Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Berbagi cinta di vila dara

Seorang dosen dihabisi oknum ABRI karena kekasihnya mengecer cinta.

8 Agustus 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SYAIR lagu dangdut Aha, cintaku terbagi dua ternyata dipraktekkan Hasni.Selain dengan dosennya, Muhammad Iksan, mahasiswi berusia 28 dari Universitas Cendrawasih ini juga menjalin cinta dengan Mayor Girsan Harahap. Akibatnya, Hasni terpaksa berurusan dengan polisi karena pacar keduanya, Girsan, dituduh membunuh pacar pertamanya, Iksan, 27 tahun, Kamis malam tigapekan lalu. Sebelum dijemput ajal, dosen muda asal Palopo, Sulawesi Selatan, itu asyik memadu kasih hingga tengah malam di kamar Hasni di Vila Dara, Abepura, Jayapura. Keasyikan dua insan yang dimabuk asmara ini kemudian terusik oleh kedatangan Kopral Brahim (bukan nama sebenarnya), oknum TNI-AD dari Satgas Jayapura. Malamitu sang kopral bermaksud mengajak Hasni mencari angin. Tanpa merasa curiga, Hasni dan Iksan tidak menampik ajakan Brahim. Di dalam mobil yang dicarter Brahim sudah menunggu Girsan, 35 tahun, yang sudah dikenal Hasni. Semula mereka sepakat mencari hiburan di Kota Sentani, 40km dari Jayapura. Di tengah jalan, Girsan memerintahkan membelokkan mobil itu ke arah Perumnas II. Dan setiba di depan PLTD Waena, Iksan ditarik keluar.Dosen antropologi ini berontak. Tapi ia kalah kuat. Tangannya diikat dan mulutnya disumpal kain. Di saat itulah, menurut Hasni, Wadanyon Satgas Jayapura dan anak buahnya itu beraksi. Girsan mencabut pisau komandonya. Dan, cras cras cras pisau itu bermain di kepala bagian atas Iksan. Darah muncrat dari ubun-ubun Iksan. Brahim, yangmemegangi korban, mengambil alih pisau komando dari tangan atasannya itu. Mulut serta kedua telinga Iksan ditikamnya. Dosen yang masih dalam percobaanini akhirnya tewas. Hasni terpana menyaksikan kekasihnya dibantai. "Saya melihat sendiri pembunuhan itu," begitu Hasni mengaku kepada polisi. Menurut Hasni, baju dan celana Iksan dilucuti. Yang tersisa hanya celana dalam. Kemudian Hasni dipaksa Girsan menggigit paha Iksan. Setelah itu Girsan mengoleskan lipstik yang dibawa Hasni pada celana dalam korban. Korban lalu dibawa ke daerah Kecamatan Sentani. Di mulut jalan ke lokasi pelacuran Tanjung Elmo, mayat Iksan dilego di pinggir jalan. Baru Jumat dinihari mayat Iksan ditemukan Serka Paruk, anggota Intel Korem 172 Kodam VIII Trikora. Dan beberapa jam setelah kejadian pelakunya dibekuk polisi. Dari teman dekat Hasni diperoleh keterangan, sebelum lengket dengan Iksan sejak dua tahun lalu, Hasni sudah menjadi pacar Girsan. Mayor ini hampir tiapmalam Minggu mengapeli Hasni. Dan sebelum pulang apel biasanya ia baru pulang pagi hari si pacar menyisipkan lembaran uang puluhan ribu. Selain dengan Girsan, wanita bertubuh sintal ini juga sering menerima tamu lain. "Tapi biasanya tidak bertahan lama karena mereka sering didampratGirsan," kata seorang teman Hasni di Vila Dara. Terlibatnya dua oknum ABRI itu membunuh Iksan diakui Pangdam VIII Trikora Mayor Jenderal Abinowo. "Memang benar ada oknum ABRI yang terlibat langsung.Tapi ABRI tidak akan melindungi anggotanya yang melakukan tindak kriminal,"katanya kepada Kristian Ankasa dari TEMPO. Ucapan Pangdam ini meredam reaksimahasiswa Universitas Cenderawasih, Irian Jaya, yang mengira perbuatan Girsan itu akan dilindungi. Sumber di Kodam VIII Trikora mengatakan, kedua pelaku telah mengakui menghabisi Iksan. "Motifnya diduga cinta segitiga," katanya. Sebelum peristiwa itu Hasni telah dipesan Girsan untuk kencan. Sebagai panjar, menurutsumber tadi, sang mayor memberi uang Rp 50 ribu kepada Hasni. Rupanya,meskipun sudah dibooking, mahasiswi berparas cantik itu masih rutin melayani Iksan.ang menjadi pertanyaan adalah pengakuan Girsan pada polisi, katanya, ia membunuh Iksan karena sakit hati kepada Hasni. Sementara itu, sebelum dibunuh,Iksan pernah bercerita kepada Maisak Paula Sauik, teman serumahnya, saban pulang ia mengapeli Hasni suka diintai orang berseragam. "Terkadang Iksan dicegat dengan alasan minta api rokok," kata Maisak. Cegatan itu tidak membuat hati Iksan gentar. Bahkan ia nekat mengapeli Hasni tiap malam meski akhirnya mencabut nyawanya. Bambang Aji

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus