DALAM lima bulan terakhir ini, penduduk Kota Palembang panik. Belasan gadis cilik, berusia 7 sampai 15 tahun, menjadi korban penculikan. Setelah perhiasan dan uang si gadis dipreteli -- dua orang korban sempat diperkosa -- baru si penculik melepaskan korbannya. Pelakunya, menurut kesaksian para korban, seorang lelaki berpakaian lusuh, bertubuh kurus tinggi, berkumis. Penjahat itu biasanya menunggu korban di pusat-pusat perbelanjaan. Dengan mengaku sebagai petugas satpam atau reserse, si penculik menuduh korbannya pencuri dan kemudian mengangkutnya. Minggu siang dua pekan lalu, si penculik kembali nongkrong di pertokoan GM Plaza yang berlantai dua itu, di Palembang. Ketika itu dua gadis kecil, Tarmina (11 tahun) dan Erna (12 tahun) -- tersebut belakangan bukan nama sebenarnya -- lagi asyik menyaksikan barang-barang di etalase lantai satu pusat perbelanjaan tersebut. Ketika kedua gadis itu hendak beranjak pulang, ia dihadang seorang lelaki. "Hai kamu tadi di dalam mencuri, ya," tuduhnya. "Saya petugas serse di sini. Ayo, ikut," perintahnya. Merasa tidak mencuri, dengan ketakutan kedua gadis cilik itu mencoba membantah. "Ampun, Pak. Saya tidak mencuri. Kami hanya melihat-lihat," kata mereka mengiba. "Petugas serse" itu tetap menyeret mereka, katanya, ke kantor polisi, walau kedua gadis itu meronta-ronta. Seorang teman Erna yang melihat adegan itu dari kejauhan berteriak. "Erna! Erna ... ada apa?" Tapi terlambat, lelaki itu keburu membawa Tarmina dan Erna dengan opelet ke arah Talangbetutu. Dalam perjalanan itu si penjahat menyuruh kedua gadis tersebut mencopot perhiasan mereka -- senilai Rp80 ribu. "Agar tak dirampok orang," alasan si penjahat. Sampai di km 4 di dekat kampus IAIN, Tarmina diturunkan dan disuruh pulang sendirian. Sementara itu, Erna dibawa ke suatu empat sepi di dekat lapangan tenis, di daerah Lemabang, sekitar tujuh kilometer dari GM Plaza. Di situlah harta terakhir gadis cilik itu dirampok. Erna diperkosa. Sementara itu, sesampainya di rumah, Tarmina langsung mengabarkan musibah yang menimpa sepupunya, Erna. Teman Erna, yang melihat kejadian itu di GM Plaza, juga membenarkan peristiwa tersebut. Orangtua Erna tentu saja kaget. "Kami khawatir atas nasib anak itu, apalagi nyawanya," ujar salah seorang keluarga Erna. Empat buah mobil -- kebetulan Erna memang keluarga kaya -- dikerahkan melacak petugas serse gadungan tersebut. Tiga dukun juga diminta bantuannya. "Sebelum pukul 22.00, Erna akan pulang," kata salah seorang dukun itu. Di tengah kepanikan itu, muncul dua pemuda tetangga Erna yang mengabarkan mereka baru saja ketemu Erna. Gadis itu, kata mereka, "disandera" seorang lelaki mengaku satpam. "Dia mencuri, harus diusut dulu," alasan si "satpam" ketika kedua pemuda tadi mencoba mengusut. Karena itu, dengan terpaksa kedua pemuda tersebut membiarkan Erna "diproses". Setelah sadar apa yang terjadi, kedua pemuda tadi kembali mencari penjahat tersebut dengan sepeda motornya. Sekitar pukul 19.30 mereka menemukan lelaki itu ketika membawa Erna naik becak di dekat Pasar Kuto, Palembang. Gadis cilik itu dapat diselamatkan. Tapi lelaki yang mengaku petugas serse tersebut tak tertangkap. Kendati si penjahat terlepas, kedua pemuda tadi ingat bahwa laki-laki itu tinggal di Lorong Karyawan RT 11, Kelurahan Sembilan Ilir -- hanya sekitar 500 meter dari rumah korban. Ia bernama Aminuddin. Polisi segera dikontak. Di bawah pimpinan Kasatserse Poltabes Palembang, Kapten Mathius Salembang, malam itu juga Aminuddin, 27 tahun, dibekuk. Kepada polisi, tersangka mengakui perbuatannya dengan alasan kepepet ekonomi. "Korban yang punya uang seribu pun diambilnya," kata Mathius. Hingga pekan lalu, menurut penyidikan polisi, sekurangnya 15 gadis telah menjadi korban -- dua di antaranya dipastikan sempat diperkosa. Salah seorang korban yang memastikan kejahatan Aminuddin selama ini adalah Astuti, 12 tahun. "Dia pasti yang mengambil anting saya," kata Astuti. Pada awal Oktober lalu, Astuti bersama temannya, Asiah, 13 tahun, "cuci mata" di pertokoan Ratu Plaza. Seperti juga Erna, begitu anak tersebut keluar toko, Aminuddin mencegat dan menuduh mereka pencuri. Kendati menyangkal, kedua gadis kecil itu terpaksa mengikuti Aminuddin ke arah Lorong Kulit. Di tempat sepi itu anting Astuti seberat satu gram diambil. Begitu juga uang mereka Rp4 ribu. Sejak penangkapan itu, istri dan ketiga anak Aminuddin menghilang dari rumah sewaannya. Pemilik rumah, Asyik, kaget mendengar penyewa rumahnya ternyata penjahat. Sebab, selama ini Aminuddin mengaku mahasiswa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini