Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Main api di karimun

Petugas bea cukai tanjungbalai karimun menggulung penyelundupan premium dari kapal tanker "innete i". nakhoda matias kaniage dan tiga awak kapal ditahan. premium masih dalam penyelidikan.

7 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERAIRAN Tanjungbalai Karimun di Riau masih pekat menjelang Subuh, Kamis dua pekan lalu. Tiba-tiba seorang penduduk di daratan kaget mendengar dentum bersahutan di tengah laut. Ia kian tercengang ketika ledakan itu disusul kembang api yang menjulang ke angkasa. Besoknya, kesaksian itulah yang diterima Kepala Kanwil Bea Cukai (BC) II, Tanjungbalai Karimun, Hendrik Aris Parinding. Petugas BC kemudian diperintahkan berpatroli ke laut lepas. Ternyata, sebuah kapal tanker berbendera Honduras ditemukan 10 mil laut dari pantai. Tanker yang berawak sepuluh orang itu telah melakukan penjualan premium selama sepekan. Kapal bernama Innete I itu digiring ke pantai. Nakhodanya, Matias Kaniage, 44 tahun, asal Sangir, Sulawesi Utara, dan awaknya lalu diusut. Mereka mengaku telah melego 20 ton premium kepada N. Surbakti dan A. Fong dua penduduk Tanjungbalai Karimun. Itu dilakukan pada dini hari. Kasus begini baru pertama ketahuan di Indonesia. Tak heran jika Kadit Pidana Khusus Kejaksaan Agung, I Made Swande, bersama stafnya datang meninjau tanker itu, Rabu pekan lalu. "Ini kasus besar," kata Kepala Kejaksaan Negeri Tanjungbalai Karimun, Wieke Soekendar. Cerita ini berawal dari Anting -- sebuah kawasan tempat para pelaut yang menganggur kongko-kongko di Singapura. Seorang pengusaha bongkar muat peti kemas, Tan Soon Tee alias David Tan, menawari Matias menjadi nakhoda tanker itu, 13 Desember lalu. David Tan menyebutkan tanker itu akan berangkat dari Bangkok ke Singapura. Matias tergiur, meski ia hanya berijazah MPT (Mualim Pelayaran Terbatas). Maklum, ia dijanjikan gaji Rp 2 juta sebulan dan dibayar di depan. Lalu, ia merekrut sembilan rekan menjadi awak kapal. Mereka bukan diboyong ke Bangkok, melainkan ke Penang tempat tanker itu bersandar. Mereka disambut seorang Yunani, Nick Zorzos, bos Saron Marine Service, pemilik tanker yang beralamat di Johor, Malaysia. Yang pertama mereka lakukan sebulan lebih adalah memperbaiki kapal yang rusak itu. "Waktu itu tanker sudah berisi 500 ton premium," kata Johni Paraeng, awak mesin tanker itu. Lalu mereka disuruh berlayar menuju Singapura. Tidak disebut alasannya, tapi pihak Pelabuhan Penang mengizinkan mereka berangkat meski tidak dilengkapi sepotong dokumen pun, kecuali paspor mereka yang bercap Imigrasi Penang. Selain itu, mereka tidak dibekali bahan bakar dan makanan yang cukup. "Solarnya 20 ton, padahal perlu 30 ton untuk mencapai Singapura," kata Johni. Akibatnya, tiga kali mereka menguras solar dari tangki cadangan ke tangki utama. Lima hari kemudian, sesampai di perairan Tanjungbalai Karimun, solar dan persediaan makanan mereka habis. Matias bersama temannya turun ke Tanjungbalai Karimun, menumpang perahu nelayan. Di situ timbul niat Matias menjual premium. Maksudnya, agar dapat membeli solar dan makanan selama ke Singapura. Premium itu mereka lego 20 ton, dengan harga Rp 200 per liter. Itu cukup miring, mengingat bila dibanding dengan harga di Tanjungbalai Karimun yang Rp 700 seliter. Untuk penjualan itu, Matias menerima Rp 4 juta. Lalu, uang itu dibagi-bagi Rp 250 ribu seorang, setelah dipotong untuk membeli solar dan makanan. Kemudian timbul niat untuk menjual lebih banyak lagi. Agar tak ketahuan, rencananya mereka akan mencampur air laut di premium yang tersisa. Maka, dengan tenang mereka melego lagi 13 drum premium. Drum-drum itu malah sudah diturunkan ke kapal kecil milik penduduk setempat, untuk diboyong ke daratan. Mujur tak dapat diraih, drum-drum itu meledak. Drum-drum yang terbakar itu bahkan melesat hingga mirip kembang api. "Untung, tanker kami tidak terbakar," kata Johni. Menurut dugaan sumber TEMPO di Tanjungbalai Karimun, David Tan itu seorang yang punya jaringan kuat. Kapal berikut isinya diduga juga hasil curian. Buktinya, semula kapal itu bernama Citra II, tapi kemudian diubah menjadi Innete I. "Kata Zorzos, nama itu diambil dari nama anaknya," cerita Johni. Kecurigaan terhadap David Tan agaknya beralasan, karena menurut Matias dokumen kapal itu baru dilengkapinya setelah berlabuh di Singapura. Menurut Hendrik Aris Parinding, kedatangan tanker yang tak keruan ini pasti ditolak di Singapura. "Bisa-bisa Singapura dibuatnya lautan api," katanya. Kondisi tanker Innete I berlepotan. Dinding kapal buatan tahun 1961 itu kusam dan berkarat di sana-sini. Radio dan peralatan radarnya tidak berfungsi. Bahkan, bendera merah putih sudah lusuh dan berumbai diterpa angin. "Ini kapal misterius," kata Wieke Soekendar. Kini Matias dan tiga perwira kapal itu Jerry J. Mingguw, Jan Caroles Dogar, dan Reinhar Rindu meringkuk di penjara setempat. Mereka semuanya sekampung dengan Matias. Menurut Hendrik Aris Parinding, mereka terbukti menjual minyak di Indonesia dan karenanya dianggap melakukan tindak pidana penyelundupan. "Karena itu, kapalnya bisa kami sita," kata Hendrik Aris Parinding. Enam awak lainnya dilepas karena hanya sebagai tukang masak dan berperan tak penting. Yang belum tersingkap adalah dari mana premium itu berasal. Apalagi Zorzos masih bersembunyi dan belum muncul ke Tanjungbalai Karimun. Contoh premium di tanker itu dibawa ke pabrik hydrocracker Pertamina di Dumai. "Untuk menyelidiki jenis minyaknya," kata Wieke Soekendar. Tentu perlu ditunggu hasilnya, apakah premium itu produk Indonesia atau luar negeri. Bersihar Lubis dan Irwan E. Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus