Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Kesumat sumber psikosomatik

Habibah hanum nasution dikukuhkan sebagai guru besar fk usu. ia meneliti penderita psikosomatik. menurutnya, akibat psikosomatik produktivitas menurun 50%. penderita perlu hidup santai.

7 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NYUT NYUT di kepala yang berkepanjangan boleh jadi bukan sekadar gejala fisik, melainkan mengandung latar belakang kejiwaan. Itulah materi pokok pidato pengukuhan guru besar Prof. Habibah Hanum Nasution, 58 tahun, di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU), Medan, dua pekan lalu. Kepala Bagian Penyakit Dalam di RS Pirngadi, Medan, itu mengisahkan ihwal seorang guru di Pulau Samosir, Danau Toba. Akibat kepeningan panjang, gairah bekerja guru tersebut menurun drastis. Ia diburu rasa gundah berkepanjangan. Setelah menjalani pemeriksaan, ternyata pak guru ini sedang tak enak hati terhadap tetangganya. Mereka bertetangga sepuluh tahun, dan empat tahun terakhir ia memendam kesan bahwa tetangganya itu congkak. Ayah lima anak dan kakek empat cucu itu tak segera menyadari apa akibat kesumat diam-diam itu. Yang dirasakannya, ya, sering sedih, kepalanya acap terasa panas, kaki serta tangannya selalu kesemutan. Juga ia mudah terkejut dan gampang tersinggung. Badannya pun rasanya sering lesu. Lebih gawat lagi, gairah seksnya ikut terganggu. Sudah beberapa dokter yang merawatnya tak dapat membebaskan dia dari derita itu. Pak guru itu hampir putus asa dan ingin cepat mati. Akhirnya, ia bertemu dengan Prof. Habibah di RS Pirngadi. "Sumbernya hanya hubungan tidak harmonis dengan tetangga," kata Habibah. "Kegelisahan ini lalu menimpa kesehatan fisiknya." Depresi terselubung ini kemudian merambat mengusik jantungnya. Pada kunjungan pertama, pak guru tadi diberi obat antidepresi. Pada konsultasi berikutnya, keadaannya langsung lumayan. Tekanan darahnya menjadi normal. Semua penyakit yang dikeluhkan itu hilang. Tak ada yang serius sebetulnya. Inilah yang disebut gangguan psikosomatis. Pengalaman pak guru itu merupakan salah satu contoh dari 3.000 pasien psikosomatik RS Pirngadi antara tahun 1987 dan 1991. Mereka menjalani perawatan di sub-bagian psikosomatik, bagian ilmu penyakit dalam di rumah sakit terbesar di Medan itu. Dari 3.000 pasien itu, penderita wanita dua kali jumlah penderita pria. "Mungkin karena kaum wanita sekarang banyak yang harus bekerja, di samping bertugas sebagai ibu rumah tangga," kata Habibah Nasution. Wanita, kata ahli psikosomatik ini, memang berpeluang tinggi menderita gangguan psikosomatik. Gangguan ini sebenarnya bersumber pada masalah kejiwaan. Faktor inilah yang merambat ke otak, kemudian mempengaruhi sistem saraf limbus. Gangguan pada susunan saraf ini lalu menjalar ke saraf otonomik. Dari sinilah timbul keluhan fisik. Keluhan penderita memang dapat beraneka ragam, misalnya perut kembung, sakit maag, jantung deg-degan, hipertensi, hipotensi, sulit tidur, bengek, rematik, bahkan eksim. Namun, ketika diperiksa, ternyata kondisi tubuhnya sehat. Keluhan terbanyak di RS Pirngadi ialah kardiovaskuler (51%), disusul gangguan saluran pencernaan (32,2%), dan terganggunya saluran pernapasan (5%). Penanganan penderita psikosomatik relatif panjang. Begitu pula biaya yang dikeluarkan. Pemeriksaan pada penderita ringan, misalnya, meliputi pemeriksaan seluruh aspek jasmaniah dan kejiwaan. Belum lagi pencatatan biodata, pengetesan tingkat pendidikan, sampai pengkajian masalah lingkungan sosial budaya. Penelusuran secara rinci, pemeriksaan laboratorium, studi kepribadian pasien, sampai penentuan jenis penyakitnya paling cepat memerlukan 8 minggu. Untuk pengobatan diperkirakan 3 hingga 6 minggu. Sedangkan terapi psikologi, waktunya lebih panjang, yakni 10 hingga 15 minggu. Menurut Habibah Nasution, gangguan psikosomatik umumnya melanda kelompok berpendidikan tinggi. Pada wanita, kebanyakan yang sudah berumah tangga dan berperan ganda. Pada pria, gangguan ini kebanyakan berkaitan dengan pekerjaan, misalnya hubungan dengan bos yang tidak serasi, atau bidang pekerjaan yang tak sesuai dengan keterampilannya. Mereka lalu melemparkan keterbatasannya dengan mengeluh melulu. Menurut evaluasi di RS Pirngadi, tampak angka produktivitas kerja penderita psikosomatik dapat menurun sampai 50%. Dalam enam hari kerja, penderita hanya aktif rata-rata tiga hari. Yang tiga hari lagi digunakan untuk konsultasi ke dokter. Dalam pengamatan lebih panjang, dari 60 hari kerja, 10 hari digunakan untuk cuti dan 20 hari untuk berobat. Produktivitasnya menurun karena mereka umumnya merasa tidak mampu bekerja. Penyakit psikosomatik dapat menimpa tiap orang, tanpa batas usia. Di kalangan anak-anak, gangguan psikosomatik antara lain bersumber pada hubungan dengan orangtua, depresi, dan disiplin. Gangguan pada para remaja berpangkal dari krisis masa pubertas, masalah seksual, kecemasan bermasyarakat, kurang populer, hambatan otoritas, atau kebimbangan terhadap nilai-nilai moral dan agama. Dan pada usia dewasa, gangguan dapat disebabkan krisis tiap fase: kehidupan rumah tangga, keluarga, pekerjaan, dan lingkungan. Kondisi sosial yang berubah secara drastis juga sering menimbulkan gangguan psikosomatik. Cara mengatasi gangguan psikosomatik sebetulnya sederhana saja, yaitu usahanya harus berasal dari penderita sendiri. "Mulanya harus bisa menerima keadaan dan jangan berpikir macam-macam," kata Habibah Nasution. Ia memberi saran bahwa dengan hidup santai, tidak ngoyo, dan bersikap terbuka, seseorang akan jarang dihinggapi pusing kepala dan gangguan psikosomatis. Sri Indrayati dan Mukhlizardy Mukhtar (Medan)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus