Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Berakhir di sumur tua

Dua gadis remaja dinodai empat anak muda. seorang korban diinjak-injak hingga rahimnya keluar.

4 Juni 1994 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESA Murni, Pasaman, Sumatera Barat, terusik kemurniannya. Empat anak muda jebolan SD membekap dan menodai dua gadis dari Desa Sentosa, Kecamatan Panti, Pasaman. Kemudian, tubuh seorang korban, Ratnadewi, 15 tahun, yang hitam manis dan berambut panjang, mereka injak-injak hingga rahimnya keluar. Sedangkan kawannya, sebut saja Rita, murid kelas II SMP, lolos dari maut. Keempat pelaku itu dibekuk dua pekan silam, dan kini ditahan di Markas Polisi Sektor Rao. Mereka itu Ali Adnan alias Si Belanda, 17 tahun, Syarifuddin, 16 tahun, Khairul Amri, 18 tahun, dan Alianda, 22 tahun. "Mereka mengakui kejahatannya," kata Kapten Eldi Azwar, Wakil Kepala Polisi Resor Pasaman. Ayah Rita, U. Hasibuan, minta dipertemukan dengan pelaku. Polisi menolak. "Mereka memperlakukan anak saya secara biadab," ujar Hasibuan. Adalah Buchari, pada 8 Mei, lewat di dekat sumur tua, sekitar 1,5 km dari Desa Sentosa. Ia mencium bau busuk. Sumur itu dilongok. Tampak ada mayat. Begitu diangkat, mulut mayat anak ketiga dari tujuh bersaudara itu masih tersumbat sabut kelapa. Setelah itu, polisi diberi tahu. Ada info menyebutkan, Ratna pergi bersama Rita. Setelah dihubungi, Rita mengeluh pada polisi, "Mereka mengancam akan membunuh keluarga saya. Saya takut mengadu." Beberapa hari rumah Rita dijaga, dan ia sempat tidur di rumah seorang polisi. Setelah tiga hari, anak ketiga dari delapan bersaudara itu baru bercerita. Siang itu, 4 Mei, mereka ke kebun singkong milik ayah Rita di Dukuh Sumur. Baru mereka memetik beberapa daun singkong, muncul empat anak muda tadi. Seorang di antaranya Si Belanda, kernet bus yang punya rambut merah. Ia tinggal di Desa Murni. Kemudian, mereka menyergap. Ratna dibekap tiga lelaki itu, dan bergilir dinodai. Rita juga diperlakukan serupa. Setelah mendengar pengakuan Rita, polisi turun ke Desa Murni. Si Belanda ditemukan sudah gundul. Kepada polisi, ia mengatakan pada hari itu baru pulang dari Desa Tanjungbotung bersama Khairul, Syarifuddin, dan Alianda. Setelah diperiksa terpisah, akhirnya mereka mengaku: Ratna memang sasaran utama. Selain mulutnya disumpal dengan sabut kelapa, kepala korban dipukul dengan batu hingga keningnya berdarah. Selagi pingsan itulah Ratna digilir. Mereka panik karena Ratna tidak bangkit lagi. Agar dikira perampokan, pakaian korban dikenakan kembali. Perhiasannya dilucuti. Setelah itu, baru tubuhnya diinjak-injak hingga rahimnya keluar. Ketika mereka melempar Ratna yang masih bernapas itu ke dalam sumur tua, Rita kabur. Mereka tidak mengejarnya, takut ketahuan. Menurut Rita, Si Belanda menaksir Ratna. Tapi cintanya ditolak.WY dan Fachrul Rasyid H.F.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum