AWAS, yakuza datang ke Indonesia! ~Peringatan itu tidak main-main ka~rena datang dari kepolisian Jepang (Keisatsucho). Tujuh orang anggota kepolisian Jepang, dipimpin superintenden Ryoichi Kobayashi, Kamis dua pekan lalu datang ke Jakarta, menemui Deputi Operasi Kapolri Mayor Jenderal Muslihat Wiradipura. Mereka menginformasikan kemungkinan mafia terbesar di Jepang itu mengembangkan sayapnya ke wilayah ASEAN, termasuk Indonesia. Di sini, nama yakuza memang tidak sepopuler ninja. Tapi, bagi masyarakat Jepang, hanya dengar namanya saja mereka sudah merinding. Yakuza -- ada yang menyebut "boryokudan" -- adalah organisasi kriminal terbesar di Jepang. Kepolisian Jepang mencatat, hingga 1990 ini sudah tercatat 3 ribu lebih organisasi kriminal yang bergabung dengan yakuza, dengan jumlah anggota 87 ribu orang. Menurut Kobayashi, aksi kejahatan yang dilakukan yakuza tingkatannya sudah bertaraf internasional. Mulai dari penyelundupan senjata, pembobolan bank, perjudian, perdagangan wanita, sampai penyebaran narkotik. Canggihnya, perolehan uang haram itu mereka gunakan sebagai modal untuk pelbagai kegiatan bisnis, umumnya bisnis hiburan malam. Dalam pengamatan Kobayashi, yakuza kini aktif mengembangkan bisnisnya ke luar sektor "bisnis malam". Misalnya ke bidang real estate, perbankan, dan jasa konstruksi. Dari pantauan Kobayashi, bisnis mereka sudah merambah ke Korea dan Taiwan. "Malah dua negara ASEAN Filipina dan Muangthai -- sudah kemasukan yakuza," tutur Kobayashi kepada TEMPO. Pesatnya sindikat yakuza itulah yang kini diprihatinkan kepolisian Jepang. "Kami tidak ingin melihat yakuza menginternasional, seperti kelompok mafia Amerika," ujar Kobayashi. Untuk itulah, tujuh pejabat kepolisian Jepang, yang dipimpin Kobayashi, keliling ASEAN. Dilihat dari letak geografisnya yang strategis, kata Kobayashi, Indonesia tidak mustahil menjadi incaran yakuza. Terutama sebagai terminal transit perdagangan senjata dan obat bius. "Malah bisa saja mereka mencari wanita Indonesia untuk dijadikan pelacur," katanya. Ihwal itulah yang antara lain disampaikan Kobayashi kepada koleganya, Muslihat. "Polisi Indonesia menanggapi serius masalah ini," katanya. Apalagi peluang untuk itu di Indonesia cukup besar. Alasannya, saat ini Indonesia sedang giat-giatnya menarik calon investor dari Jepang. Tidak terbatas perusahaan besar, investor menengah Jepang pun -- tempat yakuza bergerak -- sudah mulai melirik Indonesia. Pihak Polri sendiri mengaku sudah siap menghadapi kemungkinan itu. Menurut Direktur Ditserse Polri, Brigadir Jenderal Tony Sidharta, pihaknya kini tengah mengembangkan sistem doktrin kring reserse, sebagai penangkal. Artinya, di setiap wilayah ada resersenya. Ciri khas anggota yakuza, seperti yang diinformasikan Kobayashi pada Polri, menurut Sidharta, mudah diidentifikasi. Antara lain bisa dilihat dari jari tangannya. Mereka umumnya memiliki jari tan~gan tidak utuh, terpotong. Karena saat penobatan sebagai anggota, mereka harus melakukan upacara yubizume -- pemotongan jari. Benark~h yakuza sudah masuk Indonesia? "Tidak mustahil, perusahaan Jepang kan banyak di sini, sementara klub eksklusifnya juga sudah menjamur," katanya. Tapi dari kasus yang ditangani selama ini, Sidharta belum mencium adanya kelompok yakuza terlibat. Aries Margono, Ivan Haris (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini