Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Kursus Dulu, Sebelum Melacur

Juara surbakti, 34 & yusnita, 28, divonis 1 th. keduanya didakwa "menjual" pembantunya, tugini, 17, pada lelaki iseng. suami istri itu sebelumnya mencabuli dulu. mereka tertangkap saat polisi menggrebeknya.

30 Juli 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOLEH juga nyali Juara Surbakti, 34 tahun, yang sehari-hari centeng pelacuran di beberapa hotel di Medan. Ia Senin dua pekan lalu meradang begitu hakim menjatuhkan vonisnya. Beberapa wartawan yang mencoba memotret digertaknya. "Coba, kalau berani menulis saya di surat kabar, kutikam kalian," katanya. Padahal, ia bersama istrinya, Yusnita, baru saja diganjar Hakim Alida Pasaribu masingmasing hukuman 1 tahun penjara. Mereka terbukti memaksa seorang gadis di bawah umur, Tugini, berbuat cabul dan kemudian menjual gadis itu ke lelaki iseng. Di persidangan, terbukti Juara pernah bersekongkol dengan bininya, Yusnita, 28 tahun, mencari wanita desa untuk dijadikan pelacur. Pada 3 Maret lalu, mereka berangkat ke Mambang Muda, Kecamatan Kuala Hulu, Labuhan Batu, sekitar 280 km dari Medan. Di situ pasangan tersebut bertemu Mintorejo, yang punya seorang anak gadis, Tugini, 17 tahun. "Kalau putri Bapak mau menjadi pembantu kami, akan kami beri upah Rp 20 ribu sebulan," bujuk Nita. Minto, yang mengaku tak tamat SD, tentu saja gembira mendapat tawaran tadi. Langsung saja dia menyebut Nita sebagai bibi putrinya. Apalagi Tugini sudah berhenti sekolah, ketika kelas IV SD, karena ia tak mampu lagi. Kebetulan pula Tugini tergiur mendengar upah yang dijanjikan Nita. Dan bekerja di Kota Medan, yang selama ini gemerlapnya hanya dia dengar dari teman-temannya, merupakan impiannya. Tujuh bulan berlalu, Tugini bekerja lancar saja, meski upahnya tak pernah diterimanya. Sampai suatu malam, sekitar September 1987, ia diajak Juara membeli mi goreng dengan berboncengan naik motor. Namun, Juara membawanya menonton bioskop. "Tenanglah. Kau 'kan belum pernah menonton film," kata Juara ketika Tugini mencoba memprotes. Ternyata, mereka menonton film panas. Kepada polisi, Tugini mengaku merinding menyaksikan adegan-adegan film tersebut. Apalagi, katanya, tangan Juara menggerayanginya di bioskop itu. Ia memang membiarkan saja. "Karena saya takut," kata Tugini. Ia juga tak bereaksi ketika Juara semakin berani -- menciuminya. Pulang dari bioskop, keduanya makan mi goreng. Setelah itu, Juara membawa gadis itu ke sebuah hotel. "Aku ngantuk, Gin," kata Juara. Dasar lugu, Tugini manggut saja. Di kamar hotel, gadis itu dicabuli. Tapi Juara "kalah", sebelum Tugini kehilangan mahkotanya. Ternyata, Nita, yang rupanya ikut mengatur perbuatan suaminya, kecewa karena suaminya "kalah" duluan. Sebab, seperti dituduhkan jaksa, tindakan Juara membawa Tugini ke hotel itu memang direncanakan, agar gadis itu terbiasa melayani laki-laki. Tiga hari kemudian Nita membujuk Tugini. "Gin, kau harus "belajar", supaya dapat duit." Tugini diam saja, sampai Nita melirik suaminya. "Abang, ajari dulu Tugini agar cepat pandai," kata Nita. Di depan istrinya, Juara menarik Tugini ke kamar. "Biar kukursus kau," kata Juara. Di depan Nita, yang cekikikan menonton adegan itu, Juara pun "mengajari" Tugini. "Saya pasrah," kata Tugini. Untuk "pendidikan" selanjutnya, Nita membawa Tugini ke beberapa hotel di Medan. "Kau harus mengenal tempat pekerjaanmu," kata Nita. Pulang mengunjungi hotel-hotel itu, Juara kembali mengajar Tugini di rumah. "Biar kau cepat matang. Kalau kamu hamil, tanggung jawabku," kata Nita. Pada 13 Desember 1987, "pelajaran" Tugini dianggap selesai. Besoknya, gadis itu disuruh memulai prakteknya di sebuah hotel. Imbalannya, seperti kata Nita, sekali bercinta Rp 4 sampai Rp 5 ribu. Sampai pukul 6 sore, Tugini melayani 5 laki-laki. "Saya lemas," kata Tugini di sidang. Esoknya, Tugini melayani 3 laki-laki. Semua uang diambil Nita. "Sebenggol pun tak diberikan kepada saya," kata Tugini. Tapi, ketika Tugini menerima tamu keempat, polisi menggerebek hotel itu. Tugini ditangkap. Gadis itu menceritakan pengalamannya kepada polisi. Juara dan Nita segera ditangkap, Tugini dikembalikan ke desanya. Tidak semua tuduhan itu diakui suami-istri tersebut. Nita, misalnya, membantah merampas uang Tugini. "Aku cuma kebagian saja," kata Nita. Sementara itu, Juara tak mengaku telah "mengajari" gadis itu. "Wah, mana mungkin aku bersetubuh dan menjual pembantuku ? " Ketua Majelis Hakim Alida Pasaribu tak percaya pada bantahan Juara dan Nita. "Fakta kuat, mereka memaksa Tugini berbuat cabul," kata Alida Pasaribu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus