Urusan sepotong malu, cucunya sendiri dimangsa. Ibu dan anak itu kini ditangkap polisi. BAK harimau sembunyi di balik sehelai daun ilalang, lebih kurang itulah yang dilakukan Yatimah, 55 tahun. Warga Desa Pogung Kalangan, Purworejo, Jawa Tengah ini dikenal jirannya pendiam dan taat beribadah. Jadi, sejauh ini tidak setitik pun kecurigaan dialamatkan kepada janda beranak lima itu sebagai "Nenek Lampir". Penduduk malah kasak-kusuk ke alamat Siti Munisarofah, 20 tahun, satu-satunya anak Yatimah yang tinggal bersamanya serumah. Sebenarnya, sudah sejak 1987 timbul pertanyaan pada penduduk Pogung Kalangan. Yaitu, ketika mereka melihat perut Siti Munisarofah -- waktu itu ia berusia 14 tahun. Perut remaja ini buncit. Mereka menduga anak ini tentu hamil. Tapi Yatimah bilang bukan. Anak gadisnya itu menderita tumor di perut. Dan segera akan diobati dengan jampi-jampinya sendiri. Benar saja, lewat beberapa waktu perut Siti mengempis. Tapi pada awal 1991 perut Siti tiba-tiba menggelembung kembali. Sekali lagi, Yatimah berdalih bahwa anaknya terkena tumor dan akan segera diobati. Dan pertengahan Agustus barusan perut Siti mengecil kembali. Cuma kali ini warga desa itu tak mau mencampakkan kecurigaan mereka. Ketika ada hajatan beberapa hari setelah itu tingkah laku Siti khusus disorot orang. Ia ikut membantu di rumah yang punya hajat. Mereka melihat baju di bagian dada gadis bertubuh gemuk ini basah oleh air susu. Dan di kain bagian belakang Siti terlihat bercak-bercak darah. Melihat itu, Gatot Pujowiyono, sekretaris desa, menyuruh seorang wanita memeriksa tubuh Siti. "Benar saja, di balik bajunya, ia memakai setagen seperti yang biasanya dipakai orang yang baru melahirkan," kata Gatot. Dari bukti tersebut, Gatot bersama warga yang lain, malamnya, mendatangi rumah Yatimah. Keruan saja, Yatimah menyembur mereka dengan sumpah-serapah, disertai ancaman doa-doa kutukan. Dengan keras ia menyangkal anaknya baru melahirkan. "Kalau kalian tidak percaya, berarti kalian menuduh saya membunuh bayinya," Yatimah menantang. Yang ditantang ternyata tidak mundur. Gatot, yang sudah lama curiga, meminta warganya menggeledah rumah Yatimah. Mereka juga menyigi sekeliling rumah itu. Baru besoknya mereka menemukan lubang yang mencurigakan di samping kanan rumah. Isinya berupa sisa bakaran sampah, dan di situ Gatot menemukan serpihan daging serta potongan tulang yang sudah menghitam. Ketika air disiramkan ke lubang setengah meter itu, mengepul asap berbau daging terbakar. Akhirnya, Yatimah tak mungkin mungkir lagi di hadapan sejumlah bukti. Dalam pengakuannya, ketika Siti Munisarofah melahirkan bayi perempuan, mulut cucunya itu langsung disumbatnya, sampai tewas. Jenazah mungil itu diam-diam ditanamnya ke lubang di halaman rumahnya. Lubang tersebut tidak ditutup agar tak mencurigakan. Dan menurut dia pula, untuk menghilangkan jejak, mayat cucunya itu dibakar bersama dengan sampah. Untuk sementara, tipuannya sukses, hingga tetangganya kagum melihat Yatimah rajin membakar sampah tiap hari. Lalu, ketika Siti kemudian membuahkan satu anak tanpa bapak lagi, cara yang serupa diulangi oleh Yatimah. Kini ia dan anaknya, Siti Munisarofah, meringkuk di tahanan Polres Purworejo. "Saya malu diketahui tetangga kalau punya cucu haram," ujarnya. Dalam urusan menutup malu ini, agaknya Yatimah keliru langkah. Sebab, menurut tetangganya, Siti sendiri memang dikenal gampang mengobral malu. Rustam F. Mandayun dan M. Faried Cahyono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini