Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Susuk si guru silat

Delapan remaja laki-laki di kampung padasuka, tasikmalaya dicabuli ohan, 38, yang mengaku jago silat dari banten. petualangan ohan terbongkar, karena cerita korban. kini ia ditahan di polres tasikmalaya.

6 Oktober 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"MAUKAH kamu jadi orang sakti? Bisa menundukkan setan, menaklukkan macan, dan kebal?" Begitu pertanyaan Ohan, 38 tahun, kepada beberapa remaja di Kampung Padasuka Kecamatan Lengkongsari, Tasikmalaya Jawa Barat. Yang ditanya segera tertarik kepada lelaki bertubuh gempal itu. Apalagi Ohan, yang mengaku jago silat dari Banten itu berjanji akan mewariskan ilmu kebalnya. "Syaratnya, cukup membaca rapal bertuliskan Arab, dan disusuk dengan cincin batuali (akik)," kata sang suhu. Maka, sejak itu, beberapa murid aktif mengikuti latihan silat bersama Ohan. Tapi, sebelum janji sang guru terbukti Kamis malam pekan lalu, Ohan dibekuk massa. "Jika tak diselamatkan warga, tentu dia sudah kami habisi," kata seorang warga. Acup -- sebut saja begitu -- malam itu mengaku bakal kebal karena telah "dibaiat" Ohan. Bocah berumur 13 tahun murid SD kelas VI, itu membanggakan diri kepada saudara-saudaranya. "Kalau sudah merapal ini, saya akan jadi jagoan, kayak si Pitung," kata Acup sambil menggenggam kertas berisi rapal. Sebab, kata bocah berkulit bersih itu, duburnya baru saja disusuk batuali oleh sang guru. Hah, dubur? Cerita anak itu membuat pamannya curiga. Si paman mendesak Acup menceritakan kejadian yang sebenarnya. Acup pun mengaku. Sekitar sejam yang lalu, selesai berlatih silat, Ohan menyuruh dia bersama teman-temannya tidur di surau yang berada di pinggir sawah. Tapi sampai di situ, Acup tak melihat keenam rekannya. Selagi sepi itulah, Ohan merayu Acup agar bersedia dipasangi susuk kebal tadi. Syaratnya tak boleh diceritakan kepada siapa pun. "Kau bisa berubah jadi macan kalau melanggar aturan ini," kata Ohan. Maka, "pembaiatan" pun dimulai. Mula-mula Acup disuruh membuka pakaian. Lalu seluruh tubuh bocah itu diusap-usap, ditelentangkan, dan dibalik berkali-kali. Terakhir disuruh tengkurap. "Sekarang mulai pasang susuk," kata Ohan. Acup harus tutup mulut, tak boleh mengaduh. "Kalau mengaduh, bisa jadi macan," kata Ohan. Pemasangan susuk itu, cerita Acup, "Sakitnya bukan main, sampai terasa di pusar." Setelah proses memasukkan susuk selesai, Acup minta pulang. Sebab, keenam temannya tak juga muncul -- belakangan ketahuan mereka disuruh nonton video di rumah tetangga oleh Ohan. Gara-gara cerita Acup itulah petualangan Ohan terbongkar. Kamis malam itu juga, sekitar pukul 22.00, orangtua Acup melapor ke RW setempat. Guru silat itu pun ditangkap. Semula ia menolak tuduhan mencabuli bocah-bocah itu. Tapi, setelah dikonfrontasikan dengan delapan muridnya, yang juga pernah merasakan batuali Ohan, guru itu tak berkutik. "Saya malah pernah dimasuki dua kali," kata Nardi (bukan nama sebenarnya), 15 tahun. Ohan kini mendekam di sel Polres Tasikmalaya. "Saya silap. Mungkin karena saya jauh dari istri," kata Ohan, yang baru menetap di kampung itu dua bulan. Istri dan seorang anaknya ditinggal di kampungnya, di Cibalanarik, Tasikmalaya --jadi, Ohan bukan orang Banten. Kepada TEMPO, Ohan mengaku bukan pesilat tangguh, cuma sekadar bisa. Sehari-hari, ia bekerja sebagai buruh bordir. "Saya sendiri heran, mengapa belakangan ini saya suka sekali dengan anak laki-laki," katanya datar. WY dan Dwiyanto Rudy (Biro Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus