Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Dari Iri Berujung Friksi

Konflik di Keraton Solo kembali pecah, dipicu penobatan mahapatih. Polisi masih ragu-ragu menyidik.

1 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ribuan warga Kelurahan Baluwarti berkumpul di depan pintu Sasana Putra Keraton Solo, Senin malam pekan lalu. Abdi dalem keraton turut bersama mereka. Wajah mereka tegang. Sebagian menyelipkan parang di pinggang, sisanya menggenggam pentungan kayu. Mereka gelisah. Sang raja, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XIII Hangabehi, dikabarkan tengah disandera sejak malam sebelumnya. Pelakunya sekitar 150 orang yang diduga pendekar silat perguruan Persaudaraan Setia Hati Terate, yang malam itu semua berbaju hitam.

Ketegangan memuncak pada pukul 20.30. Satu unit mobil Toyota Land Cruiser—biasa disebut hardtop—menabrak gerbang sasana. Gerbang dari kayu tebal itu jebol, tembus hingga pintu lapis kedua yang terbuat dari besi. Mobil milik mantan Bupati Wonogiri Begug Purnomosidi itu mundur, lalu kabur ke barat. Identitas pengemudi tak jelas. Mereka yang sejak siang berkerumun di luar pagar merangsek ke dalam kompleks peristirahatan Sinuhun Hangabehi. "Keberadaan kelompok silat di dalam keraton membuat warga khawatir atas keselamatan Sinuhun," kata Sudarman, salah seorang yang ikut merangsek.

Para pesilat tak berada di balik pintu. Mereka berkerumun puluhan meter dari sasana. Warga melempari mereka dengan batu, dan dibalas para pesilat. Belasan polisi yang sudah berada di sekitar keraton sejak Senin sore menyuruh para perangsek mundur. Perintah ini tak digubris. Kedua kubu sudah mengacungkan senjata masing-masing. "Warga dan para pesilat sudah saling ancam," kata Sapari, salah seorang abdi dalem yang terjebak di tengah kedua kubu pada malam itu.

Puluhan polisi dan tentara bersenjata api laras panjang terjun di antara kedua kubu. Mereka mencegah pertumpahan darah. Kepala Kepolisian Resor Surakarta Komisaris Besar Asdjiamin dan Komandan Distrik Militer Surakarta Letnan Kolonel Sumirating menjadi penengah. Mereka berpatroli dan menarik Bambang Pradotonagoro, orang dekat Sinuhun, yang saat itu berada di antara warga. "Dia memprovokasi warga," kata Kepala Kepolisian Sektor Pasar Kliwon Komisaris Suparni.

Warga dan abdi dalem enggan beranjak. Dialog yang alot berakhir setelah kedua kubu sepakat angkat kaki bila kubu lain juga keluar dari keraton. Warga mundur dan keluar dari gerbang Sasana Putra. Para pesilat yang berada di dalam kompleks pergi setelah dievakuasi menggunakan truk polisi. Suasana Senin menjelang tengah malam itu kembali tenang. Angkara tak jadi pecah. Pedang dan parang kembali bersarung di pinggang pemiliknya.

1 1 1

Babad Kasunanan Surakarta Hadiningrat, biasa juga disebut Keraton Solo, dimulai pada abad ke-16 Masehi. Kerajaan ini lahir setelah Kesultanan Mataram terpecah. Sejak itu, dinasti Paku Buwono menjadi sinuhun, raja di kerajaan yang arsitektur keratonnya mirip Kesultanan Yogyakarta ini. Selama berabad-abad hidup damai, konflik keluarga meletus setelah Paku Buwono XII mangkat pada 11 Juni 2004. Ia tidak menunjuk pemegang takhta pengganti.

Paku Buwono XII memiliki 6 istri dan 35 anak, 15 laki-laki dan sisanya perempuan. Dari semua istrinya itu, tak ada yang diangkat menjadi permaisuri. Akibatnya, kerajaan ini tak punya putra mahkota. Keluarga kerajaan terpecah. Anak tertua, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi Sandiyo, kini berusia 65 tahun, pada 2005 mengangkat diri menjadi Paku Buwono XIII. Sedangkan putra kelima, KGPH Suryo Sutejo atau dikenal dengan nama Tejowulan, juga mengangkat diri menjadi raja. Kerajaan terbelah dua. Kedua kubu akhirnya berekonsiliasi pada 11 Maret 2011 lewat mediasi Mooryati Soedibyo, yang masih terhitung keluarga kerajaan, dan Wali Kota Solo kala itu, Joko Widodo alias Jokowi, yang kini menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Dualisme raja selama bertahun-tahun ini ternyata masih menyisakan amarah. Dewan Adat, yang dulu berada di kubu Hangabehi, masih menaruh curiga terhadap kerendahan hati Tejowulan yang menyerahkan takhtanya kepada Hangabehi. Dewan Adat dipimpin oleh Gusti Kanjeng Ratu Koes Moertiyah, yang juga anak Paku Buwono XII. Dewan Adat inilah yang kini menentang keberadaan Hangabehi dan Tejowulan. Hangabehi kerap tak hadir dalam berbagai upacara yang digelar Dewan Adat. Dewan adalah lembaga tertinggi dan raja hanya bagian dari adat. "Sinuhun banyak melanggar acara adat," kata perwakilan Dewan Adat, Kanjeng Pangeran Eddy Wirabhumi, Rabu pekan lalu.

Perkara adat ini menjadi topik yang paling mengemuka setelah rekonsiliasi Hangabehi dan Tejowulan. Namun salah satu adik Sinuhun, GPH Madu Kusumo, mengatakan konflik ini sebenarnya dilatarbelakangi perkara rebutan duit. Potensi ekonomi keraton, kata dia, menggiurkan meskipun kerajaan ini kerap kesulitan uang. Keuntungan dari parkir di sekitar Pasar Klewer, penyewaan alun-alun, penyelenggaraan adat, hingga pendapatan museum bisa sangat tinggi. "Keserakahan pembesar keraton menyebabkan konflik ini terus menyala," ujarnya.

Belum lagi pisungsung alias uang sumbangan dari orang-orang yang diberi gelar bangsawan, yang jumlahnya juga tak kecil. Artis Julia Perez dan tersangka kasus premanisme Hercules Rozario Marshal pernah mendapat gelar bangsawan dari keraton ini. Setiap acara yang digelar Dewan Adat juga menghasilkan uang. Ada lagi saham-saham keraton di Belanda serta hibah pemerintah untuk keraton senilai Rp 1,1 miliar. Berbagai potensi ekonomi ini tak dibagi merata. "Ada kecemburuan di kalangan keluarga," kata Madu Kusumo.

1 1 1

Sejak Lebaran yang lalu, Sinuhun Hangabehi berniat menggelar halalbihalal di dalam Kasunanan. Acara ini rencananya diisi penahbisan Tejowulan menjadi mahapatih dan menabalkan gelar panembahan agung pada nama pensiunan tentara berpangkat kolonel itu. Acara inilah yang kemudian digagalkan oleh Dewan Adat bersama para pesilat, setelah mengusir tetamu yang hadir dalam acara pada Senin malam itu. Acara yang tertunda ini dilanjutkan pada Kamis malam pekan lalu secara sederhana di dalam keraton. Hangabehi dan Tejowulan kini resmi menjadi dwitunggal yang memimpin Keraton Solo.

Sinuhun Hangabehi muncul pada Selasa siang pekan lalu dalam jumpa pers di kompleks keraton. Ia ditemani Tejowulan. Hangabehi mengatakan ia muncul untuk meredam isu yang menyebutkan Sinuhun tengah sakit keras. Sakit Hangabehi kerap dijadikan isu yang dipolitisasi sejak ia menderita stroke setahun lalu. Kepada wartawan, Sinuhun mencurahkan kecemasannya pada Senin malam itu. Ia melihat banyak pedang berseliweran di dekat kamarnya. Teka-teki siapa yang memerintahkan pendobrakan gerbang itu terjawab saat jumpa pers tersebut. "Saya," kata Sinuhun dengan suara keras.

Eddy Wirabhumi, adik Sinuhun, beralasan kedatangan para pesilat itu hanya digunakan untuk pengamanan pasif. Buktinya, kata pria yang juga berguru silat di Setia Hati Terate ini, para pendekar tak tergerak melawan saat warga menyerbu masuk ke keraton. Mereka tak merasa menyandera Sinuhun. Justru sang raja yang menutup akses masuk ke kediamannya sendiri. "Kami sebagai adik-adiknya hingga kini tak bisa menemui beliau," ujarnya.

Aroma perseteruan saudara yang kental ini menyebabkan penyelidikan polisi masih jalan di tempat. Kubu Hangabehi melaporkan adanya penyekapan yang dilakukan Dewan Adat. Sedangkan Dewan melaporkan perusakan gerbang keraton sebagai pelanggaran Undang-Undang Cagar Budaya. Sejumlah saksi yang berasal dari kedua kubu, termasuk Sinuhun Hangabehi, sudah diperiksa penyidik pekan lalu. Mobil hardtop putih itu juga sudah disita. Belum satu pun orang ditetapkan sebagai tersangka. "Kasus ini butuh pendalaman khusus," kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Surakarta Komisaris Rudi Hartono.

Mustafa Silalahi, Ahmad Rafiq (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus