MINGGU pagi pekan lalu, karyawan toko Optik Timur Baru (OTB) terkejut. Begitu membuka rolling door, mereka mendapati sebuah lubang seukuran tubuh manusia menganga di tengah lantai toko di Blok M, Jakarta Selatan itu. Sejumlah kaca mata mahal lenyap dari ruang etalase. Isi kassa pun sudah dikuras habis. Lubang berbentuk terowongan itu ternyata tembus ke riol yang berada sekitar lima meter di depan toko. Terowongan yang digangsir maling itu letaknya sekitar dua meter dari permukaan tanah sejajar dengan kedalaman riol, yang mentok ke fondasi toko. Maling masuk ke dalam riol membuka tutupnya, berupa lempeng besi berbentuk lingkaran, yang ada di sepanjang trotoar. Di mulut lubang ditemukan sebuah dongkrak mobil, diduga untuk menjebol lantai. Mereka diperkirakan beraksi setelah toko tutup pukul 22. Maling berhasil membongkar kassa register yang berisi uang tunai Rp 1 juta, dan dari etalase diambil sebuah teropong seharga Rp 600 ribu, serta ratusan bingkai kaca mata. ''Nilai total bingkai kaca mata yang diambil sekitar Rp 300 juta,'' kata Ellyn S. Hariadi, manajer toko kaca mata itu. Maling mudah memilih yang mahal karena di tiap bingkai sudah ditempel stiker harga. Buat pengusaha Optik Timur Baru, kerugian ini tidak begitu terasa. Barang-barangnya itu diasuransikan. Lima tahun lalu toko ini juga pernah dibobol maling, tapi tidak digangsir. Kerugian Rp 500 juta, juga diganti asuransi. Ellyn memperkirakan maling akan mengalami kesulitan menjual bingkai yang mahal itu. ''Bukan karena harganya, tapi tidak akan ada optik yang akan membeli,'' katanya. Menurut Ellyn, optik besar yang tergabung dalam Gapopin (Gabungan Pengusaha Optik Indonesia) terikat perjanjian, hanya akan membeli lewat importir yang tercacat. Sedangkan optik kecil pun sulit menerima. ''Bisnis kaca mata nggak seperti bisnis lain, menjual kaca mata murah saja sulit, apalagi yang mahal,'' ujar Ellyn. Modus membobol toko dengan menggangsir bukan hanya dialami oleh OTB. Dua studio foto, Globe dan Cathay, yang lokasinya bersebelahan dengan OTB, juga bernasib sama. Lubang gangsir yang menganga di ruangan toko Globe ditemukan karyawan Rabu pagi 3 Januari lalu. Maling hanya menyikat 15 unit kamera saku yang harganya Rp 80 ribu hingga Rp 200 ribu per unit. Kiatnya, ''Kamera mahal kami bawa pulang. Kalau toko akan dibuka baru dipajang lagi,'' ujar Novi, 35 tahun, karyawan Globe. Ada juga barang mahal yang tidak dibawa pulang dan tak disentuh maling, yakni lensa-lensa kamera. ''Mungkin mereka tak tahu lensa itu harganya mahal,'' ujarnya lagi. Rupanya maling ketagihan. Selang dua bulan setelah peristiwa itu, Foto Studio Cathay kena giliran digangsir pula. Sekitar 60 unit kamera saku raib. ''Kerugiannya Rp 6 juta,'' kata Krisna, pemilik studio itu. Rupanya, belajar dari pengalaman Globe, Krisna juga membawa pulang kamera mahalnya setelah toko tutup. Tidak seperti pemilik Globe, Krisna enggan melapor ke polisi. ''Percuma, kejadian di Globe saja sampai sekarang belum tuntas. Daripada lapor tapi urusannya banyak, mendingan diam saja,'' katanya. Mayor Bambang Widiyatmo mengakui sulit melacak jejak maling yang beraksi dengan menggangsir. Agaknya mereka seperti mendapat inspirasi dari cara kerja tikus. ''Kami belum berhasil menangkap pelakunya, tapi kami masih terus melakukan penyidikan,'' ujar Kepala Satuan Serse di Kepolisian Resor Jakarta Selatan itu. Hasan Syukur dan Ivan Haris
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini