Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Dosa

Abdul Gaffar, 24, dukun palsu di Ambunten, Sumenep, berlagak bisa mendatangkan malaikat agar pasiennya kebal dan kaya raya. Ia juga menodai istri-istri pasiennya, dengan dalih supaya terkabul.

12 November 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

REKONSTRUKSI dukun cabul Abdul K. Gaffar, yang mengaku bisa mendatangkan malaikat -- di antaranya Maaikat Jibril -- di gua Gelandung, Ambunten, Sumenep, Madura, Selasa pekan lalu terpaka dibatalkan polisi. Sebab, di lokasi itu atusan warga berbekal celurit atau parang telah menunggu sang dukun dan hendak membikin perhitungan. "Kalau polisi lengah, kami akan menyeretnya," kata salah seorang di antara mereka. Kejahatan Gaffar, 24 tahun, memang menyakitkan penduduk. Ia dituduh menipu setidaknya lima orang penduduk. Muzakki, misalnya, tertipu Rp 350 ribu dan beberapa perhiasan emas, karena ingin mendapat kekebalan. Ada lagi Juwariyah, yang tertipu Rp 70 ribu. "Tindakan Gaffar itu jelas penipuan," kata Kapolres Sumenep, Letkol. Pol. Ami Soebagiyo. Tapi perbuatan sang dukun yang paling kurang ajar adalah mengelabui Nawawi, Abdul Halim, dan Busri. Selain kehilangan uang masing-masing Rp 150 ribu, istri mereka juga "dikerjain" sang dukun. Tak hanya itu dosanya. Ia juga konon suka mencuri sapi. Selain itu, dukun yang punya dua istri itu, kabarnya, sering pula menganiaya istrinya. Istri keduanya, misalnya, mengaku pernah digantung Gaffar dengan posisi kepala di bawah kaki di atas. Paha istrinya itu pernah pula dicelurit, hingga robek selebar jari telunjuk. Dan luka itu kemudian dijahit Gaffar dengan jarum dan benang biasa. Yang paling menggemparkan penduduk adalah soal perdukunannya. Sekitar 1986, cerita Gaffar kepada TEMPO, ia kebetulan dimintai tolong oleh tetangganya untuk mengobati seorang anak yang lagi sakit. Gaffar mengolesi kepala anak itu dengan beras kencur dan kunyit. Eh, sembuh. "Setelah itu. banyak orang minta tolong kepada saya, macam-macam kepentingannya," cerita Gaffar terus terang. Kesempatan baik itu dimanfaatkan Gaffar dengan merekrut tiga temannya, Achmad Mudhar, Suratna, dan Bunisran. Ketiga orang itu bertugas mengkampanyekan "kehebatan" sang dukun. Ia pun dikabarkan kaki tangannya sebagai dukun yang bisa mendatangkan Malaikat Jibril, Munkar dan Nakir, Nabi Musa, dan Nabi Ibrahim. Kampanye itu sukses. Banyak yang percaya, di antaranya Nawawi, Abdul Halim, dan Busri. Mula-mula mereka bertiga datang menemui Gaffar untuk mendapatkan kekebalan dan kekayaan. Sang dukun berjanji akan memenuhi permintaan pasiennya itu, asal saja mereka membawa syarat, uang masing-masing Rp 150 ribu, istri mereka, plus perlengkapan kembang gading putih serta kain kafan semeter. Pada awal 1988, ketiganya datang ke gua tempat Gaffar berpraktek. Setelah dimantrai, masing-masing diberi bungkusan berbentuk pocongan mayat. Pesannya: dilarang membuka bungkusan itu sebelum hari ke-40. Ketiganya diminta mengecup ujung keris sebanyak 31 kali. Syarat lainnya harus berendam di pantai sekitar 4 kilometer dari gua -- pada malam hari. Acara "bertapa" di laut itu tentu saja tak perlu ditemani istri mereka. Ketiga wanita itu diminta Gaffar tetap berada di gua, menunggu wangsit, yang katanya suara "Malaikat Jibril". Tengah malam, suara wangsit itu muncul dari balik gua yang bercabang dua -- selebar tiga meter dan panjang 40 meter. Bunyinya: "Hai Masrina (ini istri Nawawi -- Red.), kalau kau pengen suci dan suamimu terkabul hajatnya, maka penuhilah keinginan Gaffar. Layanilah dia." Mendengar suara itu, konon, Gaffar pura-pura kaget. Tapi suara itu perintah, dan harus dituruti. Masrina, 22 tahun, menurut." Masrina langsung membuka sendiri pakaiannya," cerita Gaffar kepada TEMPO. Artinya, tak ada pemaksaan. Berikutnya, istri Abdul Halim, Suhartini, 21 tahun, dan istri Busri, Masriyani, 23 tahun, dapat perintah yang sama. Keduanya melayani Gaffar di dekat langgar, tak jauh dari gua, malam itu juga. Menurut Gaffar, ia sempat menggauli ketiga wanita itu masing-masing sebanyak lima kali pada malam-malam berikutnya. Tapi ia tak serakah. Kedua pembantunya, Sanusi dan Achmad Mudhar, juga kebagian mencicipi wanita-wanita itu -- berkat perintah "sang malaikat". Belakangan Nawawi curiga, dirinya telah jadi korban penipuan. Sebab, janji Gaffar bahwa uangnya akan berlipat ganda tak pernah terkabul. Ditambah lagi adanya laporan istrinya bahwa Gaffar telah mencabulinya. Gaffar pun dilabrak. Tapi dengan kalem Gaffar berdalih. Menurut Gaffar yang menggauli istri Nawawi adalah roh halus Nawawi sendiri, yang merasuk ke tubuhnya. Marah Nawawi pun reda. Nawawi pun disuruh Gaffar meminum "jamu pembersih api neraka" agar menjadi sakti. Nawawi menurut dan menenggak jamu itu. Tiba-tiba Nawawi muntah-muntah dan terpaksa diopname di Rumah Sakit Sumenep. Ternyata yang diminum Nawawi adalah racun berupa air bekas cucian keris berkarat. "Tindakan Gaffar itu kami nilai sudah meresahkan masyarakat Sumenep," kata Dandim Sumenep, Letkol. Inf. O. Sobara, yang memerintahkan penangkapan Gaffar. Kepada TEMPO, Gaffar mengaku bukan orang sakti. "Itu 'kan anggapan orang saja. Saya ini nggak punya kepandaian apa-apa," katanya tenang. Semua kesalahan itu, katanya, tak akan dipungkirinya. "Tak perlu mungkir, semua memang politik (maksudnya taktik -- Red.) saya," kata Gaffar, yang hanya berpendidikan kelas III SD itu. Laporan Wahyu Muryadi (Biro Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus