Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Tawuran Jakarta Semakin Brutal

Pelaku tawuran tidak segan-segan menyabetkan senjata tajam kepada lawannya. Diduga karena pengaruh minuman keras.

31 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tawuran di Fly over jalan DI. Panjaitan, Cipinang Besar Utara, Jatinegara, Jakarta, 28 Januari 2024. Dok. Divisi Humas Polri

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Video yang menayangkan tawuran semakin sering beredar di media sosial.

  • Pelaku tawuran tidak segan-segan melukai lawan dengan senjata tajam.

  • Sebelum tawuran, para pelaku menenggak minuman keras.

JAKARTA – Video tawuran itu dengan cepat menyebar setelah diunggah di media sosial. Dua kelompok pemuda tanggung terlihat saling serang secara brutal. Seorang remaja yang tertinggal dari kelompoknya menjadi sasaran kelompok lawan. Tubuhnya dihujani pukulan. Bahkan tangan kanannya putus karena sabetan senjata tajam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Peristiwa itu terjadi di flyover Pasar Rebo, Ciracas, Jakarta Timur, pada Ahad lalu sekitar pukul 04.00 WIB. Adapun remaja yang tangannya putus itu adalah DSS, 17 tahun, seorang pelajar yang duduk di kelas XII SMA. Kapolres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Nicolas Ary Lilipaly mengatakan, selain DSS, ada satu remaja yang tangan kirinya nyaris putus. “Sekarang sedang disambung oleh paramedis di Rumah Sakit Polri Kramat Jati,” kata Nicolas, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly memperlihatkan barang bukti tawuran berupa dua celurit di Mapolres Metro Jakarta Timur, Jatinegara, Jakarta, 30 Januari 2024. ANTARA/Syaiful Hakim 

Berbekal video itu, polisi tidak membutuhkan waktu lama untuk menangkap orang-orang yang diduga mengeroyok DSS. Mereka adalah AM (17 tahun), AP (16), RA (15), dan P (17). Polisi menetapkan status mereka sebagai anak yang berhadapan dengan hukum. Selain empat remaja itu, kata Nicolas, polisi tengah memburu sejumlah pelaku yang saat ini masih bersembunyi. Salah satunya FFA. “Anggota kami sudah tersebar di luar Jakarta untuk mengejar mereka,” katanya.

Polisi menyita sejumlah senjata yang digunakan untuk tawuran. Di antaranya celurit yang memiliki panjang 1,5 meter dan 1,2 meter. Dari hasil pemeriksaan diketahui senjata itu sudah disiapkan sejak satu bulan sebelumnya. Mereka membeli benda itu secara daring dengan harga Rp 200-300 ribu.

Seorang pedagang di flyover Pasar Rebo mengatakan tempat itu sudah sering digunakan menjadi arena tawuran. Dalam beberapa tawuran sebelumnya, bentrokan melibatkan pelajar-pelajar yang masih mengenakan seragam sekolah. Ia tidak tahu masalah apa yang melatarbelakangi bentrokan antarkelompok itu. “Biasanya tawuran di sini malam Sabtu atau malam Minggu,” kata pedagang itu. 

Lima Polisi Menjadi Korban Tawuran  

Pada hari yang sama, bentrokan antarkelompok terjadi di Jalan Jenderal Basuki Rachmat, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Lima polisi terluka akibat terkena lemparan batu saat melerai bentrokan itu. “Mereka sudah mendapat pengobatan dan sekarang sudah kembali bertugas,” kata Nicolas.

Menurut Ketua RW 02 Kelurahan Cipinang Besar Utara, Iwan, sebelum tawuran pecah, ada provokasi yang dilakukan sejumlah pengendara sepeda motor. Mereka melintas di Jalan Basuki Rachmat sambil mengacungkan bambu dan melempar petasan. Warga RW 02 mengira pengendara sepeda motor itu warga RW 01 yang hendak menyerang mereka. “Nah, dari situ akhirnya terjadi tawuran,” katanya, kemarin.  

Masing-masing kelompok menyerang menggunakan batu dan petasan. Sejumlah warga merekam peristiwa itu menggunakan telepon seluler. Beberapa di antaranya kemudian mengunggah video tersebut ke media sosial. 

Iwan mengatakan, sepanjang Januari 2024, setidaknya terjadi lima kali tawuran di Jalan Basuki Rachmat, tepatnya di depan Mal Basura. Sedangkan pada tahun lalu, pernah terjadi beberapa kali, termasuk pada malam takbiran dan malam tahun baru. Ia tidak tahu persoalan yang menjadi bibit permusuhan antara warga RW 01 dan RW 02. 

Pernyataan serupa disampaikan Ketua RW 01 Kelurahan Cipinang Besar Utara, Wahidin. Namun dia menduga ada pihak-pihak tertentu yang memang sengaja ingin membuat suasana tidak kondusif. “Karena selama ini hubungan antara RW 01 dan RW 02 baik-baik saja,” katanya. Ia berharap persoalan ini bisa segera diselesaikan agar tidak ada warga yang menjadi korban.

Untuk menyelesaikan persoalan itu, Polres Metro Jakarta Timur telah mempertemukan perwakilan warga RW 01 dan RW 02. Dalam pertemuan itu masing-masing pihak diminta berdamai dan berkomitmen tidak saling memancing pertikaian. “Kami mendukung langkah tersebut,” kata Iwan. “Paling tidak, ini bisa menjadi acuan bagi polisi untuk mengantisipasi atau mengambil tindakan yang lebih tegas.”  

Camat Jatinegara Muchtar mengatakan siapa pun yang terlibat tawuran dapat mematuhi kesepakatan yang sudah dibuat. Ia juga berharap tawuran yang terjadi pada Ahad lalu menjadi bentrokan terakhir. “Masing-masing harus bisa melupakan masa lalu,” katanya. “Lupakan tawuran, kita damai semuanya."

Muchtar akan membahas usulan dari warga sekitar untuk memasang pagar pembatas dan mendirikan posko di kawasan Pasar Gembrong. “Untuk posko, sementara lokasinya bisa di taman,” katanya.  

Masyarakat menandatangani deklarasi damai stop tawuran antara masyarakat RW 01 dan RW 02, Kelurahan Cipinang Besar Utara, di flyover Jalan D.I. Panjaitan, Jatinegara, Jakarta Timur, 28 Januari lalu. Dok. Divisi Humas Polri

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Timur Ajun Komisaris Besar Armunanto Hutahaean mengatakan tawuran di Pasar Rebo dan Cipinang Besar Utara tidak berkaitan meski waktunya hampir bersamaan. Dia juga memastikan bahwa kelompok-kelompok yang bertikai ini tidak memiliki akun khusus di media sosial. “Jadi, semua terjadi secara spontan karena mereka saling ejek,” ujarnya.

Menurut Nicolas, penyebab tawuran memang belum diketahui secara pasti. Namun, dalam beberapa kasus, tawuran bisa dipicu karena saling ejek di media sosial. Masing-masing kelompok merasa paling hebat dan menantang kelompok lain untuk menunjukkan eksistensinya. Bahkan ada kecenderungan pelaku-pelaku tawuran sengaja merekam aksi mereka untuk diunggah di media sosial.   

Nicolas juga menyinggung tentang minuman keras yang dianggap memiliki andil terjadinya tawuran. Sebab, dari sejumlah pelaku tawuran yang ditangkap, hampir semuanya di bawah pengaruh minuman beralkohol. “Ke depan, kami tidak akan segan untuk menindak tegas setiap pelaku tawuran,” ucapnya.

M. FAIZ ZAKI | ADE RIDWAN YANDWIPUTRA | ANTARA

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus