Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LIMA puluhan wartawan berjubel di sebuah restoran Jepang di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Selasa sore pekan lalu. Mereka menunggu kehadiran lelaki berinisial "BS" yang belakangan ini mendadak terkenal. Sebelumnya, tim kuasa hukum memberi tahu bahwa "Balbalan Sakti"-bukan nama sebenarnya-akan hadir dalam jumpa pers itu.
Ternyata, ketika konferensi pers dibuka pukul 17.00, yang hadir hanya tiga kuasa hukum Balbalan. "BS tak datang karena alasan keamanan. Dia mendapat ancaman setelah melapor ke polisi," kata Asep Komarudin, anggota tim kuasa hukum Balbalan.
Siang itu, Balbalan melapor ke Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI. Ia "mengaku berdosa" karena belasan tahun terlibat praktek pengaturan skor (match fixing) dalam pertandingan sepak bola di Indonesia.
Kepada polisi, Balbalan menyerahkan kronologi pengaturan skor yang ia lakukan di liga sepak bola di Indonesia sejak 2002 sampai 2015. Di samping menyerahkan daftar puluhan pertandingan, ia menyetorkan daftar belasan nama orang yang pernah bekerja sama dengannya untuk mengatur skor. Balbalan pun melampirkan dua nomor rekening yang pernah dia pakai untuk menampung uang dari bandar judi, sebelum ia kirim kepada pelatih, pemain, manajer tim, hingga wasit pertandingan.
Termasuk yang dilaporkan Balbalan adalah pengaturan skor dalam laga Persegres Gresik melawan Persik Kediri dan Barito Putra di Liga Super Indonesia 2014/2015. Dua laga kandang Persegres itu berakhir imbang 1-1 dan 2-2, sesuai dengan skenario yang dirancang Balbalan dan kawan-kawan.
Sehari setelah Balbalan melapor ke polisi, pelatih Persegres kala itu, Agus Yuwono, juga memberikan kesaksian di restoran yang sama. Agus membenarkan bahwa dia mendapat tawaran uang dari seseorang sebelum kedua pertandingan itu digelar. "Saya ditawari Rp 200 juta untuk mengikuti kemauan bandar," ujar Agus. "Tapi saya enggak mau. Saya mau tim saya menang."
Karena Agus menolak, bandar judi masuk lewat pintu lain. Dalam kedua pertandingan, sebagai pelatih kepala, Agus Yuwono malah diparkir di bangku cadangan. Adapun yang mengatur tim dari pinggir lapangan hanya asisten pelatih.
Balbalan juga melaporkan match fixing yang berujung pada kekalahan PSM Makassar oleh Persebaya Surabaya dengan skor 0-4 di Indonesia Super League 2014/2015. Menurut Balbalan, untuk mengatur hasil pertandingan itu, bandar judi menggelontorkan uang tak kurang dari Rp 800 juta.
Direktur Olahraga PSM Makassar Andi Darussalam Tabusalla mengakui mengenal BS. Namun ia menolak berkomentar soal tudingan suap yang mengarah kepada timnya. "Biarkan polisi melakukan penyelidikan. Kita tunggu saja," kata Andi ketika ditemui di Makassar, Jumat pekan lalu.
Adapun Direktur Hukum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Aristo Pangaribuan menilai laporan Balbalan dan kawan-kawan ke Mabes Polri prematur. Menurut dia, Balbalan seharusnya lebih dulu melaporkan praktek match fixing itu ke PSSI. "Kami juga punya perangkat hukum," ucap Aristo.
Rina Widiastuti, Syailendra Persada, Gadi Makitan, Didit Hariyadi (makassar)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo