Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Korban jaran goyang

Pemerkosa (misterius) gadis di bawah umur, di kediri, tertangkap. tertuduh, supoyo, hanya mengaku menodai dua orang. (lihat tempo 19 mart 1983).(krim)

27 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMERKOSA misterius yang malang melintang di pinggiran Kota Kediri, Jawa Timur, kini mulai kelihatan sosoknya. Ia tidak lain Supoyo, 30 tahun, yang berbadan gempal dan lehernya sedikit membengkak karena sakit gondok. Polisi Kediri, dibantu masyarakat setempat, dua pekan lalu menangkapnya tanpa perlawanan. Supoyo ketika itu sedang menyekap seorang gadis cilik, Harti (bukan nama sebenarnya), yang berumur 11 tahun. Kepada polisi, ia juga mengaku telah memperkosa Yayuk (bukan nama asli), 14 tahun, yang tak lain kakak kandung Harti. "Terus terang, sekarang kami agak lega," kata seorang penduduk Desa Kwadungan di Kecamatan Gampangrejo. Lega, karena sejak medio Maret lalu tak ada korban jatuh lagi. Dan begitu ada anak gadis yang hilang lagi dan diperkosa, pelakunya ketahuan dan bisa ditangkap. Pinggiran kota, terutama penduduk di Kecamatan Wates dan Gampangrejo, Januari sampai Maret lalu dicekam ketakutan oleh munculnya pemerkosa misterius yang mengincar anak gadis di bawah umur. Selama tiga bulan itu, tercatat lima anak gadis kecil menjadi korban. Dan seorang lagi dari Desa Doko, Gampangrejo, nyaris pula menjadi korban. Ia sudah diculik dari rumah orangtuanya dan dibawa ke kebun tebu. Untunglah masyarakat yang tak jemunya meronda, bisa memergoki sepak terjang penjahat. Penduduk yang marah, langsung menyergap, namun bedebah itu bisa meloloskan diri (TEMPO, 19 Maret). Ketika itu, kuat dugaan bahwa pelaku pemerkosaan anak di bawah umur itu, tak lain orang yang hendak mencoba ilmu hitam. Buktinya: yang diincar selalu gadis cilik yang rumahnya dekat kuburan dan diculik saat tengah malam. Sedangkan perbuatan biadab, selalu dilakukan dekat sungai atau jembatan. Namun Supoyo menyangkal tuduhan sebagai pelaku pemerkosaan enam anak dulu itu. Cara yang ditempuh Supoyo terhadap Harti dan Yayuk, memang agak lain. Yayuk, digarap sampai empat kali di rumah orangtua gadis itu sendiri di Desa Sumberdoko, Gampangrejo. Kebetulan saat itu, ia sedang mendapat order membuat pintu rumah Sumihario, ayah Yayuk. Tak jelas apa dia menginap di rumah itu atau tidak, namun, di malam hari ia berhasil menemui Yayuk untuk selanjutnya diperkosa. Anak gadis itu, menurut pengakuan Supoyo kepada TEMPO, tak memberontak sama sekali. "Saya memakai aji-aji minyak kesturi, hingga wanita menurut saja apa yang saya maui," katanya. Adiknya, Harti, juga seperti kerbau dicocok hidung. Ia tidak membantah ketika Supoyo membawanya pergi dan menyekapnya sampai lima hari, sekitar awal Agustus lalu. Harti, menurut pengakuan Supoyo, diperkosanya sampai empat kali tanpa melawan. "Hanya mukanya agak pucat sedikit, setiap kali mau saya kerjai," katanya tenang. Apa dia punya ilmu hitam, selain pandai memelet? Ayah tiga anak -- istrinya dicerai dua bulan lalu itu memang mengaku pernah berguru pada seorang dukun di Desa Kalen Sidomulyo yang bernama Sugito. Ia, katanya, tertarik pada ilmu hitam yang disebut jaran goyang, artinya, kira-kira: kuda bergoyan. Ilmu ini bisa dikuasai dengan syarat: membayar uang pangkal Rp 50 ribu dan berpuasa selama 40 hari. Selama puasa itu, si murid harus mengembara sampai menempuh jarak 600 km. Syarat terakhir, agar ia bisa "sakti tanpa aji, digdaya tanpa japa" atau sakti tanpa ajimat dan perkasa tanpa mantra, tak lain harus memperkosa 41 anak gadis di bawah umur. Tapi, kata Supoyo buru-buru, "saya tidak pernah menuntut ilmu itu sungguh!". Ia, katanya, merasa tak sanggup memenuhi persyaratan yang diminta. Meski begitu, ia mengaku pernah menawar syarat harus memperkosa 41 anak gadis. "Saya minta, agar yang diperkosa pelacur saja, supaya gampang," katanya di tahanan polisi. Untuk memenuhi angka 41 itu, kalau memang bisa diganti WTS, dia bilang, "paling hanya memerlukan uang Rp 50 ribu." Tapi usul tersebut tak disetujui. Sebab itu, menurut Supoyo, dia mundur teratur. Tapi Sugito, 35 tahun yang kini juga ditahan polisi untuk pemeriksaan membantah bahwa Supoyo, pernah berguru padanya. "Saya bukan guru, bukan dukun, dan tidak punya ilmu apa-apa. Saya hanya seorang kuli," katanya memelas. Supoyo, begitu ceritanya, hanya pernah bertemu dengannya satu kali sekitar dua bulan lalu. Ketika itu, ia ditawari ajimat berupa huruf-huruf Arab yang terbungkus kain dan dililitkan di pinggang. Khasiat jimat tersebut, konon, si pemakainya jadi kebal -- tak mempan dibacok. Sugito mencobanya dan memang betul. Mula-mula, katanya, ia terluka oleh sabetan golok. Tapi begitu ikat pinggang dipakai, "tangan saya tidak mempan dibacok." Hanya, katanya, ia tak tertarik membeli jimat tersebut -- karena tidak punya uang. Setelah kejadian itu, Sugito mengaku tak pernah lagi bertemu dengan Supoyo. "Kok sekarang dia mengaku murid saya. Bagaimana nasib saya ini," kata jejaka itu sambil menangis. Belum diketahui cerita siapa yang benar. "Kami masih mengusut perkara ini," tutur Kol. Pol. Zahri Amin, Komandan Polisi Kediri. Hanya, kepada polisi Supoyo mengaku bahwa ia memperkosa anak gadis Sumiharjo kakak beradik, "karena cinta". Ia, katanya, jatuh hati kepada Yayuk lewat pandangan pertama ketika ia bekerja membuat pintu di rumah gadis tersebut. Pinangan segera disampaikan. Tapi Sumiharjo menolak. Selain Yayuk masih belum dewasa, Supoyo sendiri kan sudah punya anak tiga, dan baru saja menceraikan istrinya. Lelaki itu jadi nekat. Ia terus mendekati Yayuk, dan bahkan kemudian berhasil mencicipinya sampai empat kali. Seolah belum puas dengan Yayuk, ia lalu menggarap adiknya, Harti. "Saya pikir, tidak bisa dergan Yayuk tidak apa, asalkan adiknya bisa saya miliki," katanya tanpa merasa berdosa. Dan itulah yang kemudian menghantarkannya ke tahanan polisi. Namun ia tetap berkeras bahwa hanya dua kakak beradik itulah yang pernah ia gagahi. "Anak gadis yang lain saya ndak tahu," ujarnya. Polisi sendiri memang belum punya bukti kuat bahwa lelaki itu jugalah yang memperkosa lima anak gadis pada Januari-Maret lalu. Maisaroh, 11 tahun, salah seorang korban tempo hari, juga tak begitu mengenali tersangka. Sebab malam dulu itu, yang dia ingat, pemerkosanya bertubuh gempal, agak gemuk, dan bercelana dalam merah. Tapi, memang, walau bisa jadi juga suatu kebetulan, waktu ditangkap Supoyo ternyata bercelana dalam warna merah. Dan orang desa seperti dia, menurut polisi, biasanya jarang ganti celana dalam. Lagi pula, apa maksudnya mengumbar cerita tentang ilmu jaran goyang ? Tapi, pemerkosa misterius yang selama ini dicari atau bukan, Supoyo jelas bisa dihukum karena telah memperkosa dua gadis cilik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus