Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Gorek pembawa maut

Ikhsan -- murid kelas v SD muara i -- mati tersengat kawat pembatas tambak bertegangan listrik.Akibatnya, tambak diserbu ratusan penduduk Desa Muara, Kec. Kapetakan, Kab. Cirebon. Ada upaya damai.

14 April 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN senjata berbagai rupa, sekitar 300 orang penduduk Desa Muara, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Minggu pekan lalu berbondong-bondong keluar dari desanya. Mereka rupanya marah dan bermaksud menghancurkan tambak udang milik Salim, sekitar satu kilometer dari desanya. Dengan berteriak-teriak, penduduk yang lagi kalap itu menyerbu tambak berpagar bambu tersebut. Pagar pun bobol. Empat penjaga tambak dipukuli beramai-ramai. Kemarahan penduduk desa ini bagai tersulut. Pada pagi hari itu seorang murid kelas V SD Muara I, penduduk desa itu diketahui mati tersengat listrik yang dipasang mengelilingi pagar bambu pembatas tambak itu. Ikhsan, anak nomor dua dari empat bersaudara, pagi itu seusai makan sahur dan salat subuh, rupanya enggan kembali tidur. Ia jogging di sekitar desa bersama empat temannya. Puas berlari-lari selama sejam, Ikhsan dan kawan-kawan tertarik masuk ke tambak kering itu. Tambak yang sudah dipanen itu memang tidak seluruhnya bersih dari udang. Masih ada sisa-sisa udang kecil yang bisa dijual untuk umpan pancing. Penduduk desa itu menyebutnya gorek. Harganya juga lumayan, bisa sampai Rp 50 sampai Rp 100 per ekornya. Itu yang dicari lima anak tanggung tersebut. Tapi baru saja Ikhsan mengumpulkan tiga gorek, empat penjaga tambak itu melihatnya. Kelima anak ini dikejar, sedang penjaga lainnya menyalakan setrum yang dipasang lewat kawat mengelilingi pagar bambu pembatas tambak. Ikhsan dengan sigap meloncat keluar lewat lubang tempat masuknya tadi. Tapi di sanalah ia menemui nasibnya. Lubang itu sudah dialiri listrik. Murid yang menduduki peringkat ke-4 di kelasnya ini menggelepar-gelepar tersengat listrik. Teman-temannya, yang melihat kejadian itu, hanya bisa menjerit-jerit. Ikhsan mati dengan tubuh sebelah kanan memerah seperti bekas sabetan golok tumpul. Warga desa yang mengetahui peristiwa itu langsung memberi kabar ke orangtua korban. Carmido, ayah Ikhsan, yang sehari-hari berjualan ikan, kontan pingsan. Penduduk lainnya tidak bisa menerima kejadian itu sehingga terjadi penyerbuan di tambak milik Salim tersebut. Tapi, sebelum penganiayaan terhadap penjaga tambak berlanjut, salah seorang penduduk mencegahnya. Setengah jam kemudian, emosi penduduk bisa dikendalikan dengan datangnya aparat pamong desa. Tapi tidak ada yang berani mengambil mayat Ikhsan karena khawatir jatuh korban lagi. Baru setelah polisi dari Polres 852 Cirebon datang, mayat Ikhsan bisa diangkut ambulans ke Rumah Sakit Umum Cirebon untuk dibuatkan visum. Masalah itu tampaknya berakhir secara kekeluargaan. Carmido dengan pasrah menerima nasib yang menimpa anaknya. Tidak mau menuntut? "Dengan Salim sudah kami selesaikan secara kekeluargaan. Tapi, kalau persoalan hukumnya, saya mah nggak tahu," kata Carmido dengan logat Cirebonan yang medok. Si pengusaha tambak sendiri membenarkan masalah itu sudah diselesaikan dengan damai. Ia mengaku sempat ditahan polisi selama seminggu dan sampai sekarang harus terus melapor setiap hari. Ia mengelak menyebutkan kerugiannya. "Yang penting, sudah tidak ada masalah lagi dengan masyarakat," kata Salim, yang juga memiliki 14 hektare tambak di Kampung Bondet, Desa Merta Singa, Kecamatan Cirebon Utara. Ketika peristiwa itu terjadi, menurut dia, tambak itu belum dipanen. Tapi soal nyawa manusia, dalam hukum, tak ada istilah damai. Sebab, ada kesengajaan pemilik tambak memasang aliran listrik di pagar tambaknya. Apalagi penjaga tambak sengaja menghidupkan listrik, begitu melihat Ikhsan dan kawan-kawan masuk ke tambak itu. Sayangnya, Kapolres maupun Kapolwil setempat mengelak memberikan informasi. Diah Purnomowati dan Ahmad Taufik (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus