Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LELAKI di ujung telepon memastikan bahwa tim nasional Thailand bakal mengalahkan Indonesia dalam pertandingan di babak semifinal sepak bola SEA Games 2015 Singapura. "Kalau tidak 3-1, 4-0, atau 3-0," kata pria berlogat Melayu itu kepada Balbalan Sakti-sebut saja namanya begitu-Sabtu dua pekan lalu. Balbalan menelepon lelaki yang dia panggil "Das" itu beberapa jam sebelum pertandingan Indonesia melawan Thailand digelar.
Das mengatakan Indonesia sudah sepakat "bekerja"-istilah untuk tim yang sudah diatur untuk mengalah. Ketika pertandingan Indonesia versus Thailand hampir berakhir, dalam kedudukan 0-4, Balbalan kembali menelepon Das. Kali ini Das menyebutkan masih ada satu-dua "bola jalan"-istilah untuk gol tambahan, yang juga menjadi bahan pertaruhan. Benar saja, beberapa menit kemudian, gawang Indonesia kembali jebol. Ketika peluit panjang berbunyi, Indonesia dicukur habis 0-5.
Das rupanya tidak tahu bahwa percakapan teleponnya direkam beberapa orang yang ada di dekat Balbalan. Salah satunya Muhammad Isnur, pengacara dari Lembaga Bantuan Hukum Jakarta.
Isnur bercerita, pertemuan dengan Balbalan di sebuah hotel itu semula untuk membahas pengaturan skor pertandingan di liga Indonesia. Pernah menjadi pemain dan pelatih klub divisi utama, kepada Isnur dan kawan-kawan, Balbalan mengaku tahu banyak soal seluk-beluk bagaimana pengaturan skor dirancang agar menguntungkan bandar judi. "Ia sudah lama malang-melintang di dunia ini," katanya.
Awalnya, Isnur dkk sempat ragu terhadap ocehan Balbalan. Lalu mereka meminta Balbalan menunjukkan keluasan jejaringnya. Balbalan pun menelepon Das, yang dia sebut perantara bandar judi level atas di Malaysia.
Senin pekan lalu, Isnur dkk kembali meminta Balbalan menelepon Das soal pertandingan Indonesia dengan Vietnam dalam perebutan medali perunggu. "Empat kosong babak pertama, tapi ada lagi dua atau tiga gol," ujar Das. Seperti "ramalan" Das pada pertandingan sebelumnya, kali ini Indonesia kembali kalah telak dengan skor 0-5.
Meski mendengar langsung percakapan Balbalan dengan Das, Isnur dan kawan-kawan belum bisa memastikan apakah tim nasional Indonesia memang "bekerja" seperti disebutkan Das. "Untuk SEA Games, kami belum memiliki bukti yang kuat," kata Isnur. "Kalau untuk pertandingan di Indonesia, Das punya bukti kuat."
Pelatih tim nasional Indonesia di bawah usia 23 tahun (U-23), Aji Santoso, membantah keterlibatan timnya dalam pengaturan hasil pertandingan (match fixing) di SEA Games 2015. Menurut Aji, kekalahan telak Indonesia oleh Thailand dan Vietnam lebih karena masalah fisik dan stamina yang banyak tergerus di babak penyisihan.
Toh, bau anyir di SEA Games 2015 sudah telanjur meruyak sejak akhir Mei lalu. Kala itu, Corrupt Practices Investigation Bureau di Singapura meringkus empat orang yang diduga terlibat pengaturan skor dalam pertandingan sepak bola tim nasional Timor Leste melawan Malaysia. Salah seorang dari mereka, Nasruddin, merupakan warga negara Indonesia.
Dalam sidang perdana pada 15 Juni lalu terungkap, Direktur Teknis Tim Nasional Timor Leste, Orlando Marques Henriques Mendes, menerima suap dari warga Singapura keturunan India, Rajendran R. Kurusamy, sebesar Sin$ 1.000. Mendes juga mendapat tambahan Sin$ 15 ribu karena menepati janjinya.
Dua orang lainnya, Nasruddin dan Moises Natalino De Jesus, bertugas melobi pemain Timor Leste agar mau mengalah. Nama Nasruddin juga sempat disebut Das saat ditelepon Balbalan.
PADA awal Maret lalu, Tim Sembilan-yang dibentuk Kementerian Pemuda dan Olahraga untuk mengevaluasi kinerja Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia-juga bertemu dengan Balbalan. Menurut juru bicara Kementerian, Gatot S. Dewa Broto, dalam pertemuan itu, Balbalan pun blakblakan soal pengaturan skor di Indonesia.
Sayangnya, menurut Gatot, cerita Balbalan belum detail sehingga Kementerian tidak bisa melaporkannya ke polisi. "Kami tidak ingin mengambil risiko," kata Gatot, Kamis pekan lalu. Namun Tim Sembilan tetap menganggap penting pengakuan Balbalan. Karena itu, Tim Sembilan merekomendasikan praktek pengaturan skor diusut tuntas.
Seorang kawan dekat Balbalan mengatakan persinggungan rekannya dengan dunia judi bola dimulai saat masih menjadi pemain, pada awal 2000-an. Balbalan, menurut dia, disukai para bandar judi karena terkenal luwes dan memiliki jaringan yang baik, dari wasit, manajemen klub, sampai pemain kunci di banyak tim.
Komunikasi Balbalan dengan bandar judi di luar negeri pernah tersadap tim Interpol dan Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), yang menginvestigasi pengaturan angka di Indonesia pada pertengahan tahun lalu. Semula yang disadap adalah nomor beberapa bandar judi bola di Singapura. Eh, pada satu waktu, seorang bandar menelepon Balbalan. "Botak, ini ada duit Rp 500 juta. You mau kerja?" ujar sang kawan menirukan tawaran bandar itu kepada Balbalan.
Dalam peta jaringan pengatur skor di Indonesia, Balbalan bukan satu-satunya penghubung bandar judi dengan tim sepak bola. Masih ada tiga orang lain yang memainkan peran yang kurang-lebih serupa. "Mereka punya daerah kekuasaan masing-masing," katanya. Balbalan, misalnya, mengendalikan pertandingan bola untuk tim di kawasan barat Indonesia sampai Bali. "Ada juga yang khusus menggarap pemain asing," ujar bekas manajer tim sepak bola asal Sumatera itu.
Ketika mengatur hasil pertandingan, Balbalan tidak bekerja sendirian. Setelah membuat kesepakatan dengan tim tertentu, ia biasanya menurunkan eksekutor lapangan, yang biasa disebut runner. Tugas runner memastikan jalannya pertandingan sesuai dengan skenario yang diatur bandar judi.
Para runner itulah yang berkomunikasi dengan manajemen pemain selama jalannya pertandingan. "Ada sekitar 20 runner yang dia kendalikan," ucap mantan pelatih di divisi utama PSSI yang juga cukup dekat dengan Balbalan.
Kepada kawannya ini, Balbalan pernah bercerita, untuk mengamankan satu pertandingan, uang yang digelontorkan bervariasi, dari Rp 100 juta sampai Rp 5 miliar, tergantung besar-kecilnya tim yang bertanding. Duitnya akan mengalir ke pemain, pelatih, manajemen klub, hingga wasit. Balbalan sendiri menerima sekitar Rp 30 juta.
Pertandingan yang sudah diatur, menurut sang mantan pelatih, bisa dilihat dengan mudah dari cara pemainnya mengolah bola di lapangan. Kesalahan yang disengaja dalam mengoper bola kepada rekan satu tim bisa menjadi salah satu indikasinya. "Misalnya passing dibuat asal-asalan, tidak terarah," kata lelaki 50-an tahun ini.
Dari sebelas pemain yang turun, minimal ada empat pemain yang bekerja untuk bandar. Mereka yang rawan didekati adalah pemain belakang, penjaga gawang, dan penyerang. Pemain belakang, misalnya, bisa diatur untuk melewatkan penyerang lawan atau membuat pelanggaran di kotak penalti-sehingga timnya mendapat hukuman tendangan penalti.
Dengan banyak peran yang bisa dimainkan, pemain bertahan biasanya "diamankan" pertama kali oleh bandar. Karena itu, nilai suapnya pun biasanya lebih besar daripada nilai suap untuk penjaga gawang dan penyerang. "Pemain yang sudah dipegang bandar istilahnya kuda pengungkit," ujar lelaki ini. "Mereka akan mendapat servis istimewa, baik di dalam maupun di luar lapangan."
Syailendra Persada, Rina Widiastuti, Aditya Budiman, Putri Adityowati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo