GURU konon singkatan dari digugu dan ditiru, maksudnya dapat dipercaya sebagai suri tauladan. Tapi, lain lagi paham Ismono meniru kelakuan Aminoto yang sama-sama guru. Yang disebut belakangan adalah guru teater sebuah SMA swasta di Cepu, Jawa Tengah. Ia, ditangkap polisi akhir April lalu, karena mencumbu murid-muridnya yang sesama jenis. "Saya melakukannya untuk memenuhi kebutuhan seks," kata Aminoto. Dengan alasan itu pula Ismono, Kepala Sekolah Madrasyah Aliyah Negeri (MAN), Semarang, Jawa Tengah, memaksa sejumlah muridnya melakukan adegan homo dengan dirinya. Perangai tidak senonoh itu terbongkar, Senin, pekan lalu. Yakni, ketika sebut saja Haidir, salah satu korbannya melaporkan perbuatan kepala sekolahnya itu ke polisi Polsek Tabes, Genuk, Semarang. Menurut Haidir, 18 tahun, ia pertama kali digarap oleh kepala sekolahnya itu pertengahan Juli lalu, ketika kegiatan UKS (unit kesehatan sekolah). Seusai acara dan siswa lainnya di ruangan, Haidir, yang ketua OSIS itu, masih di sana untuk membereskan peralatan. Ketika itulah Ismono datang dan duduk di sebuah kursi, lalu minta Haidir memijat punggungnya. Karena yang memerintah adalah kepala sekolah, Haidir tidak berani menolak. Dan meluncurlah kata-kata jebakan dari mulut Ismono, "Wah, pijitanmu enak. Tolong saya dipijit di ruang sebelah," katanya seperti yang dituturkan Haidir kepada TEMPO. Mereka pun pindah ke ruang yang biasa dipakai tidur jika ada murid yang sakit. Setelah mengunci pintu, Ismono langsung mencopot celananya. "Astaga, saya disuruh melakukan perbuatan hina," kata Haidir. Diungkapkannya, ia menolak perintah si guru untuk melakukan adegan oral sex, seperti yang sering terlihat di film mesum. Tapi, Ismono menempelengnya tiga kali disertai ancaman, sehingga Haidir terpaksa melayani nafsu bejat itu dua kali. Beberapa hari kemudian Ismono mengajak Haidir menghadiri pertemuan di Tawangmangu. "Sebagai ketua OSIS kamu harus banyak mengikuti pertemuan," kata Ismono. Rupanya ada udang di balik baju si guru. Di dalam mobil yang melaju memasuki kota Magelang, Ismono minta dilayani lagi. Haidir menolak. Si guru berang, lalu menampar dan menurunkannya di jalan. Ternyata Haidir bukan satu-satunya korban si guru. Menurut laporannya ke polisi, ada lagi enam temannya yang dilalap. Antara lain, Musalim, 17 tahun. Siswa kelas II ini bahkan digarap Ismono sejak di kelas I. "Paling tidak sebulan sekali saya dipaksa," tutur Musalim. Sama seperti temannya yang lain, ia tidak berani mengadukan perbuatan Ismono. "Selain ditempeleng, saya juga diancam akan dikeluarkan dari sekolah," kata Musalim. Menurut empat siswa yang sudah diminta keterangannya oleh polisi, guru BP (bimbingan dan penyluhan) mereka tidak bisa berbuat apa-apa meski sudah dilapori. Ihwal kelakuan Ismono ini sebenarnya sudah beredar lama. Dan menurut cerita seorang siswa, Ismono pernah "memelihara" seorang siswa yang ditempatkan di rumah penjaga sekolah. "Semua kebutuhan murid tersebut ditanggung Ismono," cerita siswa itu. "Saya terpaksa. Karena saya tidak puas jika berhubungan seks dengan wanita," kata bapak lima anak ini kepada polisi yang memeriksanya. "Saya menyesal. Yang saya lakukan hanyalah memenuhi kepuasan, bukan untuk merusak murid saya," kata lelaki berusia 52 tahun itu. Tapi, seorang korban mengatakan, "Saya selalu mual waktu makan jika ingat peristiwa tersebut. Ia pantas dihukum." Sejauh ini polisi belum menahan Ismono. "Ia tidak mungkin melarikan diri," kata sumber di kepolisian. Rustam F. Mandayun dan Heddy Lugito (Semarang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini