabu 20 Agustus, Solihin datang menemui Erwin di rumahnya. Erwin ternyata masih marah. Maka, tanpa pikir panjang lagi, Solihin pun menyambar sebuah shokbreker bekas di halaman belakang rumah itu. Sekali pukul, korban terkapar. Mendengar keributan itu, istri Erwin, yang sedang menggendong Ella Nosa, segera menghambur ke luar. Elly menjerit. Seketika itu juga Solihin menghantamkan benda keras itu ke kepala ibu muda itu. Elly pun rebah, dan bayi yang jatuh dari pangkuan ibunya itu tentu saja menjerit-jerit. Tak ayal lagi, Solihin yang bagaikan kesetanan itu mencekik bayi itu. Solihin masih sempat mengepel darah yang muncrat dari kepala dan hidung suami istri yang malang itu. Kemudian ketiga mayat itu ia lemparkan ke dalam sumur di halaman belakang rumah dan ditimbunnya dengan empat buah velg mobil yang oleh korban hendak dijual. Ketika pulang, Solihin masih menyambar sebuah tivi 17 inci Quintrix dan sebuah tape recorder Sony. Adalah Kun Eng, 20, yang pertama kali menemukan ketiga mayat itu. Karyawan toko kelontong milik orangtua Erwin itu disuruh majikannya, melihat keadaan anaknya. "Sudah tiga hari ini mereka tak datang. Padahal, biasanya pagi sore ia sering menemui saya di sini," kata Ny. Ko Teng, seperti diceritakan Kun Eng kepada polisi. Setiba di rumah yang dituju, Kun Eng heran. Rumah anak majikannya ternyata dikunci. Ketika ia masuk dari halaman belakang, terciumlah bau busuk. Karyawan ini segera tahu, sumber bau tak sedap adalah sumur. "Yang pertama kali saya lihat sebiji kepala bayi berwarna merah menyembul di permukaan air. Saya kira sebuah boneka, ternyata kepala anak Erwin," kata Kun Eng. Ia lantas melapor ke polisi. Di bawah pimpinan Kapolresta Cirebon, Letkol Soelaeman Gatot, pelacakan pun dimulai. Polisi tak mendapatkan banyak kesulitan. Hari itu juga seorang rekan Erwin, yakni Solihin, ketahuan sedang menawarkan sebuah tivi dan tape recorder yang serupa dengan yang hilang dari rumah Erwin. Solihin langsung ditangkap dan ia, menurut polisi, mengakui perbuatannya. Tapi benarkah motif pembunuhan itu dendam? Polisi masih ragu. "Masa cuma dimarahi saja lantas menghabisi nyawa sekeluarga," ujar Letkol Soelaeman Gatot. "Saya menduga ada latar belakang lain," tambahnya. Kesulitan yang dihadapi polisi ialah ketika memeriksa tersangka. "Orangnya suka bohong," kata Lettu (Pol) Supardi, Kasatserse Polresta Cirebon. Ketika ditanya, dengan alat apa Solihin menghabisi nyawa suami istri itu, ia menjawab dengan tongkat kayu. "Semalam suntuk kami mencari tongkat itu, tentu saja tidak ketemu," kata Supardi jengkel. Belakangan ia mengaku membunuh dengan menggunakan shokbreker. Polisi menduga latar belakang pembunuhan itu karena soal komisi. Sejam sebelum terjadi pembunuhan, begitu kata sumber di kepolisian, Erwin baru saja melakukan transaksi jual beli mobil Chevrolet Luv seharga Rp 1,95 juta. Uang hasil penjualan mobil itu ditemukan di bawah kasur -- masih utuh. Belum jelas, kalau benar dugaan polisi tentang komisi itu, hubungan antara tersangka dan penjualan Chevrolet. Dan seandainya pengakuan tersangka benar, membunuh karena dendam, dendam ini pun belum jelas musababnya. Hasan Syukur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus