Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kantor PT Liga Indonesia di lantai 2 Rasuna Office Park, Blok DO 07, Jakarta Selatan, tampak berantakan pada Sabtu pagi awal Februari lalu. Serpihan kertas dari dokumen yang dihancurkan berserakan di mana-mana. Garis pembatas yang dipasang penyidik polisi tak lagi menyilang. “Ada yang menerobos ruangan yang telah disegel penyidik,” ujar Brigadir Jenderal Hendro Pandowo, Kepala Satuan Tugas Antimafia Bola, pada Kamis pekan lalu.
Tim penyidik yang sudah datang ke lokasi kejadian membatalkan penggeledahan untuk keperluan penyidikan perkara dugaan pengaturan pertandingan dan suap di Liga 3 dan Liga 2 kompetisi sepak bola Indonesia itu. PT Liga Indonesia pernah menjadi penyelenggara sejumlah kompetisi sepak bola di Tanah Air.
Malam hari sebelumnya, tim tak bisa melanjutkan penggeledahan karena waktu tidak memungkinkan. Mereka lantas memagari ruangan itu dengan garis pembatas polisi. Rencana melanjutkan pencarian barang bukti pada keesokan harinya buyar karena penyidik mendapati ruangan itu acak-acakan.
Penyidik bergegas mencari petunjuk dan jejak kenapa ruangan sasaran mereka berantakan. Mereka menemukan mesin penghancur kertas di sana. Mereka juga kehilangan puluhan barang di ruangan tersebut yang sebelumnya sudah ditandai untuk disita sebagai barang bukti. Penyidik kemudian menyita kamera pengintai atau CCTV di sekitar area tersebut. “Selain memeriksa tempat kejadian perkara, kami meminta keterangan sejumlah saksi,” kata Hendro.
Satuan Tugas Antimafia Bola Polri menggeledah kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia di FX Office Tower, Jakarta, 30 Januari 2019./TEMPO/Subekt
Dari pemeriksaan kamera pengintai, polisi mengetahui ada orang masuk ke ruangan yang sudah dipagari garis polisi itu. Hanya dalam hitungan sepekan, polisi mengetahui tiga penerobos tersebut. Ketiganya adalah Muhammad Mardani Mogot, Abdul Gofur, dan Musmuliadi. Mardani adalah sopir pelaksana tugas Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, Joko Driyono. Dua nama terakhir bekerja sebagai office boy di kantor PT Liga Indonesia. Komisi Disiplin PSSI dan PT Persija berkantor di ruangan yang sama.
Kepada polisi, Mardani mengaku memasuki ruangan itu atas perintah Joko Driyono. Menurut Mardani, Joko memerintahkan dia mengambil semua dokumen dan rekaman CCTV yang ada di ruangan tersebut. Bersama Gofur dan Musmuliadi, ia merusak dokumen lewat mesin penghancur dan barang lainnya disimpan di apartemen Joko tak jauh dari kantor PT Liga Indonesia. Sebagian dimusnahkan dengan cara dibakar.
Ketika melakukan gelar perkara di Posko Satgas Antimafia Bola di lantai 2 gedung Direktorat Pidana Umum Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya pada Kamis dua pekan lalu, tim sepakat menetapkan Joko sebagai tersangka. Polisi menjeratnya dengan pasal 233, 265, dan 363 yang mengatur tindakan pencurian dengan pemberatan atau perusakan barang bukti yang telah terpasang police line.
Saat menggeledah apartemen Joko, polisi menemukan 71 barang bukti yang menghilang di ruangan PT Liga Indonesia setelah disegel. Senin tembus Selasa dan Kamis pekan lalu, penyidik memeriksa maraton Joko. Pemeriksaan rata-rata berlangsung hingga 20 jam. Polisi belum menahan bekas Sekretaris Jenderal PSSI tersebut. “Pemeriksaan ini melelahkan. Mudah-mudahan penjelasan saya bisa menjadi bahan agar kasus ini segera tuntas,” ucap Joko Driyono setelah diperiksa pada Jumat pagi pekan lalu.
Tim Satuan Tugas menduga peran Joko Driyono tak sekadar urusan merintangi penyidikan. Petunjuk awal polisi adalah temuan uang Rp 300 juta saat menggeledah apartemen Joko di Rasuna Said. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo, sebagian duit tersebut diduga berkaitan dengan pidana yang tengah ditelisik polisi. Tindak pidana yang dimaksud itu adalah perkara pengaturan pertandingan kompetisi sepak bola Indonesia.
Dibentuk pada 21 Desember 2018 atas perintah Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian, Satuan Tugas Antimafia Bola telah menggulung 15 tersangka. Selain menetapkan Joko Driyono dan tiga lainnya sebagai pelaku perusakan barang bukti, tim menetapkan sebelas tersangka pengaturan pertandingan dan suap kompetisi Liga 3 dan Liga 2. Kamis pekan lalu, berkas enam tersangka sudah dilimpahkan ke kejaksaan.
Satuan Tugas Antimafia Bola Polri menggeledah kantor Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia di FX Office Tower, Jakarta, 30 Januari 2019./TEMPO/Subekt
Dua dari enam tersangka itu adalah Johar Lin Eng dan Dwi Irianto alias Mbah Putih. Johar menjabat anggota Eksekutif Komite PSSI dan Dwi mantan anggota Komisi Disiplin PSSI. Direktur Kompetisi PSSI pada era kepemimpinan La Nyalla Mattalitti, Tommy Welly, mengatakan Joko Driyono bersahabat erat dengan keduanya. ”Dia pasti tahu kecurangan mereka,” katanya.
JOKO Driyono dan Johar Lin Eng bersahabat sejak dulu. Sebelum ditangkap di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada akhir Desember 2018, Johar sempat menelepon dan berkonsultasi dengan Joko. Hal ini terungkap dalam pemeriksaan Johar di depan penyidik.
Menurut dokumen pemeriksaan yang salinannya diperoleh Tempo, Johar merasa panik dan diam-diam terbang ke Jakarta. Dia menggunakan surat izin mengemudi C karyawannya untuk memesan tiket dan menumpang pesawat demi mengelabui polisi setelah ia ditetapkan sebagai tersangka. “Saya ke Jakarta untuk mendatangi Polda Metro Jaya atas saran Pak Joko,” ucap Johar berkilah dalam pemeriksaan.
Joko Driyono memiliki pengaruh yang besar di PSSI. Ia menjadi pengurus sejak 1990-an. Pengaruhnya kini makin kuat karena tak ada yang mengimbangi pengetahuannya dalam sepak bola. “Dia ingin semua urusan PSSI harus sepengetahuannya,” kata Tommy Welly.
Karena mempunyai pengaruh yang kuat di PSSI, Joko memiliki julukan lain. “Iya, dia dipanggil Lord,” ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo saat dimintai konfirmasi soal julukan Lord itu. Dalam bahasa Indonesia, lord berarti panggilan kepada raja.
Penyidik mencoba mendalami kedekatan Joko dengan para tersangka. Sejauh ini, Satgas Antimafia Bola baru mengungkap skandal di Liga 3. Mereka tengah menyelidiki skandal pertandingan di Liga 2 lewat terlapor H, mantan anggota Komite Eksekutif PSSI asal Surabaya yang juga disebut teman dekat Joko Driyono. H dituduh mengatur pertandingan di Liga 2 pada Mei 2018. Penyidikan di Liga 1 berjalan lebih lambat. “Membutuhkan waktu karena diduga mengatur pertandingan dengan memanfaatkan regulasi,” ucap Dedi.
Seorang praktisi sepak bola yang pernah mendampingi berbagai klub di Tanah Air mengatakan modus mengatur pertandingan di divisi utama lebih rapi karena dipersiapkan sejak awal musim bergulir. Sang godfather, kata dia, menentukan pelatih, pemain, agensi yang digunakan, hingga wasit yang akan bertugas memimpin pertandingan.
Ia mengaku pernah melihat sendiri Joko Driyono memimpin rapat di satu klub sepak bola papan atas di Pulau Jawa, beberapa tahun lalu. Joko mengatur siapa saja pemain dan agen hingga memilih pelatih. “Padahal saat itu ia berstatus pengurus PSSI,” ujarnya. Klub racikannya itu moncer dan menjadi penghuni papan atas Liga Indonesia.
Peran wasit juga disorot tajam. Posisi ini bisa sangat menentukan hasil pertandingan. Mereka adalah pihak yang paling rentan menerima suap. Honor memimpin tiap pertandingan di Liga 3 disebutkan Rp 750 ribu dan Rp 5 juta di Liga 1. Honor ini dirasa masih belum cukup. Tommy Welly mengaku pernah bertanya kepada beberapa wasit yang memimpin di Liga 1 soal tarif demi memenangkan salah satu klub. “Tarifnya Rp 25-75 juta,” katanya.
Deputi Sekretaris Jenderal Bidang Bisnis dan Marketing PSSI Marsal Masita tak membantah kabar soal minimnya integritas wasit di Indonesia. Sejak tahun lalu, PSSI mengeluarkan US$ 3,5 juta untuk menggelar pelatihan wasit. “PSSI sangat concern soal integritas wasit ini,” ucap Marsal.
Pengacara Joko Driyono, Andru Bimaseta, menolak jika kliennya disebut terlibat skandal pengaturan pertandingan sepak bola. Kliennya sejauh ini masih diperiksa soal perusakan barang bukti. Namun ia mengakui Joko Driyono adalah seorang godfather. “Tapi untuk bidang ilmu pengetahuan sepak bola Indonesia,” kata Andru.
Andi Darussalam Tabusalla, bekas Ketua Badan Liga Indonesia, mengatakan Joko Driyono adalah muridnya. Ia mengakui Joko adalah operatornya saat masih mengelola Liga Indonesia. Andi menyayangkan kabar Joko terlibat skandal pengaturan pertandingan dan berharap informasi tersebut salah. “Kalau dia memang terlibat, saya ingin tahu Joko belajar sama siapa,” ujarnya.
MENGGANDENG Genius Radar dari London untuk mengawasi statistik Liga Indonesia, PSSI memperoleh informasi penting soal judi sepak bola. Menurut Marsal Masita, Liga Indonesia adalah salah satu kompetisi terfavorit di Asia Tenggara bagi para petaruh di rumah-rumah judi online. Server sejumlah rumah judi online dan para petaruh umumnya berasal dari Cina, Taiwan, dan Hong Kong. Sepanjang 2018, ada 35-40 ribu penjudi yang mempertaruhkan uangnya di Liga Indonesia. “Nilai taruhannya rata-rata mencapai US$ 5,8 juta untuk tiap pertandingan,” kata Marsal.
Di samping akumulasi jumlah penjudi dan nilai taruhan yang fantastis, statistik pertandingan Liga Indonesia musim 2018 turut memunculkan informasi lain. Nilai indeks pertandingan yang mencurigakan masih tinggi, yakni 10 persen. “Ini masuk ke kategori buruk,” ucap Marsal. Indeks ini diukur dari voor pertandingan.
Pertandingan akan dianggap mencurigakan jika klub sepak bola papan atas mendapat voor besar saat melawan klub anak bawang di bursa taruhan rumah judi online. Apalagi jika klub anak bawang itu menang. Bandar judi diperkirakan berada di balik aktivitas itu. Menurut Genius Radar, fenomena ini sering terjadi selama 2018 di Liga Indonesia. Indeks pertandingan di belahan dunia lain, seperti Cina, hanya mentok di angka 8 persen.
Andi Darussalam Tabusalla mengaku mengenal para bandar judi sepak bola Liga Indonesia. Ia juga mengenal dua-tiga runner di Indonesia. Para bandar itu, kata dia, berasal dari Malaysia dan Singapura. Andi menolak membuka identitas mereka. “Saya hanya mau membukanya di depan Satgas,” ujarnya.
Polisi sudah mencium motif perjudian dalam pengaturan pertandingan di Liga Indonesia jauh-jauh hari. Dari 15 tersangka, Satgas Antimafia Bola menemukan jejak bandar judi internasional pada salah satu tersangka berinisial VW. Ia diduga berperan sebagai runner, orang yang menerima penugasan mengatur pertandingan dari bandar judi mancanegara. Mereka menggandeng Interpol serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan untuk menelusuri para penjudi itu. “Tinggal menunggu waktu,” kata Brigadir Jenderal Dedi Prasetyo.
MUSTAFA SILALAHI, LINDA TRIANITA, DIDIT HARIYADI (MAKASSAR)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo