Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Korban Scam Merata dari Berbagai Kalangan, Mulai Masyarakat hingga Perusahaan Omzet Triliunan

Ketua Asosiasi Analis Transaksi Keuangan Indonesia (AATKI) Budi Saiful Haris mengatakan korban scam terdiri atas berbagai kalangan.

30 Agustus 2024 | 14.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Budi Saiful Haris. YouTube/PPATK

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Analis Transaksi Keuangan Indonesia (AATKI) Budi Saiful Haris mengatakan korban online scam atau penipuan bisa dibilang merata. Ini lantaran korbannya terdiri atas berbagai kalangan. "Ada yang memang masyarakat awam, masyarakat golongan rendah, masyarakat menengah ke bawah, sampai ke perusahaan-perusahaan dengan omzet ratusan miliar bahkan triliunan," kata Budi dalam Podcast Jumatan di Youtube PPATK Indonesia, Jumat, 30 Agustus 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurutnya, duit hasil scam itu bervariasi dan tergantung segmen korban. Ia menuturkan pelaku memang mempelajari segmen korban-korbannya. Artinya, jaringan penipuan ini memiliki keahlian khusus untuk mengklaster segmen-segmen korbannya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Budi mencontohkan modus scam untuk masyarakat kalangan menengah ke bawah. Misalnya, telepon yang menyatakan saudara korban berada di kantor polisi.

Sedangkan modus untuk korporasi besar tentu berbeda. Salah satunya adalah meretas email perusahaan tersebut. "Di-hack email-nya, dibelokkan komunikasinya sampai dia mentransfer ke rekening yang berbeda dari yang seharusnya, kan itu bisa ratusan miliar," ujar Budi.

Ada pula modus lain dengan melakukan rekayasa sosial sedemikian rupa. Sehingga misalnya ketika seseorang mengakses suatu website atau aplikasi tertentu, pelaku memiliki informasi-informasi rahasia orang tersebut. Misalnya, nomor rekening, pin, hingga nama ibu kandung. 

Menurut Budi, banyak sekali modus-modus scam. Sehingga masyarakat harus terus meng-update pengetahuan tentang modus-modus ini. Selain itu, perlu juga kemampuan memahami situasi dan berpikir kritis. "Jadi memang memerangi scam ini sebanding dengan seberapa literasi edukasi masyarakat juga harus bagus," tuturnya. 

Amelia Rahima Sari

Amelia Rahima Sari

Alumnus Antropologi Universitas Airlangga ini mengawali karire jurnalistik di Tempo sejak 2021 lewat program magang plus selama setahun. Amel, begitu ia disapa, kembali ke Tempo pada 2023 sebagai reporter. Pernah meliput isu ekonomi bisnis, politik, dan kini tengah menjadi awak redaksi hukum kriminal. Ia menjadi juara 1 lomba menulis artikel antropologi Universitas Udayana pada 2020. Artikel yang menjuarai ajang tersebut lalu terbit di buku "Rekam Jejak Budaya Rempah di Nusantara".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus